Ras Manusia Bodoh Tidak Ada Habisnya
Tidak Ada Gunanya Membenci Manusia Ras Bodoh demikian pesan Platon atau Plato, atau Platone. Mengapa sampai muncul pernyataan ini.Â
Baiklah saya uraikan singkat saya bisanya tulisan saja panjang bisa sampai 400.000 kata sampai membuat punggawa Admin Kompasiana bingung dan mungkin kesal [maaf ya].Â
Tulisan ini pendek saja. Secara episteme Mengapa sampai muncul pernyataan ini Tidak Ada Gunanya Membenci Manusia Ras Bodoh atau mengapa Ras Manusia Bodoh Tidak Ada Habisnya.
Dalam Penjelasan Platon mengapa ada manusia disebut Ras Manusia Bodoh Tidak Ada Habisnya atau semacam mengapa Tidak Ada Gunanya Membenci Manusia Ras Bodoh. ;
Ke [1] Kata Platon, pada  mitologi Yunani, manusia pada awalnya diciptakan dengan empat tangan, empat kaki, dan kepala dengan dua wajah.Â
Khawatir akan kekuatan mereka, Zeus membelah mereka menjadi dua bagian yang terpisah, mengutuk mereka untuk menghabiskan hidup mereka untuk mencari bagian mereka yang lain. Â
Jadi memang kebodohan dan kesalahan itu bisa terjadi karena manusia mencari apa yang ada diluar dirinya, justru yang menjadi masalah itu adalah diri sendiri. Musuh paling besar itu adalah memahami diri [self atau ego].Â
dalam wayang Bima Mencari Air Kehidupan atau kehidupan itu adalah pencarian diri menjadi diri sendiri sesuai kodratnya. Metafora Wayang Werkudara (atau Bima) mencari "Tirta Prawitasari", air kehidupan itulah manusia yang tidak rasional. Artinya Kehidupan itu tidak bisa didefinisikan secara finalitas.
 Ke [2] "Socrates adalah yang paling bijaksana, berkata  ["Saya tahu saya tidak tahu apa-apa"] merupakan paradox Socrates. Maka makna tafsir  bisa diartikan jika hidup ini sendiri sudah sulit dipahami,  bersifat tidak disadari, dan  diri sendiri saya tidak bisa kita pahami, maka apa salahnya memberikan orang lain untuk hidup sesuai pilihannya.  Jadi semua hidup ini adalah pilihan masing-masing semua adalah kebebasan, dan risikonya masing-masing;
Ke [3] Manusa Beragama menyatakan ["terjadilah KehendakMu maksudnya Tuhan], maka semua yang ada didunia ini adalah kehandak Tuhan, mau baik mau buruk, mau kaya mau tidak, mau sakit mau sehat, mau ada pekerjaan atau tidak ada pekerjaan dan seterusnya [terima saja atau disebut terima kasih]. Bentuk kepasrahan paling dalam karena hidup ini tidak bisa dimengerti. Jawa Kuna menyebut [Nrimo Ing Pandum]. Masih belum puas penjelasan  saya?. Mau lebih dalam lagi bisa juga diberikan penjelasan.