Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Filsafat Kemungkinan-kemungkinan Kepailitan PLN [1]

5 Agustus 2019   16:11 Diperbarui: 5 Agustus 2019   16:31 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Filsafat Kemungkinan Kepailitan PLN [1]

Dikutip dari kompas.com, "Jokowi Heran PLN Tak Punya "Contingency Plan" Saat Listrik Padam", 

Presiden Joko Widodo mendatangi kantor pusat PT PLN Persero untuk mempertanyakan soal pemadaman listrik pada Minggu (4/8/2019), yang berdampak besar terutama di Jakarta. Jokowi heran, mengapa PLN seperti tidak bisa berbuat banyak saat padamnya listrik secara besar-besaran itu terjadi. Baca juga: PLN: Pemadaman Listik Bergilir Tiap 3 Jam di Jakarta Hoaks "Dalam sebuah manajemen besar seperti PLN mestinya, menurut saya, ada tata kelola risiko-risiko yang dihadapi," ucap Jokowi kepada direksi PLN. "Dengan manajemen besar tentu saja ada contingency plan, backup plan (rencana cadangan). Pertanyaan saya, kenapa itu tidak bekerja dengan cepat dan baik," kata Kepala Negara.

Apakah benar, pemadaman total dilakukan oleh PLN hari minggu 4 Agustus 2018, pukul 11.48 sampai pukul 01.00 hari Senen 8 Agustus 2019 sebagai pencirian kemungkinan pada jangka waktu tertentu mengalami  kegagalan perusahaan [failure atau corporate collapse]. Jika benar bagimana pendasara episteme theoria Kepailitan PLN tersebut menjadi mungkin terjadi.

Kepailitan adalah sebuah siklus yang disebut niscaya. Semua berubah, tidak ada yang tetap. Yang abadi itu adalah perubahan dalam ruang dan waktu. Ada theory perkembangan perusahan, lahir, tumbuh, dewasa, dan mati. Kemudian dia disebut [life cycle] ber-reinkarnasi menjadi lahir, tumbuh, dewasa, dan mati dalam bentuk lain. 

Namun demikian ada juga paham yang menyatakan perusahan itu bersifat progress, terus bertumbuh, dengan catatan paham 4 siklus ini, dan perubahan atau recovery dilakukan pada saat perusahaan sedang tumbuh kaya, dan memiliki banyak sumberdaya. Moment ini adalah waktu yang tepat untuk perusahaan melakukan transformasi tumbuh dan berkembang menjadi perusahaan besar [big scale] dan memiliki reputasi berumur panjang.

Ada banyak kajian tentang penyebab kegagalan perusahaan dilakukan konstruksi rekonstruksi untuk memahami fenomena ini. Secara umum kajian ilmu ekonomi istilah kegagalan perusahaan [failure atau corporate collapse] mensyaratkan penghentian operasi perusahaan yang menyebabkan ketidakmampuan untuk menuai laba atau pendapatan yang cukup untuk membayar beban usaha Ini terjadi karena manajemen yang buruk, ketidakmampuan, dan strategi pemasaran yang buruk. 

Ada dua nama yang disebutkan pada konsep failure. Pertama pailit secara akuntansi yang berarti perusahaan mengalami ekuitas negative, atau utang lebih besar dibandingkan modal. Kedua perusahaan pailit secara hukum Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004.

Ilmu mengelola atau manajemen menyebutkan: Kesulitan Ekonomi Makro : resesi ekonomi adalah salah satu penyebab utama kegagalan perusahaan. Penurunan ekonomi dapat menyebabkan pengurangan kegiatan,   berdampak buruk terhadap kinerja   perusahaan dalam perekonomian. Kesalahan manajemen : Kesalahan manajemen menyiratkan kontrol manajemen yang tidak tepat atas kerja karyawan dan kegiatan bisnis lainnya. Ini mengacu pada kurangnya keterampilan dan pengalaman manajerial, dalam hal kemampuan strategis, kepemimpinan, kerja tim, koordinasi, pandangan jauh ke depan, dll yang mengakibatkan kegagalan perusahaan.

Penyebab Teknologi: Dengan kemajuan teknologi, mode-mode baru dalam berbisnis telah diperkenalkan, yang lebih baik daripada yang tradisional. Jika suatu industri gagal menggunakan teknologi informasi dan produksi terbaru, maka peluang kegagalan perusahaan dapat meningkat.  Masalah Modal Kerja: Ketika perusahaan mengalami kesulitan keuangan, perusahaan mungkin menghadapi kekurangan likuiditas. Karena kekurangan dana, organisasi gagal melaksanakan operasi sehari-hari organisasi dengan benar dan likuiditas yang lemah menjadi jelas. Manajemen Fraudulent : Keruntuhan perusahaan   terutama disebabkan oleh kejahatan dan kecurangan [fraud].

Teori ekonomi secara umum menyebutkan bisa akibat kegagalan factor teknikal [external perusahaan] bisa berasal dari factor fundamental [internal perusahaan]. Kemudian diterjemah oleh Porter 5 Forces and SWOT [factor internal berupa kekuatan, kelemahan]; [kesempatan, ancaman atau factor external] analysis. Porter 5 Forces menguraikan lima kekuatan kompetitif utama yang membentuk setiap industri termasuk: 

[a] Potensi pendatang baru di industri. Ketika masuk mudah bagi perusahaan baru, itu berarti biasanya ada tingkat persaingan yang lebih tinggi. [b] Persaingan yang ada di industri. Pesaing yang lebih mapan berarti kompetisi tingkat tinggi dalam industri ini. [c] Kedatangan barang atau layanan baru di pasar. Produk dan layanan yang lebih baru dapat mengikis yang sudah ada.[d] Kekuatan pemasok. Ketika lebih banyak pemasok mulai melakukan tawar-menawar, itu dapat menyebabkan kelangkaan. Hal ini dapat memicu persaingan untuk bahan baku dan sumber daya lainnya, yang mengarah pada peningkatan biaya dan memotong keuntungan perusahaan. [e] Kekuatan konsumen. Konsumen yang memiliki lebih banyak kekuatan untuk tawar-menawar dapat menyebabkan penurunan profitabilitas.

Lalu bagimana jawaban filsafat pada kondisi kemungkinan pada kepailitan perusahaan.

Episteme [1] Saya bisa meminjam jawaban pada tokoh posmodernisme ilmu menyangkut: (1) Jacques Derrida; dan (2) Michel Foucault; (3) Richard Rorty tentang ironi, dan penderitaan akibat kehidupan termasuk ratap tangis pada kegagalan secara umum termasuk kegagalan perusahaan.  Ide dasar teori falsificationism Karl Popper (1959) menyatakan (teori falsifikasi) atau saya sebut saja Teori Penyangkalan pada kondisi tidak ada yang abadi, semua berubah, semua menjadi. 

Popper menyusun paradigm semua hal dalam praktik, dalam pikiran, dalam kehidupan akan selalu beruubah dan tidak ada yang disebut ide fixed. Popper menyebut metode yang dipakai adalah: P1.....> TS.....> EE.....> P2....> TS ....>EE .....> P3 dan seterusnya. Artinya P1 = problem awal (penolakan terhadap teori yang ada); TS = tentatif solution (solusi penyelesaian teori); EE = error elimination (penyataan yang di tarik dari teori baru untuk diuji empirik/di coba alternative ; P2 = problem baru (teori baru yang bermasalah).

Episteme [1] Saya bisa meminjam jawaban Thomas Samuel Kuhn,  dimana ilmu atau saya transubstansikan pada keadaan entitas manusia selalu mengalami siklus atau berputar : P1 =paradigma adanya aliran saling bertentangan, namun P1 dapat di terima dengan itu paradigma di bentuk; NS = masuk dalam fase normal science; A = anomali penyimpangan dari paradigma lama ke paradigma baru; K = Krisis akibat kuatnya anomali; REV = akibat krisis timbul rekontruksi teori /asimilasi evaluasi ulang terhadap fakta sebelumnya sehingga terjadi revolusi alamiah; P2 = terjadilah perubahan standar dan kriteria apa yang disebut perusahaan going concern. Baik pada ilmu dan pada tatanan  praktik perusahaan menunjukkan kondisi yang sama.

Episteme [3] saya meminjam  rerangka pemikiran Richard Tarnas (1993), menyatakan: (1) kesalahan manusia pada pendefinisan pada empat postulate tentang space (ruang); matter (materi); observasi, dan kausalitas; (2) demikian juga Immanuel  Kant menyatakan:  "jagat raya, bukan jagat raya yang sebenarnya sebagaimana terdapat dalam pikiran dan indera manusia"; (3) deterministik Newton kehilangan dasar, orang mAulai dengan "stochastic"; (4) prinsip "uncertainty" sebagaimana dikemukakan oleh Heisenberg; (5) kerusakan ekologi yang menyeluruh (planetary ecological crisis). Maka 5 faktor ini dapat saya sebutkan  secara ontologis membawa pada dampak kegagalan perusahaan PLN;

Dengan meminjam 3 epsiteme tersebut maka rerangka pemikiran Herakleitos (500 SM) dapat memberikan simpulan  bahwa ["Nothing endures but change]; yang hidup dan mati, yang tidur dan terjaga, muda dan yang tua adalah siklus perubahan. Kita ada, dan kita tidak ada. Tidak ada sesuatu yang betul-betul ada, semuanya menjadi semua berubah. Engkau tidak bisa turun ke dalam sungai yang sama, sungai terus mengalir, dan air senantiasa diperbaharui ['No man ever steps in the same river twice, for it's not the same river and he's not the same man]. 

Dengan meminjam pemikiran ini jelas memungkinkan  idak ada sesuatu yang tetap (fixed) semuanya berubah, dan yang tetap itu adalah perubahan itu sendiri. Nyala api senantiasa memakan bahan bakar baru. Kosmos selalu berubah, dari api menjadi air, lalu menjadi tanah, sebaliknya tanah menjadi air, lalu menjadi api. Maka kondisi kepailitan Negara, perusahaan, dalam semua tatanan filsafat menjadi mungkin, bahkan bersifat niscaya.

Bersambung;

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun