[a] Potensi pendatang baru di industri. Ketika masuk mudah bagi perusahaan baru, itu berarti biasanya ada tingkat persaingan yang lebih tinggi. [b] Persaingan yang ada di industri. Pesaing yang lebih mapan berarti kompetisi tingkat tinggi dalam industri ini. [c] Kedatangan barang atau layanan baru di pasar. Produk dan layanan yang lebih baru dapat mengikis yang sudah ada.[d] Kekuatan pemasok. Ketika lebih banyak pemasok mulai melakukan tawar-menawar, itu dapat menyebabkan kelangkaan. Hal ini dapat memicu persaingan untuk bahan baku dan sumber daya lainnya, yang mengarah pada peningkatan biaya dan memotong keuntungan perusahaan. [e] Kekuatan konsumen. Konsumen yang memiliki lebih banyak kekuatan untuk tawar-menawar dapat menyebabkan penurunan profitabilitas.
Lalu bagimana jawaban filsafat pada kondisi kemungkinan pada kepailitan perusahaan.
Episteme [1] Saya bisa meminjam jawaban pada tokoh posmodernisme ilmu menyangkut: (1) Jacques Derrida; dan (2) Michel Foucault; (3) Richard Rorty tentang ironi, dan penderitaan akibat kehidupan termasuk ratap tangis pada kegagalan secara umum termasuk kegagalan perusahaan. Â Ide dasar teori falsificationism Karl Popper (1959) menyatakan (teori falsifikasi) atau saya sebut saja Teori Penyangkalan pada kondisi tidak ada yang abadi, semua berubah, semua menjadi.Â
Popper menyusun paradigm semua hal dalam praktik, dalam pikiran, dalam kehidupan akan selalu beruubah dan tidak ada yang disebut ide fixed. Popper menyebut metode yang dipakai adalah: P1.....> TS.....> EE.....> P2....> TS ....>EE .....> P3 dan seterusnya. Artinya P1 = problem awal (penolakan terhadap teori yang ada); TS = tentatif solution (solusi penyelesaian teori); EE = error elimination (penyataan yang di tarik dari teori baru untuk diuji empirik/di coba alternative ; P2 = problem baru (teori baru yang bermasalah).
Episteme [1] Saya bisa meminjam jawaban Thomas Samuel Kuhn,  dimana ilmu atau saya transubstansikan pada keadaan entitas manusia selalu mengalami siklus atau berputar : P1 =paradigma adanya aliran saling bertentangan, namun P1 dapat di terima dengan itu paradigma di bentuk; NS = masuk dalam fase normal science; A = anomali penyimpangan dari paradigma lama ke paradigma baru; K = Krisis akibat kuatnya anomali; REV = akibat krisis timbul rekontruksi teori /asimilasi evaluasi ulang terhadap fakta sebelumnya sehingga terjadi revolusi alamiah; P2 = terjadilah perubahan standar dan kriteria apa yang disebut perusahaan going concern. Baik pada ilmu dan pada tatanan  praktik perusahaan menunjukkan kondisi yang sama.
Episteme [3] saya meminjam  rerangka pemikiran Richard Tarnas (1993), menyatakan: (1) kesalahan manusia pada pendefinisan pada empat postulate tentang space (ruang); matter (materi); observasi, dan kausalitas; (2) demikian juga Immanuel  Kant menyatakan:  "jagat raya, bukan jagat raya yang sebenarnya sebagaimana terdapat dalam pikiran dan indera manusia"; (3) deterministik Newton kehilangan dasar, orang mAulai dengan "stochastic"; (4) prinsip "uncertainty" sebagaimana dikemukakan oleh Heisenberg; (5) kerusakan ekologi yang menyeluruh (planetary ecological crisis). Maka 5 faktor ini dapat saya sebutkan  secara ontologis membawa pada dampak kegagalan perusahaan PLN;
Dengan meminjam 3 epsiteme tersebut maka rerangka pemikiran Herakleitos (500 SM) dapat memberikan simpulan  bahwa ["Nothing endures but change]; yang hidup dan mati, yang tidur dan terjaga, muda dan yang tua adalah siklus perubahan. Kita ada, dan kita tidak ada. Tidak ada sesuatu yang betul-betul ada, semuanya menjadi semua berubah. Engkau tidak bisa turun ke dalam sungai yang sama, sungai terus mengalir, dan air senantiasa diperbaharui ['No man ever steps in the same river twice, for it's not the same river and he's not the same man].Â
Dengan meminjam pemikiran ini jelas memungkinkan  idak ada sesuatu yang tetap (fixed) semuanya berubah, dan yang tetap itu adalah perubahan itu sendiri. Nyala api senantiasa memakan bahan bakar baru. Kosmos selalu berubah, dari api menjadi air, lalu menjadi tanah, sebaliknya tanah menjadi air, lalu menjadi api. Maka kondisi kepailitan Negara, perusahaan, dalam semua tatanan filsafat menjadi mungkin, bahkan bersifat niscaya.
Bersambung;
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H