Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

BPJS Belum Beres, tetapi Sudah Mau Pindahkan Ibu Kota NKRI

1 Agustus 2019   13:30 Diperbarui: 1 Agustus 2019   13:51 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengutip dari Detik.com,

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, potensi tekor yang dialami BPJS Kesehatan sebesar Rp 28 triliun hingga akhir 2019 terindikasi terjadi fraud.

Fraud atau kecurangan tersebut dikarenakan over klaim pada sistem layanan BPJS Kesehatan secara menyeluruh. Mulai data kepesertaan sampai kepada sistem rujukan, antara Puskesmas, rumah sakit, ke BPJS, serta sistem tagihan yang perlu diperbaiki.

"Masih ada beberapa kemarin indikasi kemungkinan terjadi fraud, itu perlu di-address," kata Sri Mulyani di gedung Bank Indonesia, Jakarta, Selasa (30/7/2019).

Saya kurang paham secara kebatinan apa arti dan makna mengapa urusan  BPJS  Belum Beres Tetapi  Sudah Final Pindahin Ibu Kota.  Tetapi bisa juga bermakna macam-macam. Saya meminjam beberapa pemikiran sehingga mungkin dapat dipalami dari salah satu sudut pandang;

dokpri
dokpri
Ke [1] BPJS  dalam pekerjaan yang berorientasi pada proses, organisasi akan selalu menemukan prestasi atau kinerja. Tetapi bagaimana organisasi dapat mencapai hasil yang diinginkan? Pendiri asli siklus PDCA adalah Walter A. Shewhart (1939). William Edwards Deming lebih lanjut mengembangkan siklus PCDA pada tahun 1950 untuk membantu organisasi mencapai hasil yang lebih baik. Siklus Deming ini disebut adalah alat kontrol untuk memantau kualitas perubahan dan peningkatan dalam organisasi. Siklus PDCA adalah singkatan dari empat langkah utama dalam siklus: Plan, Do, Check, dan (Re) Act .

Maka krisis dan ancaman kepailitan BPJS Kesahatan secara menyeluruh adalah ada aspek yang tidak berjalan pada manajemen mutu kerja para punggawa Negara, dan tata kelola yang baik. Siklus  PDCA memiliki karakter berulang, yang memungkinkan perhatian terus menerus untuk peningkatan kualitas . Setelah evaluasi dan kemungkinan penyesuaian, proses dimulai dari awal lagi. Model-model ini sering digunakan di tingkat organisasi tetapi juga dapat digunakan di tingkat operasional. Siklus PDCA memungkinkan karyawan untuk menilai cara kerja bermartabat dan untuk meningkatkan nilai mutu sebagai system;

Ke [2] Baik pada kasus BPJS, dan keputusan pemindahan ibu kota NKRI, dapat dipahami pada theoria bahwa [1] Leadership adalah factor utama, [2] Sistem Yang Berfungsi. Maka wajar jika kemudian Robert Blake dan Jane Mouton telah mengembangkan Grid Manajerial, juga disebut sebagai grid kepemimpinan. 

Di sini, kepedulian terhadap orang berarti sejauh mana seseorang berkomitmen terhadap pencapaian tujuan, mempertahankan harga diri pada pekerja dan memuaskan hubungan interpersonal. Sedangkan, kepedulian terhadap produksi berarti sikap atasan terhadap kualitas prosedur dan kebijakan, kreativitas penelitian, efektivitas staf, efisiensi kerja dan volume output. Maka  organisasi tatakelola BPJS Kesehatan atau pemindahan ibu kota NKRI style leadership belum memenuhi kriteria [9'9].

  1. Lemahnya  Manajerial (1,1): Manajer dengan gaya kepemimpinan ini mengerahkan upaya minimum untuk mendapatkan pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan. Mereka memiliki kepedulian minimal untuk orang-orang dan produksi, dan mereka berfungsi hanya untuk mempertahankan pekerjaan dan senioritas mereka. Oleh karena itu, ketidakharmonisan, ketidakpuasan, disorganisasi muncul dalam organisasi tatakelola BPJS Kesehatan atau pemindahan ibu kota NKRI.
  2. Manajemen Tugas (9,1): Di sini, pemimpin lebih peduli dengan produksi dan kurang menekankan pada kebutuhan pribadi bawahannya. Gaya kepemimpinan ini juga disebut sebagai gaya diktator atau binasa, di mana bawahan diminta untuk melakukan tugas sebagaimana diarahkan oleh atasan. Dalam gaya kepemimpinan ini, output dalam jangka pendek dapat meningkat secara drastis, tetapi karena aturan dan prosedur yang ketat, mungkin ada turnover tenaga kerja yang tinggi.
  3. Middle of the Road (5,5): Manajer dengan gaya ini mencoba menjaga keseimbangan antara tujuan organisasi dan kebutuhan pribadi bawahannya. Di sini, pemimpin berfokus pada kinerja yang memadai melalui keseimbangan antara persyaratan kerja dan semangat kerja yang memuaskan. Baik orang-orang dan kebutuhan produksi tidak sepenuhnya terpenuhi, dan dengan demikian organisasi mencapai kinerja rata-rata.
  4. Country Club (1,9): Di sini, pemimpin lebih menekankan pada kebutuhan pribadi bawahan dan kurang memberi perhatian pada hasilnya. Manajer mengadopsi gaya kepemimpinan ini dengan maksud untuk memiliki lingkungan kerja yang ramah dan nyaman bagi bawahan, yang mendapat motivasi diri dan bekerja lebih keras pada mereka sendiri. Namun demikian, kurang memperhatikan produksi dapat mempengaruhi tujuan kerja dan dapat menyebabkan hasil yang tidak memuaskan.
  5. Manajemen Tim (9,9): Menurut Blake dan Mouton, itu adalah gaya kepemimpinan yang paling efektif di mana pemimpin mengambil orang dan produksi bersama-sama. Gaya ini didasarkan pada Teori Y McGregor, di mana karyawan diyakini berkomitmen terhadap pencapaian tujuan dan tidak perlu memerlukan intervensi manajer di setiap langkah. Pemimpin dengan gaya ini merasa bahwa pemberdayaan, kepercayaan, rasa hormat, komitmen membantu dalam memelihara tim. hubungan, yang pada akhirnya menghasilkan peningkatan kepuasan karyawan dan produksi keseluruhan organisasi.

Ke [3] Potensi Kegagalan akibat tidak memahami, dan melakukan rengka pemikiran Talcott Parsons pada  imperatif fungsional (Adaptasi, Pencapaian Tujuan, Integrasi, Latensi: AGIL)  adalah penjelasan yang lebih kompleks dan sistemik dari fenomena BPJS Kesehatan.  ****

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun