Filsafat Tentang Kematian
Tulisan ini adalah hasil riset fenomenologi pada kematian melalui etnografi pada Taman Makam Pahlawan di 3 Kota di Indonesia. Sebenarnya riset ini awalnya adalah ingin menghasilkan formulasi matematika antara abiotic dan biotik kemudian ditransformasikan dalam pembuatan prediksi kepailitan perusahaan.Â
Sebuah proyek yang unik, dan rumit, sekaligus banyak dianggap teman-teman sebagai pemikiran ketidakmungkinan. Beberapa tulisan sebelumnya di Kompasiana saya sudah menyajikan banyak artikel tentang fenomena sekaligus nomena pada kematian yang dipahami secara Verstehen dan  Erklaren.  Pada tulisan ini saya menemukan titik balik filsafat kematian manusia.
Filsafat  yang saya pakai adalah rerangka pemikiran  Metempsychosis adalah istilah filosofis Yunani Kuna merujuk pada perpindahan jiwa, terutama reinkarnasi setelah kematian. Secara umum, istilah ini berasal dari konteks Yunani Kuna , dan telah dikontekstualisasikan ulang oleh para filsuf modern seperti Arthur Schopenhaeur, Kurt Godel pada  istilah "transmigrasi" lebih tepat. Istilah lain yang kadang-kadang digunakan secara sinonim adalah palingenesis.
Gagasan awal kajian kepustakaan adalah saya awali pada teks  Pythagoras terkenal (1) sebagai ahli tentang nasib jiwa setelah kematian, yang berpikir  jiwa itu abadi dan mengalami serangkaian reinkarnasi; (2) sebagai pakar ritual keagamaan; (3) sebagai pekerja ajaib yang memiliki paha emas dan yang bisa menjadi dua tempat sekaligus; (4) sebagai pendiri cara hidup yang ketat yang menekankan pembatasan diet, ritual keagamaan dan disiplin diri yang ketat.
Pythagoras  dikenal sebagai ahli tentang nasib jiwa manusia setelah kematian. Herodotus bercerita tentang Zalmoxis Thrakia, yang mengajar bangsanya  mereka tidak akan pernah mati melainkan pergi ke tempat di mana mereka selamanya akan memiliki semua hal yang baik.Â
Di antara orang-orang Yunani, muncul tradisi  Zalmoxis  adalah budak Pythagoras. Herodotus sendiri berpikir  Zalmoxis hidup  sebelum Pythagoras, tetapi kesediaan orang-orang Yunani untuk menggambarkan Zalmoxis sebagai budak Pythagoras menunjukkan  mereka menganggap Pythagoras sebagai ahli yang darinya Zalmoxis mendapatkan pengajarannya. Ion of Chios (abad ke- 5 SM) mengatakan tentang Phercydes dari Syros  "walaupun sudah mati ia memiliki kehidupan yang menyenangkan bagi jiwanya, jika Pythagoras benar-benar bijak, yang tahu dan belajar kebijaksanaan di luar semua manusia."
Pythagoras adalah lagi ahli pada kehidupan jiwa setelah kematian. Sebuah fragmen terkenal Xenophanes, kontemporer Pythagoras, memberikan beberapa informasi yang lebih spesifik tentang apa yang terjadi pada jiwa setelah kematian.Â
Pythagoras melaporkan  "suatu ketika ketika dia [Pythagoras] hadir pada pemukulan anak anjing, Pythagoras mengasihani dan berkata, 'berhentilah, jangan terus memukulnya, karena itu adalah jiwa seorang lelaki yang menyayangiku, yang aku dikenali, ketika saya mendengarnya berteriak.  Dan semenjak paham ini saya [prof Apollo] menghindari makan hewan yang ada didarat.Â
Bukti awal ini dengan tegas dikonfirmasi oleh Dicaearchus pada abad keempat, yang pertama kali berkomentar tentang kesulitan menentukan apa yang Pythagoras ajarkan dan kemudian menegaskan  doktrinnya yang paling dikenal adalah " jiwa itu abadi dan  berpindah ke jenis binatang lain". Sayangnya, manusia dapat sedikit berbicara tentang perincian konsepsi Pythagoras tentang metempsikosis. Menurut Herodotus, orang Mesir percaya  jiwa dilahirkan kembali sebagai setiap jenis binatang sebelum kembali ke bentuk manusia setelah 3.000 tahun.Â