Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Sorga dan Neraka

30 Juli 2019   18:26 Diperbarui: 30 Juli 2019   18:27 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sorga dan Neraka

Kristalisasi manusia sesuai dengan sikapnya yang paling akhir terhadap apa yang disampaikan dalam pemikiran dikhotomi baik dan jahat. Sekalipun dua pemikiran kurang saya sukai, karena rerangka ini mengandung kekerasan, dan belum tentu benar, dan kebenaran itu mungkin hanya sebatas bahasa. Ada itu karena bahasa, tidak ada karena belum dikenakan bahasa. 

Apakah kata Sorga dan Neraka itu dapat diketahui paling benar paling utama, mungkin untuk menjawabnya harus dipahami dulu konsep pada [Das Ding an sich]. Namun demukian  saya mencoba menggunakan dua pengertian ini untuk membatinkan apa itu sorga dan apa itu neraka dalam makna filsafat rasionalitas metafisik.

Sejauh sikap manusia dalam kematiannya memutuskan dan memilih yang benar adalah yang baik, maka kristalisasi mengakumulasikan seluruh hidupnya dalam pengertian benar dan penghargaan baik terhadp diri dan yang lain [the others] sehingga hidup itu pada dasarnya  merupakan harmoni dalam otonomi dan korelasi. Kristalisasi itu merupakan kepercayaan  dan cinta defenitif dengan sendirinya membahagiakan; dan hal ini disebut Sorga;

Sejauh manusia dalam kematiannya memutuskan dan memilih yang dikatakan salah dan yang disebut jahat, maka Kristalisasi itu mengumpulkan seluruh hidup dalam pengertian palsu dan penghargaan jehat terhadap diri dan yang lain [the others] sehingga hidup itu pada dasarnya merupakan penyelewengan  dalam otonomi dan korelasi. Kristalisasi itu merupakan penyalahsangkaan dan benci defenitif; dengan sendirinya mencelakakan atau disebut Neraka;

Karena itu secara episteme manusia menciptakan sorga dan nerakanya sendiri, sudah dimulai dalam hidup ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun