Filsafat Platon dan Makam Somenggalan Jogjakarta [1]
Tulisan ini adalah hasil riset etnografi cara memahami secara berpartiasipasi dalam dimensi {geist} untuk memahami hakekat The Birth of Tragedy,  Makam Somenggalan yang beralaman di Jalan  Pedes  Godean, Srontakan, Argomulyo, Kec. Sedayu, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta 55752. Tidak kurang mengharukan, mengusik batin dan melahirkan sebuah repleksi pemahaman mendalam pada lokasi penelitian ini. Sekalipun dalam waktu relative pendek, yakni selama 6 hari saya mengamati dan membatinkan suasana lahiriah, dan batiniah pada Makam Somenggalan; akhirnya saya menyelesaikan riset etnografi secara mandiri.
Ada banyak kesan, dan rasa [sembah roso] yang dapat saya peroleh pada kondisi batin dalam heningan seorang manusia bisa berempati, untuk kemudian secara subtil [perasaan paling halus] kemudian melahirkan sebuah gagasan yang mendalam. Pada sekian banyak replekasi kebatinan tersebut, akhirnya saya menulis sebagian kecil gagasan filsafat yang mungkin memerlukan penelitian lebih lanjut.
Secara umum yang mudah dipahami, adalah betapa mahalnya sebuah arti Negara Indonesia ini dalam memperoleh kemerdekaan, kebebasan, dan ketauladanan para pendiri punggawa Negara ini. Melalui mereka manusia bisa belajar menghayati bahwa Indonesia bisa seperti sekarang ini. Ada nilai pendahulu manusia sebanyak 202 nyawa meninggal pada Makam Somenggalan Dusun Kemusuk Desa Argomulyo Kecamatan Sedayu Bantul menjadi bagian rangkaian peringatan sejarah Serangan Umum 1 Maret di Jogjakarta.
Makam Somenggalan Dusun Kemusuk Desa Argomulyo Kecamatan Sedayu Bantul menjadi symbol  jasa para pejuang yang telah gugur dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan RI pada masa Agresi Militer Belanda ke II di Yogyakarta. "Semangat patriotisme yang tidak pernah menyerah, yang ditunjukkan para pejuang menjadi nilai paling penting dalam peringatan ini. Penerus bangsa khususnya generasi muda harus bisa meneladani sikap para pejuang ini untuk membangun bangsa dan negara dimasa mendatang.
Lalu bagimana tafsir filsafat dalam makna dan symbol Makam Somenggalan yang menewasakan 202 nyawa menurut catatan pada prasasti yang saya temukan.
Karena semua arti sebuah pemahaman semanjak logika manusia dipakai, maka saya harus meminjam rerangka pemikiran filsafat Platon atau Plato. Semua ilmuwan sepakat bahwa ilmu yang ada sekarang ini adalah hanya catatan kaki dari rerangka filsafat Platon. Wajar simpulan Alfred North Whitehead, bahwa semua ilmu hanyalah upaya mengembangkan catatan kaki pada pemikiran Platon atau Plato.
Hal pertama yang harus manusia tunjukkan adalah ada bukan terjemahan yang tepat untuk thumos. Pemahaman umum dari kata ini adalah bahwa kata itu merujuk pada "roh" atau "roh", mental, atau kesadaran. Namun implikasi dari istilah ini jauh lebih penting dan jauh lebih rumit daripada apa yang disarankan oleh definisi yang disederhanakan.
Thumos, dalam konteks Yunani kuno, merujuk pada rasa marah yang benar, kebutuhan dan keinginan untuk melawan ketidakadilan yang dirasakan dunia. Thumos dapat merujuk pada kemarahan, kesedihan, kengerian atau kesedihan dari setiap individu yang dihadapkan dengan kekejaman yang tidak dapat diatasi.
Thumos adalah keinginan  manusia untuk bertarung [berperang], kebutuhan  untuk memberontak melawan apa yang tidak bisa ditoleransi. Itulah yang membuat manusia berdiri dan menyatakan 'Aku tidak akan dibungkam!' dan aku melawan. Inilah yang membuat manusia menyelam dengan cepat melawan kehancuran dunia ini; apa yang memaksa manusia untuk berani melawan perjuangan yang baik. Dan jika manusia gagal, thumos adalah hal di dalam roh manusia yang mengharuskan manusia untuk turun berayun, mengutuk para penindas manusia sepanjang waktu.
Thumos sering digeneralisasi sebagai "kejantanan" atau inti dari "menjadi laki-laki" atau heroism atau jiwa punggawa Negara pemberani [mental TNI Indonesia. Dan  kejantanan (apa pun itu) adalah latihan yang sehat dari thumos seseorang, itu adalah penyederhanaan yang tidak adil untuk mengatakan  thumos hanya merujuk pada pria atau personifikasi kedewasaan. Memang, thumos adalah bagian dari jiwa setiap orang dan tidak memiliki jenis kelamin atau preferensi gender.