Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Sigmund Fraud Fenomena Organ Penis dan Vagina [14]

26 Juli 2019   23:09 Diperbarui: 26 Juli 2019   23:15 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sigmund Freud Fenomena Organ Penis dan Vagina [14]

Tulisan ini adalah bagian tinjuan pustaka pada penelitian episteme filsafat seksuasi studi etnografi pada Candi Sukuh Jawa Tengah tahun 2012 lalu. Tulisan ini adalah bedah literature Sigmund Freud [1856-1939] dengan tema [Three essays on the theory of sexuality]. Saya lebih suka menyebut buku ini sebagai Sigmund Freud (1856-1939) pada Tiga Kontribusi terhadap Teori Seksual [1910]. Setelah membahas [13] tulisan sebelumnya saya melakukan trans substansi filsafat  Seksuasi Sigmund Freud [1856-1939] dalam tafsir hermeneutika berdasarkan gagasan hasil riset Prof Apollo [2012-2016] lalu sebagai berikut:

Dalil [1] Prof Apollo [2016]: Seks Adalah kehendak metafisik sebagai wujud penderitaan manusia yang menjadi keabdaian, dalam upaya pelestarian species umat manusia.

Dalil [2] Prof Apollo [2016]: Seperti Kehidupan, Seks itu datang dengan sendirinya tanpa di undang, maka sikap paling luhur manusia pada seks adalah [iya sekaligus tidak].

Seks adalah manusia, yang membahas seks dan filsafat seks hanya manusia. Maka seks sama dengan diskursus pada hakekat manusia.  Jikapun pada dalil [1] seks menghasilkan penderitaan dalam keabadian, maka sikap kita adalah menerima realitas  itu sebagai [iya sekaligus tidak]. Dunia ini penuh dengan pergulatan, dunia bagaikan monster yang menakutkan tanpa awal tanpa akhir hanya bersifat siklis. Namun pada sisi lain seks dan dunia adalah indah yang harus dihargai dan dihormati serta dinikmati.

Percampuran dua sumbu ini atau saling negasi kontradiksi ini  bahwa seks dan dunia adalah unik, seks itu symbol penderitaan dan kebahagian; dia meskin keindahan sekaligus kaya hakekat dalam perwahyuan. Seks itu adalah selimbung yang tidak mudah dikatakan begitu saja, ditutupi diselubungi logam mulia paling indah, dan pada saat yang sama ia adalah menjijikan, kotor, ironis dan membangkitkan welas asih serta menggoda.

Maka hakekat Seks adalah kita tidak hanya dan harus apa yang dapat kita ubah, kita harus mencintainya. Tidak menyerah pada keabadian penderitaan seksuasi tetapi menanggungngya dengan iklas sebagai sikap manusia paling luhur;

Namun lebih luhur lagi [Jawa Kuna menyebut sikap "Nrimo Ing Pandum"] manusia menerima penderitaan keabadian seks tidak hanya menanggung risikonya tetapi mencintai penderitaan itu tanpa [absennya] penyangkalan apapun yang dikenakan kepada kita;

Dengan dasar ini maka filsafat Seks Sigmund Freud, dan Artefak Candi Sukuh Karanganyar Jawa Tengah tidak bisa kita pojokkan pada sudut pandang sempit bahkan pada sudut manapun. Hasil penelitian saya pada filsafat Seks Sigmund Freud, keresahaan kebudayaan Indonesia lama [Artefak Candi Sukuh] justu membuat batin kita memurnikan pemahaman kita tentang seks, bahkan tentang Tuhan yang terlalu sempit kerdil dan licik serta otak kotor yang tidak jernih;

Justru dengan Dalil [2] Prof Apollo [2016]: Seperti Kehidupan, Seks itu datang dengan sendirinya tanpa di undang, maka sikap paling luhur pada seks adalah [iya sekaligus tidak]; maka membuat manusia matang dan dewasa secara mental, bahkan spiritual sampai paling mistik dalam relasi kita dengan Gusti Allah. 

Implikasinya jika mau dikembangkan lebih dalam sebenarnya tidak ada manusia paling religious ; karena manusia a-religius sebenarnya adalah manusia paling relegius. Dan itu hanya bisa dipahami melalui pintu pengalaman paling personal pada seks, tidak bisa dipahami secara lahiriah [dari luar]. Maka pemahaman batin personal diri sendiri itulah yang paling utama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun