Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Episteme Pendidikan Intelligence untuk Keamanan Negara [8]

28 Juni 2019   21:23 Diperbarui: 28 Juni 2019   22:27 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Episteme Pendidikan Intelligence Untuk Keamanan Negara [8]

Pada bagian tulisan ke [8] ini saya akan membahas tentang  kompetensi menyeluruh pada prasyarat manusia yang disebut Intelligence menjaga Keamanan Negara bahkan rerata kompetensi seluruh dunia sehingga bisa dianggap mungkin.  Maka membahas pada Intelligence menjaga Keamanan Negara diperlukan identitas atau ciri-ciri umum. Pada tulisan sebelumya sudah ada 12 kemungkinan syarat yang bisa diberlakukan umum mengenai pencirian tersebut. Tulisan ini adalah sebuah rangkaian benang merah dimana antara satu tulisan dengan tulisan lainnya saling melengkapi. Dan tidak mungkin memahami secara esensi tanpa memahami tulisan ini secara utuh dan komprenship.  Tulisan ini masih banyak hal yang tidak saya sampaikan karena tulisan ini memasuki wilayah public dengan pertimbangan etika dan benturan kepentingan.

Ke [13] Pendidikan Intelligence untuk Keamanan Negara wajib menguasai Siklus terjadinya penggunaan  Senjata Kimia Berbahaya. Bahan kimia termudah untuk diproduksi. Toksisitas bahan kimia umumnya  di antara bahan senjata biologis yang lebih mematikan dan senjata konvensional. Senjata kimia paling awal, yang pertama kali digunakan dalam Perang Dunia I, jauh lebih canggih dan jauh lebih mematikan daripada yang dikembangkan pada dekade berikutnya.

Pada tahun 1988, pembicara parlemen Iran, Hashemi Rafsanjani, menggambarkan senjata kimia dan biologi sebagai "bom atom orang miskin". Frasa ini seakurat yang mengkhawatirkan. Sementara senjata nuklir mewakili puncak kehancuran massal, pembuatannya membutuhkan kemampuan industri canggih serta akses ke bahan langka yang dikendalikan dengan ketat. Senjata kimia dan biologi, di sisi lain, murah dan mudah dibangun menggunakan peralatan dan bahan yang digunakan secara luas untuk sejumlah tujuan sipil. Ini diperlihatkan dengan sangat jelas pada Maret 1995 ketika teroris melepaskan senjata kimia di kereta bawah tanah Tokyo.

Akibat kemajuan teknologi dan besarnya dana riset maka  bahan kimia bisa dibuat untuk merusak jariangan  saraf  yang lebih mematikan manusia. Sejatan kimia atau Chemical Warfare (CW) dapat dianggap sebagai penggunaan zat beracun oleh manusia sehingga efek kimia dari zat-zat ini pada personel lawan atau musuh terpapar mengakibatkan cacat permanen atau mematian.

Ini adalah dampak  efek zat kimia, bukan efek fisik bom atom (seperti ledakan dan panas) yang membedakan senjata kimia  senjata konvensional, meskipun keduanya mengandung bahan kimia. Dalam banyak kasus sulit dibuat pengertian atau ada  kebingungan yang cukup besar mengenai apa itu senjata kimia dan apa yang bukan.

Beberapa negara menganggap asap, api, pembakar, atau senjata pengendali huru-hara sebagai senjata kimia. Selain itu, senjata konvensional dapat menimbulkan korban seperti yang disebabkan oleh senjata kimia. Beberapa jenis bahan senjata kimia yang sudah banyak dikenala adalah  sebagai berikut:

Ke [1] Senjata Kimia bernama Klorin dan fosgen, pertama kali digunakan dalam Perang Dunia I. Bahan  ini memiliki efek korosif pada sistem pernapasan yang menyebabkan paru-paru terisi dengan air dan mencekik korban. Bahan  ini dikirim sebagai gas berat yang tetap dekat permukaan tanah dan cenderung mengisi depresi. Mereka menghilang dengan cepat dalam angin dan merupakan bahan kimia  tradisional yang kurang efektif.  Fosgen adalah gas beracun. Senyawa ini dibuat dari campuran gas karbon monoksida dan gas klorin dengan bantuan sinar matahari. Fosgen mengandung karbon sebanyak 12,14%, oksigen 16,17%, dan klor 71,69% massa. Massa molarnya 98,9 gram/mol.   

Intelligent Negara bisa melakukan pemetaan kemungkinan penyalahgunaan  fosgen sebagai bahan kegiatan industry manufaktur atau bahan perantara [intermediate; isocyanat pada pembuatan polyurethane seperti alat dvd, cd, optical disk, busa pada otomotif, bahan lem, dan kondom. Selain itu fosgen  industri farmasi dan pestisida sebagai chlorinating. 

Di Indonesia ada 2 perusahaan yang saya tahu mengoperasikan industri ini untuk kegiatan ekonomi. Demikian juga dengan Senjata Kimia  bernama  Phosgene.  Phosgene dianggap sebagai senjata kimia paling berbahaya di dunia. Phosgene digunakan pertama kali dengan cara dicampur dengan gas klorin pada 19 Desember 1915. Saat itu, Jerman menjatuhkan 88 ton gas ini ke pasukan Inggris yang mengakibatkan 120 orang tewas dan 1.069 lainnya terluka. Selama digunakan dalam Perang Dunia I, dari seluruh korban senjata kimia, 80 persennya diakibatkan gas phosgene ini. Meski tak semematikan sarin atau VX, gas phosgene mudah dibuat sehingga senyawa berbahaya ini akhirnya diproduksi semua kubu yang berperang. Phosgene dalam dunia industri digunakan dalam pembuatan plastik dan pestisida. Gas ini dibuat dengan cara mengekspos senyawa hidrokarbon klorin dalam suhu tinggi.

Teknologi dan bahan yang digunakan secara luas di seluruh dunia untuk tujuan sipil dapat dengan mudah dialihkan untuk menghasilkan agen senjata kimia. Demikian pula, peralatan dan bahan yang dibutuhkan untuk memproduksi agen senjata biologis tersedia secara luas di sektor sipil. Selain itu, teknologi dan infrastruktur yang diperlukan untuk memproduksi senjata kimia dan biologi jauh lebih murah daripada yang dibutuhkan untuk senjata nuklir. Akibatnya, negara mana pun dengan industri kimia yang cukup maju dapat dengan mudah memproduksi bahan kimia atau senjata biologis. Memang, senjata kimia dapat diproduksi di pabrik kimia sipil menggunakan fasilitas dan bahan yang memiliki kegunaan sipil yang sangat sah. Fasilitas yang digunakan untuk memproduksi pupuk, insektisida, obat-obatan dan petrokimia dapat dengan cepat dialihkan ke produksi agen senjata kimia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun