Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Episteme Nietzsche untuk Memahami Nyai Roro Kidul [1]

12 Juni 2019   00:03 Diperbarui: 12 Juni 2019   17:15 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Epsiteme Nietzsche  Untuk  Memahami  Nyai Roro Kidul [1]

Ini adalah hasil riset penelitian selama [10] tahun lebih; dan menggunakan sudut padangan [world view] filologi, metafisik, hermeneutika, semiotika dan semua percabangannya. Saya senang jika dalam hasil diskurus ini menimbulkan pertanyaan baru, dan semacam paradox sehingga memungkinkan kedalaman dan perluasan ilmu pengetahuan pencarian identitas kearifan local Indonesia yang kaya raya dalam konteks persatuan dan kesatuan Indonesia untuk menghasilkan apa yang saya sebut penghargaan pada marbat manusia [human dignity] untuk Indonesia lebih baik;

Tulisan ini adalah hasil riset saya pada tema episteme Jawa Kuna atau Indonesia lama khususnya dikaitkan dengan 3 [tiga] Garis imajiner alam madyo [alam kekinian]: Tugu, Keraton, dan Panggung Krapyak; atau 3 [tiga] Garis Imajiner lurus Gunung Merapi, Keraton, Laut Selatan atau Parangtritis, Atau 3 [tiga] metafora pada yaitu Eyang Resi Projopati, Panembahan Senopati, dan Laut Selatan.

Episteme Jawa Kuna atau  Ilmu Kebatinan atau [Geisteswissenschaften]; atau saya sebut ["innenleben"] atau penghayatan batin disertai mendamaikan diri sendiri [ingsun sejati] kemudian menyatukan semua unsur-unsur 4 anasir alam [api, air, tanah, angin atau 4 posisi arah; Ngalor (utara), Kidul (selatan), Kulon (barat), Wetan atau Wiwitan Permulaan (timur);] atau saya pakai saja istilah status nama menjadi episteme "Mangku Alam, Mangku Bumi.

Riset  saya  menjelaskan ada 3 [tiga]  memiliki kedalaman batin luar bisa dalam filologi metafisik Jawa Kuna, seperti proses manusia dari menuju ketujuannya. Didunia ini pada 3 [tiga] siklus Alam purwo [asal usul], alam madyo [alam kekinian], dan alam wasono [alam telos manusia]. Perjalanan manusia ini disimbolkan pada [1] Alam purwo [asal usul] dimetafora Gunung Merapi; [2] Alam madyo [alam kekinian], dimetafora Tugu, Keraton, dan Panggung Krapyak; [3] alam wasono [alam telos manusia] dimetaforakan dengan Laut Selatan atau Parangtritis atau di sebut ratu Pantai Selatan atau Nyai Roro Kudul.

Kata Kidul (artinya selatan). Nyai Roro Kidul   dikenal dengan berbagai nama yang mencerminkan berbagai kisah berbeda dari asal-usulnya, legenda, mitologi, dan kisah turun-temurun. Nyai Roro Kidul lazim dipanggil dengan nama Ratu Laut Pantai dan Gusti Kanjeng Ratu Kidul.

Yang paling sulit adalah melakukan penelitian tentang makna hakekat padangan [world view] filologi, metafisik, hermeneutika, semiotika sisi Nyai Roro Kidul atau Laut Selatan atau Parangtritis sebagai metafora alam wasono [alam telos manusia].

Pendasaran theoria filsafat yang saya pakai dalam riset Nyai Roro Kidul atau Laut Selatan atau Parangtritis adalah:

Pendasaran riset ke [1] Konsep Demitologisasi Rudolf Karl Bultmann (20 Agustus 1884 - 30 Juli 1976) bahwa sejarah adalah bentuk kausalitas dan cara berpikir. Konsep Demitologisasi (eksegesis) semua terarah pada dogma tertentu, kemudian di cari epsitimologi (prasangka). Mitos di buat secara sains, maka disebut sebagai ilmu sejarah. 

Kemampun interprestasi Mitos (metode tafsir makna di balik itu semua dan penadasarannya cara manusia memahami dunia). Demitologisasi Rudolf Bultmann  sejarah adalah bentuk kausalitas dan cara berpikir dan eksegesis atau sejarah adalah perjumpaan dengan makna eksistensial.  

Makna Eksistensial : cara berhubungan dengan manusia; ada pengalaman pribadi dan mandiri berbeda; tidak bisa dicari faktanya sejarah. Maka perjumpan pada mitos Nyai Roro Kidul atau Laut Selatan atau Parangtritis tergantung   dengan cara  bereksistensi diri sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun