William Paley (lahir Juli 1743 dan meninggal dunia pada tanggal 25 Mei 1805) adalah filsuf Inggris, penggagasn teologi Nasrani, menggagas utilitarian. William Paley lahir di Peterborough, Paley menempuh pendidikan di Giggleswick School, di mana ayahnya adalah kepala sekolah, dan di Christ's College, Cambridge, Inggris [UK]. William Paley lulus pada 1763, kemudian mengajar sebagai pendidik tentang gagasan Samuel Clarke, Joseph Butler, dan John Locke tentang filsafat moral. Berberapa akhli berpendapat gagasan William Paley berasal dari gagan klasik Kuna yakni Cicero.
Tulisan ini adalah bagian pada Kajian Pustaka untuk penelitian Kosmogoni Jawa Kuna atau Indonesia lama. Penelitian dilakukan oleh Prof Apollo Daito dan Pia Oliang  tahun [2012-2016] untuk menjelaskan fenomena 3 garis imajiner antara Merapi, Kraton Jogja, dan Pantai Laut selatan, dalam menjelaskan fenomena sekaligus nomena pada perspektivisme Filsafat MKG atau Manunggaling Kawulo Gusti. Pada tulisan ke [2] ini saya memberikan catatan penting tentang gagasan William Paley dengan rincian sebagai berikut:
Ke [1] Paley proses sejarah pada argumen teleologis berdasarkan analogi jam tangan dibuat sketsa dengan metafora bahwa tidak ada yang tetap di bawah langit dan matahari, kata orang bijak zaman dulu. Di lantai hutan yang gelap dan lembab, dedaunan membusuk pelan pelan dan beralih rupa menjadi potongan-potongan intan sebagai akibat perputaran waktu.
William Paley memperkenalkan metafora perancang jam bagi argumen Tuhan sebagai pencipta yang cerdas. Argumen Paley didukung dengan contoh-contoh nyata  berdasarkan keragaman hayati dan fungsi organ-organnya yang ada dialam semesta ini. Kemudian dampak pada metafora Arloji ini  terjadi "rancangan dan perancangnya" menjadi penjelasan tentang mekanisme alam yang berjalan kumulatif yang ada sekarang ini.
Ke [2] Maka gagasan William Paley adalah upaya merekonsiliasi sekaligus partisiapasi logika dan Tuhan dalam tatanan kehidupan manusia.  Pada agama manusia dipersepsikan percaya Tuhan, maka Tuhan adalah  serba-maha. Tuhan tidak hanya serba-baik, tetapi Yang Maha Baik; tidak hanya serba mengetahui, tetapi Yang Maha Mengetahui; tidak hanya serba penuh kuasa, tetapi Yang Maha Kuasa.
Maha kuasa berarti juga bebas melaksanakan kehendak-Nya. Akhirnya Gagasan Pelay menciptakan banyak agamawan dan ilmuwan beriman menyambut asas astropik dengan apologia bergaya Paley karena ada keyakinan  Tuhan bisa dipanggil lagi ke dalam sains atau ilmu dapat syarat keratahan logis (logical simplicity) dengan penjelasan metafora Arloji Paley.
Ke [3] Implikasi lain dengan Metafora Arloji ini memungkinkan ada syarat keratahan logis (logical simplicity) atau alam semesta dalam artian luas, dan kosmos menekankan tatanan yang tepat, baik, indah dan dapat dimengerti. Alam semesta adalah terminologi ilmiah dan sifatnya netral tanpa makna estetis atau pun etis dapat dipahami.
Ke [5] hasil kajian literature yang saya lakukan menyatakan  secara langsung atau tidak langsung William Paley telah meneruskan tradisi Cicero, Diogenes Laertius, Pythagoraslah yang pertama kali menyebut keteraturan dunia sebagai kosmos, khususnya menyangkut pergerakan  benda-benda langit dan bumi.
Ke [6] Makna dan implikasi metafora Arloji William Paley sebagai ide [a] Kosmos adalah aspek ragawi dari [2] logos Tuhan Maha Esa  yang menyangganya. Arloji William Paley  adalah Kosmos-logos menunjuk ke keindahan dan keteraturan dunia yang bekerja berdasarkan asas rasional masuk akal dan dapat dipahami dengan syarat keratahan logis (logical simplicity). Kosmos seperti ini dapat dicerna oleh fakultas kesadaran akal budi manusia. Maka syarat keratahan logis (logical simplicity) wujud upaya agar sains lahir dari keyakinan akan adanya keindahan tidak kentara [tersembunyi] di alam;
Ke [7] Metafora Arloji William Paley  dikaitkan dengan "singularitas" atau oleh ilmu disebut dua besaran  dalil umum matematika: ananta dan nol. Selama 7 tahun saya mengikuti dan memahami gagasan ini saya rasa problem Singularitas adalah masalah besar dalam kosmologi dan belum ada teori yang dapat memecahkannya termasuk William Paley tidak mampu menjawabnya.  Maka wajar sekali jika Paley menggunakan terma atau dalil istilah  "penciptaan alam semesta".