Filsafat Ilmu: Esensi Teori
Teori dengan hipotesis tidak berbeda secara prinsip kedua-duanya  merupakan  dasar  ramalan  untuk mengantisipasi  jawaban terhadap  masalah yang di garap. Karena sifatnya masih sementara dan tentatif sehingga  mempunyai implikasi untuk di uji  lebih lanjut kebenaran ilmiahnya. Perbedaan antara teori dengan hipotesis terletak pada bentuk perumusannya pernyataannya.Â
Teori lebih bersifat deskriptif  dan eksplanatoris, sedangkan hipotesis  lebih ringkas, sederhana, kongkrit, dan eksplisit.  Teori  merupakan proposisi  yang dielaborasikan lebih lanjut  sampai diketahui mekanisme hubungan atau pengaruh antara hal-hal yang bersangkutan hingga terwujud  konsep hubungan yang kongkrit yang bersifat deskriptif (menggambarkan) dan menjelaskan (eksplanatoris).
Teori yang pernah di uji kebenaran ilmiahnya merupakan sumbangan baru bagi  perkembangan ilmu yang bersangkutan, berupa tambahan teori baru. Teori baru di sebut premis.Â
Serangkaian premis yang tersedia dan masing-masing telah teruji kebenarannya, merupakan  sumber untuk menyusun deduksi hipotesis.Dua  eleman metode ilmiah yakni: (a) elemen empirik, menggunakan pengamatan dan panca indera; (b) elemen rasional, menggunakan matematika dan pemikiran  deduktif. Teori  merupakan: (a) metode keraguan (teori pengetahuan) yaitu menggunakan  keraguan secara metodologis  untuk  mencapai pengetahuan sejati, (b) teori pengetahuan ide yang merujuk kepada tiga ciri utama yakni mana sumbernya, realitas apa yang ada didalamnya, dan merujuk ke mana.Â
Teori merupakan suatu abstraksi (penjelasan)  intelektual di mana pendekatan secara  rasional digabungkan  dengan pengalaman empirik  yang  diawali dengan fakta dan diakhiri dengan fakta nyata.  Artinya  teori ilmu merupakan suatu penjelasan rasional  yang berkesesuaian  dengan objek  yang dijelaskannya. Â
Dua syarat teori ilmiah yakni : (1)  harus konsisten dengan teori-teori sebelumnya yang memungkinkan  tidak terjadinya kontradiksi  dalam keilmuaan secara keseluruhan (teori koherensi), dan (2) harus  dengan fakta empirik  sebab teori yang bagaimanapun konsistennya sekiranya tidak didukung fakta empirik  tidak dapat diterima sebagai suatu teori atau hipotesis didukung oleh (teori korespondensi). Â
Teori adalah metode ilmiah yang merupakan gabungan antara teori koherensi (berpikir deduktif atau logika matematika) dan korespondensi (berpikir induktif/ positif atau logika statistika) Â atau disebut logico hypothetico verifikatif. Â Â
Teori (= hipotesis) yang telah teruji kebenarannya menjadi teori ilmiah, yang kemudian di pakai dalam penyusunan premis  dalam mengembangkan hipotesis selanjutnya.  Secara kumulatif teori ilmiah  berkembang seperti piramida  terbalik makin lama, makin tinggi.
Berikut ini akan disimpulkan pengembangan esensi teori sebagai berikut: Pertama: Dikotomi sifat 'rasional'Â (rational) dan 'masuk akal' (reasonable). Â Ciri rasional terutama berlaku bagi kebenaran ilmiah sementara sifat masuk akal berlaku bagi kebenaran tertentu di luar lingkup ilmu pengetahuan ilmiah.Â