Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Contoh Membuat Ilmu [1]

26 Maret 2019   09:08 Diperbarui: 14 Mei 2021   16:22 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Contoh Membuat Ilmu [1]

Konsepsi Aristotle tentang ["teleologis"] atau (final cause), pada "Tatanan Alam"   terutama berasal pemikiran pada organisme biologis, yang semuanya kompleks dan sangat efisien. Filsafat Aristotle pada "Doktrin : registrasi: yaitu logika (logos), etika (ethos), dan emosional (pathos) dilakukan melalui proses produksi menghasilkan ide gagasan dan pemikiran, dengan empat "Causa Proxima"  yakni: (a) Causa material adalah bahan menjadi unsur untuk membuat segala sesuatu. (b) Causa forma  adalah struktur atau hakekat yang membedakan materi-materi. (c) Causa efficient, perubahan dan gerak sesuatu berasal; (d) Causa finalis adalah fungsi atau tujuan setiap hal di buat adalah kebaikan (agathon) untuk setiap hal.

Maka dengan meminjam pemikiran empat "Causa Proxima"    atau Trans Substansi Pemikiran Aristotle memungkinkan untuk  contoh cara "Membuat Ilmu". Hasil Penelitian Prof Apollo Daito, dan Pia Oliang  [2014] membuat 5 kasus cara membuat ilmu. Berikut ini disajikan satau [1] pada tulisan pertama sebagai contoh cara membuat ilmu teori "Leadership". 

Langkah  (1) adalah mencari literature dan konsep tentang teks Leadership. Misalnya contoh pada kasus ini saya pakai dengan "Leadership"  dengan sub variabel  (a) sub variabel Sifat (trait approach) mempunyai 20 pertanyaan dari konsep Northouse (1997), Gibson (1991:371-392), Griffin & Moorhead (2007:342-365), Gary Yukl (2006:3-23), Schermerhorn (2008:324), (b) sub variabel Pendekatan gaya  (style approach/ leadership behaviors), dengan 3 dimensi The leadership grid, Michigan leadership studies:,  Ohio State studies: mempunyai 11 pertanyaa, (c)  sub variabel Pendekatan situasional (situational approach) dengan mempunyai 14 pertanyaan, (d) Teori kontinjensi (Contingency theory-LPC = least preferred co-worker) dengan dua pengukuran LPC high leaders:,  LPC low leaders, (e) sub variabel Teori arah tujuan (path goal theory) ada 18 indikator, dengan dimensi Perilaku pemimpin (leader behaviors):, Ciri-ciri bawahan (Subordinate characteristics), Ciri-ciri tugas (Task characteristics): faktor situasi, Karakteristik lingkungan. (f) sub variabel Teori pertukaran pimpinan-anggota (leader member exchange theory-LMX) ada 15 indikator,  dengan dimensi Pertukaran dalam kelompok (exchange in-group),  Pertukaran luar kelompok (exchange out-group):, Hersey dan Blanchard: Revisi dan perbaikan lainnya, (g) sub variabel Pendekatan transformasional (Tranformational approach) mempunyai 14 indikator, Multifactor Leadership Questionnaire (MLQ), (h) sub variabel Teori kepemimpinan tim  (Team leadership theory)- Pendekatan psikologi (psychodynamic approach) dengan dimensi Menciptakan efektivitas organisasi dengan input, Menciptakan efektivitas organisasi ouput, (i) sub variabel Kepemimpinan dan wanita (women and leadership), (j) sub variabel Kepemimpinan karismatik  (The charismatic leaders), dimensi  Mengimpikan, Energi.

Lalu bagimana cara membuat ilmu pada gagasan tersebut. Hasil penelitian Prof Apollo Dait0 [2012-2018] sudah menyusun alat tafsir untuk menilai Episteme Leadership dengan langkah sebagai berikut:

Ke [2] menyusun instrument kuesioner penelitian sebanyak 132 temuan. Adapun skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert pada episteme Kepemimpinan (leadership). Responden bisa memilih dalam 7 kategori:  1 artinya sikap Sangat tidak setuju; 2 artinya sikap Tidak setuju; 3      artinya sikap Kurang setuju;   4 artinya sikap Ragu-ragu;  5 artinya sikap      Cukup setuju; 6 artinya sikap  setuju ; 7 artinya sikap  Sangat setuju.

Ke [3] melakukan pretest data dengan sample tertentu untuk melihat kemudahan dipahami responden, dan aplikasinya dengan kondisi empirik;

Ke [4] melakukan dan  menguji validitas kesesuaian antara butir soal dan kisi-kisi konstruknya digunakan analisis faktor. Konsep validitas berhubungan dengan: (1) ketepatan, (2) kebermaknaan, dan (.3) kegunaan suatu skor tes (Gable, 1986: 71). Macam-macam validitas adalah validitas: (1) konten yang meliputi: definisi konsep dan definisi operasional; (2) konstruk, dan (3) kriterion-related (Gable, 1986: 72-77). 

Terdapat empat teknik untuk menganalisis konstruk, yaitu dengan: (I) korelasi antarvariabel, (2) analisis multitrait multimethod, (3) analisis faktor, dan (4) prosedur known-groups (Gable, 1986. 77).  Menurut Apollo Daito (2007:79-80) penguji validitas dilakukan melalui analisis faktor terhadap instrumen dengan cara mengkorelasikan jumlah skor item kuesioner dengan skor total. 

Keputusan untuk mengambil keputusan adalah dengan membandingkan t-hitung lebih besar dibandingkan dengan t-tabel, artinya instrumen tersebut memiliki construct validity  yang baik atau instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur gejala sesuai dengan didefinisikan. Metode kedua dapat dipakai teknik belah dua (split half)  dengan rumus Sperman Brown atau korelasi produk momen belah dua.  Menurut Zikmund (1997:342-345), validity when researchers want to know if their measure is valid, and the question of validity expresses their concern with accurate measurement. Validity addresses the problem of whether a measure. .... classification consists of four major forms of validity (a) content validity or face validity, (b) criterion related validity, (c) construct validity, (d) predictive validity.  

Uma Sekaran (2000:207-209), ... were concerned about issue of the authenticity of the cause and effect relationship (internal validity), and their generalizability to the external environment (external validity).... several types of validity tests are used to test the goodness of measures. For sake of clarity we can group validity test under three board headings content validity, criterion validity, and construt validity. Cooper, Schindler (2001: 211), validity in this context is the extent to which differences among respondents being tested. We want the measurement tool to be sensitive to all the nuances of meaning  in the variable and to change in nuances of meaning over time. ....one widely accepted classification consists of three major forms of validity (a) content validity, (b) criterion related validity, (c) construct validity.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun