Diskursus Mistik Pohon Kelor
Memang kadang-kadang manusia yang merasa dirinya paling benar, bijaksana merasa sombong dan membabibuta membela apapun  pegangannyanya pada apa yang dianggap ["benar"]. Orang sombong dan merasa benar sendiri seperti manusia di atas gunung, kemudian memandang semua manusia lain adalah bodoh dan kecil dibawahnya, padahal pada saat yang sama orang lain memandang dirinya juga kecil kerdil dan picik.
Saya agak prihatin jika ada anggapan terlalu radikal jika mengkaitkan kata "mistik" karena ada persepsi  yang muncul sebagai bentuk menyesatkan, berbahaya pada iman manusia, dan bisa-bisa memiliki konotasi yang negative atau malahan dianggap melawan hakekat manusia yang wajib tunduk dan patuh pada Kekusaan Tuhan Yang Maha Esa.
Tetapi diskurus stigma negative seperti itu, bisa saja berubah  jika dengan mental terbuka untuk belajar atau proses belajar lebih luas, dan lebih dalam apakah benar kata [mistik] memiliki makna yang buruk, jahat, berbahaya, dan remeh temeh tidak berguna, dan merusak iman manusia. Pohin dan daun kelor mendapat ruang mystically tanpa menanggalkan argument rasional yang menjadi basis diskusi tentang manfaat gizi dan ekonomis dari kelor. Maka diskursus ini adalah menampilkan daun kelor memiliki fungsi mistik.
Tulisan ini membahas tentang apakah ada fakta empiric bahwa Mistik Pohon Kelor adalah benar, dan relevan dalam kebudayaan sebagian wilayah di Indonesia. Di Dunia Barat disebut Pohon Kelor Sebagai "The Miracle Tree" atau Pohon Ajaib atau pohon Kelor atau merunggai (Moringa oleifera) memiliki sejarah tersendiri dan dikaitkan dengan mistik tertentu. Pohon ini banyak dipakai dan ditanam sebagai tapal batas atau pagar di halaman rumah atau sawah ladang. Sangat mudah tumbuh dan subur tanpa menggunakan perawatan khusus.
Pada tulisan ini saya juga melakukan penelitian selama 1 minggu tentang persepsi dan pengguna masyarakat di wilayah Jawa Tengah tentang hakekat mistik pada daun, atau pohon Kelor. Tidak mewakili secara umum tentu saja penelitian ini, dan memungkinkan adanya gagasan baru atau penelitian silang untuk melakukan koreksi jika memang ada hasil lain yang berbeda. Maka penelitian ini bersifat sementara sebagai diskursus awal penelitian.
Hasil studi etnografi saya pada beberapa responden menyatakan banyak sekali manfaat seluruh isi pohon kelor, terutama untuk obat herbal atau alami, atau membantu aktivitas manusia lainnya termasuk ebagai sayur, teman makan dengan nasi dan lauk untuk makanan sehari-hari. Mulai dari akar, batang, kulit, ranting, daun, dan buah kelor bermanfaat secara umum bagi kepentingan manusia. Â Tentu saja penemuan riset dan teknologi telah memahami manfaat pohon kelor dengan rasio instrumental manusia dalam kaitan dengan relevansi manfaat pada kehidupan manusia. Maka fungsi dan manfaat pohon kelor lebih banyak berperan dalam martabat manusia wujud budaya rasionalitas.
Maka wajar jika kemudian Badan Kesehatan Dunia (WHO) memberikan rekomendasi  balita mengonsumsi daun kelor. Selain itu, WHO juga menobatkan kelor sebagai pohon ajaib  dan menemukan  a kelor berjasa sebagai penambah kesehatan lebih berbiaya murah selama 40 tahun di negara-negara di dunia.
National Institute of Health pada tanggal 21 Maret 2008 mengeluarkan hasil riset tentang pohon kelor  sebagai obat oleh berbagai kelompok etnis asli untuk mencegah atau mengobati lebih dari 300 jenis penyakit. Tradisi pengobatan Kuna menunjukkan  300 jenis penyakit dapat diobati dengan daun Kelor atau moringa oleifera.
Pertanyaan berikutnya, apakah ada makna kegunaan diluar rasionalitas manusia yang secara tradisi lisan  turun temurun yang menjadi narasi panjang unsur mistik pada pohon kelor atau mitos sebagai penolak ilmu kebal. Tentu saja jawabannya ada dan ada fakta memang demikian praktik kehidupan sehari-hari.
Daun kelor bisa dipakai untuk mengantarkan kematian seseorang yang sudah lama sakit koma, dan tidak sembuh-sembuh. Bisanya ada kepercayaan seseorang ini memiliki isi badan tertentu yang harus dipindahkan ke tempat lain atau pergi dari badan yang bersangkutan. Maka daun kelor berfungsi secara mistik melepaskan benda-benda atau roh tertentu. Maka mitos tentang daun kelor penghilang roh halus atau bisa mengalahkan roh halus masih ada dalam fakta pada sebagian masyarakat Indonesia. Karena itulah maka ada dan masih dapat dijumpai rumah-rumah yang ada daun kelor diikat kemudian ditaruh di atas pintu rumahnya sebagai penolak bala atau penangkal dedemit, sama seperti dalam tradisi Dayak menggunakan daun Sawang atau daun Hanjuang.