Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Rabu Abu Awal Puasa Umat Katolik

6 Maret 2019   15:41 Diperbarui: 6 Maret 2019   16:05 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

RABU ABU: Awal Puasa Umat Katolik

Kata-kata ini selalu muncul dalam ibadat Kudus Katolik pada awal puasa atau rabu abu: "Bertobatlah, dan percayalah kepada Injil" atau, "Kamu adalah debu dan akan kembali menjadi debu" (you are dust, and to dust you shall return)". Gagasan umum ini berasal pada hakekat umat manusia ini diciptakan dari debu tanah (teks Injil Perjanjian Lama pada Genesis 2:7), dan suatu saat waktu engkau akan mati dan kembali menjadi debu tanah.

Pada hari ini seluruh  umat beriman Katolik mengikuti  dalam klendarium Gereja Katolik adalah misa kudus awal puasa dan patang. Atau dalam tradisi disebut sebagai hari "Rabu Abu". Secara magisterium Katolik umumnya lamanya masa pertobatan batin manusi dilakukan selama waktu puasa ini 6 hari dalam seminggu (hari Minggu tidak dihitung), maka masa Puasa berlangsung selama 6 minggu ditambah 4 hari, sehingga genap 40 hari. Dengan demikian, hari pertama puasa awal Katolik secara tanggalan   jatuh pada hari Rabu. (Paskah terjadi hari Minggu, dikurangi 36 hari (6 minggu), lalu dikurangi lagi 4 hari, dihitung mundur, jatuh pada hari Rabu). Kemudian berkembang menjadi istilah 3 hari Suci  pada tradisi Karakter liturgia Ambrosian.

Apalagi bila mencari fakta pada warisan budaya umat manusia atau fenomenologi roh atau mental atau Geist model Hegelian, dan Wirkungsgeschichte ("Sejarah Pengaruh" model Hermeneutika Gadamer) misalnya diskursus Rabu Abu dan Tradisi Katolik  tidak terlepas pada kondisi peneliti tersituasi, kesadaran adanya bayang bayang tradisi, kesadaran Zaman ini, dan repleksi diri dalam sejarah.

Pada prespektif sejarah Rabu Abu adalah hari pertama Masa Prapaska, yang menandai   memasuki masa tobat 40 hari sebelum Paska. Angka "40 waktu dan ruang tobat mansusia. Tersebutlah dalam sejarah Nabi Musa berpuasa 40 hari lamanya sebelum menerima Sepuluh Perintah Allah (dalam injil Perjanjian Lama Kitab Keluaran 34:28), demikian pula Nabi Elia (dalam injil Perjanjian Lama Kitab pada  1 Raja 19:8). Nabi Isa atau disebut Yesus sendiri juga berpuasa selama 40 hari 40 malam di padang gurun sebelum memulai pewartaan-Nya (injil Perjanjian Baru  Kitab Matius 4:2).

Maka pada tulisan ini saya membahas sikap dan episteme pada kata "Kamu adalah debu dan akan kembali menjadi debu" (you are dust, and to dust you shall return)". Setidaknya mengandung makna beberapa hal yang universal bagi umat manusia tentang:

Ke (1] Kekembalian Hal yang Sama Secara Abadi. Tafsir Hermeneutika pertama ini (return) atau kekembalian yang sama secara abadi menjadi hakekat hukum alam semesta atau makro kosmos dan mikrokosmos sebagai system hukum alam. Pada tradisi Yunani Kuna bahwa kaum phusikoi dengan berani mengajukan berbagai teori tentang phusis (alam). Hukum alam misalnya mengajarkan tentan siklus atau theater alam semesta.

Cacing makan tanah, cacing dimakan ayam, ayam dimakan manusia, manusia dimakan tanah, suatu keabadian berjalan bersiklus dalam tatanan pada waktunya. Bahwa semua yang ada ini adalah sementara, dan yang ada hanyalah kemenjadian. Bumi berputar roda bergulir, yang abadi adalah waktu. Waktu bergerak muncullah sejarah. Era terus berganti, situasi berubah. Saya pun selalu berbeda, 1 menit lalu dengan sekarang juga berubah. Tidak ada yang abadi, yang abadi adalah perubahan itu sendiri. Dulu orang tua rawat anak, sekarang anak rawat orang tua. Dulu kedua orang tua berpisah dari opa oma, dan kini saatnya saya harus berpisah dengan kedua orang tua saya membentuk keluarga atau sehingga muncul apa yang disebut masyarakat.

Umur semua manusia juga hanya ada 7 hari, semua manusia juga akan mati dalam 7 hari; senen, selasa, rabu, kamis, jumat, sabtu, minggu. Terus berputar dan bergulir sehingga membentuk apa yang disebut [ada] dan sejarah. Jawa umumnya memiliki pemahaman Protipe dunia Buana Agung, Buana Alit (Makro Mikro Kosmos), bersudut empat dengan satu pusat (papat keblat, kelimo pancer), menurut urutan selatan, barat, utara, timur, dan pusat untuk menunjukkan symbol ruang. Juga nama siklus hari pada lima pasaran neptu 5 hari legi, paing, pon, wage, kliwon. Atau tiga bentuk alam manusia, alam purwo atau asal usul, alam madyo (dunia saat ini), dan alam wasono (kembali kepada pencipta). Atau pandangan siklus Nawaruci atau dalam lakon wayang manusia dibeberapa tema, dan pertunjukan akhirnya mengakui adapapun adalah sementara dan bersifat siklis.

Maka persis pada kondisi ini melahirkan episteme tentang konsep ada dokrin utama Konsep Tuhan Maha Esa {"Tan Keno Kinoyo Opo"}. Kawruh Kisah Dewaruci adalah inti "Sangkan Paraning Dumadi". Bahwa Dokrin Manunggaling Kawula Gusti. Suksma Kawekas (Tuhan Sejati) dipahami sebagai "Utomo Roso" atau di sebut "sembah rasa atau Sembah Roso". Saya rasa pintu ini memungkinkan adanya kesamaan visi misi apa yang disebut dalam kekembalian hal yang sama secara abadi.

Ke [2] Semua adalah Siklus. Pada tatanan ada yang disebut "semacam reinkarnasi" atau "hukum karma" pada siklus alam semesta. Alam semesta adalah semacam Noumena adalah benda atau objek pada dirinya sendiri (das Ding an sich) yang tidak bisa dipahami dengan tatanan pikiran manusia. Dunia dan realitasnya ada semacam "Kehendak Buta" yang menerabas dalam ruang dan waktu yang gagal dipahami, dan akhirnya menghasilkan "penderitaan manusia".  Maka kebenaran yang ada didunia ini hanyalah Proyeksi, atau prediksi manusia, dan dipastikan meleset dan jauh dari kebenaran. Maka Agama dalam hal ini Katolik (bermaka Universal) menawarkan tradisi iman untuk menyadari hakekat manusia pada ketidakbermaknaan hidup. Orang Jawa menyebut "hidup itu hanya mampir minum". Singkat, dan tidak dapat dipastikan kapan manusia akan kembali menjadi debu tanah. Kembali keasal usulnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun