Ke [3] Kewaspadaan (eling) atau "Ingat". Saya kira semua dokrin budaya, tradisi, dan agama sebenarnya mengingatkan kembali manusia pada apa yang disebut ["Kearifan Lokal Jawa Kuna"]. Saya meminjam hakekat apa yang saya sebut  Kata "eling lan waspodo", atau "Ojo dumeh". Sebuah kata etika sekaligus mewakili iman pertobatan mendalam untuk repleksi diri, bahwa hidup yang dihayati berbeda dengan hidup yang dipikirkan.
Hanya dengan "Ingat" wujud episteme manusia kembali menjadi fitrahnya.  Hidup adalah penghayatan, dan pengalaman pada apapun, kemudian mengambi sikap senantiasa ada "eling (ingat)". Ingat mati, ingat orang tua, ingat doa, ingat puasa, ingat agama, ingat usia, ingat tugas, ingat waktu, ingat sejarah, ingat pasangan, ingat susah, ingat senang, ingat sakit, ingat sehat, ingat ilmu, ingat asal usul dan seterusnya. Dan kata "Ingat Kembali" sebagai kembali  pada  Tuhan Maha Esa bahwa "Kamu manusia adalah debu dan akan kembali menjadi debu tanah".
Memaknai ritual adalah baik, tetapi penghayatan batin pada kata "Ingat Kembali" memiliki makna paling dalam atau paling luhur manusia sebagai wujud Geisteswissenschaften (roh, atau sebagai Mental dimensi, Tubuh Jiwa Roh manusia] dalam konteks Dokrin Manunggaling Kawula Gusti. Â Penyatuan diri manusia dengan Tuhan (bersifat manugggal).
Akhirnya dengan menyadari kelemahan kita {"dosa"] maka umat manusia diajak untuk menyadari dalam batin agar manusia tidak bersikap "dumeh" (sombong, atau angkuh, arogan, berbuat jahat), tetapi kembali menjadi selalu "mencintai" sesama manusia, dan mewartakan kebaikan bagi dunia supaya terwujud keindahan, kebaikan, dan kebenaran. Semoga Demikian, dan Selamat Hari Rabu Abu. tky
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H