Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Filsafat Seni Mimesis [167]

29 Desember 2018   21:45 Diperbarui: 29 Desember 2018   21:51 516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat Seni Mimesis [167]

Pengalaman bukan hanya fisik atau mental. Sebaliknya, berbagai hal dan peristiwa dunia ditransformasikan dalam konteks makhluk hidup, dan makhluk itu sendiri ditransformasikan melalui interaksi seni. Teori yang bertentangan menyatakan  pengalaman terjadi secara eksklusif di dalam pikiran, memecah-mecah diri menjadi perasaan,  dan keinginan.

Namun, ini sebenarnya hanya aspek yang berbeda dari interaksi diri dan lingkungan. Pemisahan, misalnya, antara aspek intelektual dan sensual jiwa lebih didasarkan pada perbedaan dalam kelas sosial. Kehendak yang diperintah dengan buruk membesar-besarkan perbedaan-perbedaan ini, yang merupakan kajian filsafat seni.

Teori-teori yang mengasumsikan   kualitas estetika diproyeksikan ke objek estetika, misalnya gagasan Santayana bahwa seni adalah kesenangan yang terobyektifikasi, mencontohkan pemisahan ini.

Meskipun pemisahan diri dan objek memiliki kepentingan praktis dalam kehidupan sehari-hari, ia larut dalam pengalaman estetika. Sebuah lukisan menyebabkan efek tertentu pada kita. Sebaliknya, lukisan adalah efek total yang timbul dari interaksi makhluk hidup dan faktor eksternal seperti pigmen dan cahaya.

Keindahannya adalah bagian dari efek itu. Pengamatan penuh   menjadi perenungan belaka dan pengurangan unsur emosional dari estetika menjadi kesenangan yang diambil dalam perenungan. Terdapat perbedaan dan kemudian membuatnya menjadi divisi kompartemen, sehingga memisahkan estetika pada mode pengalaman lainnya. Gagasannya tentang perasaan murni menyebabkan keindahan dilihat sebagai jauh dari keinginan dan tindakan.

Maka pengalaman estetika sebagai penggabungan keinginan dan pemikiran ke dalam persepsi. Kesenangan yang diambil dalam membaca puisi tidak dalam kontemplasi tetapi dalam pemenuhan kecenderungan dalam subjek yang dirasakan.

Berlawanan dengan psikologi tradisional, berpendapat bahwa dorongan datang pertama, diikuti oleh sensasi. Kehadiran kualitas sensual yang intens menunjukkan adanya dorongan. Apresiasi estetika memiliki keseimbangan ketika banyak impuls terlibat. Pengalaman estetika hanya bisa dikatakan tidak menarik jika ini berarti tidak mengandung minat khusus.

Demikian juga halnya dengan imajinasi bukanlah fakultas yang mandiri tetapi kualitas yang meliputi semua pengambilan dan pengamatan. Ini adalah cara melihat yang membuat hal-hal lama menjadi baru. Imajinasi menyatukan berbagai elemen menjadi pengalaman terpadu yang baru. Ia bukan kekuatan. Melainkan,  adalah sesuatu yang terjadi ketika berbagai bahan datang bersama-sama.

Juga tidak hanya memberikan pengalaman baru atau tampilan baru, karena hanya terjadi ketika pikiran dan materi saling berpenetrasi. Peran imajinasi dapat dilihat pada dialektika penglihatan batiniah dan pengalaman lahiriah aspek luar  dalam pembuatan kreatif  di mana penglihatan batin nampak lebih kaya, dan kemudian penglihatan luar tampaknya memiliki lebih banyak energi, meskipun penglihatan batin mengendalikan bagian luar. Simpulannya adalah imajinasi wujud interaksi keduanya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun