Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kant: Critique of Practical Reason [2]

29 Oktober 2018   23:03 Diperbarui: 30 Oktober 2018   01:15 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kant: Critique of Practical Reason [2]

Tiga Buku Masterpiece, magnum opus atau 'great work' karya Immanuel Kants (a) Critique of Pure Reason, (b) Critique of Practical Reason, (c) Critique of Judgment terus dikaji tidak mampu direvisi kekalan pemikirannya.

Kritik Akal Budi Praktis (KABP) atau  ["Critique of Practical Reason"]  memiliki dua bagian, Doktrin Unsur, yang berisi Analitik pada Alasan Praktis Murni dan Dialektika pada Alasan Praktis Murni.  Secara keseluruhan, Analitik berisi argumen untuk imperatif kategoris sebagai satu prinsip moral benar dan identitas moralitas serta kebebasan. Kant mengajukan model  Dialektika mengungkap kesalahan utama pada ahli etika sebelumnya dan mengusulkan dalil-dalil dari alasan praktis murni, dan Doktrin Metode mengusulkan metode baru untuk pendidikan moral.

Analitik, yang dibentuk seperti bukti geometrik, mengambil prinsip moral yang utama adalah hanya bertindak sedemikian rupa sehingga pepatah kemauan manusia dapat berlaku universal.

Sebuah hukum, harus diperlukan dan universal, karena jika tidak, itu bukan hukum. Jika memang demikian, kekuatannya tidak dapat bergantung pada fitur kontingen dari orang yang mengikutinya. Selanjutnya Kant berpendapat setiap hukum kekuatannya harus bergantung pada isinya; kepatuhan kepada Tuhan adalah hukum moral tertinggi tidak bisa dilaksankan, karena hukum ini hanya dapat berlaku bagi mereka yang menginginkan untuk menaati Tuhan. Lebih jauh lagi, pada pandangan psikologi manusia, untuk bertindak atas keinginan untuk taat kepada Tuhan adalah bertindak untuk memuaskan kesenangan  melekat pada diri dalam ketaatan seperti itu. Ini hanya menyisakan bentuk universalitas kosong sebagai kekuatan hukum. Jadi, misalnya, adalah  melanggar janji seseorang, karena tidak mungkin melanggar janji-janji untuk diuniversalkan.

Analitik sekarang melanjutkan dengan menyatakan orang yang bebas dan yang bermoral adalah satu dan sama. Orang bebas bertindak berdasarkan hukum, dan bukan secara acak, tetapi bukan hukum yang diberikan secara eksternal, karena itu akan menjadi bentuk perbudakan. Hanya imperatif kategoris yang ditemukan cocok. Sebaliknya, orang yang bermoral mengikuti hukum praktis dan tidak terikat oleh keinginan kontingen, dan otonom.

Model dialektika Kant mengkritik pada gagasan etika sebelumnya telah membuat kesalahan. Karena menganggap secara moral layak sebagai membidik kebaikan tertinggi daripada melihat kebaikan tertinggi seperti yang diarahkan oleh moralitas. Sistem-sistem etika ini ditakdirkan gagal karena moral tidak dapat dibatasi oleh kebaikan tertinggi independen, karena untuk mencari sesuatu yang tidak bergantung pada dirinya sendiri berarti membatasi kebebasannya.

Di dunia yang fenomenal ini, lebih jauh lagi, kebaikan tertinggi tidak dapat ditemukan. Namun, karena mengikuti hukum praktis mensyaratkan keyakinan bahwa tujuannya, kebaikan tertinggi,  tercapai, maka  akal budi mengharuskana untuk percaya kebaikan tertinggi dapat dicapai. Ternyata ini, pada gilirannya, membutuhkan kepercayaan pada Tuhan dan keabadian. Tanpa Tuhan, tidak ada yang menjamin mengikuti hukum moral menghasilkan kebaikan kebahagiaan tertinggi sebanding dengan moralitas. Dan tanpa keabadian, tidak ada cukup waktu untuk mencapai moralitas sempurna.

Hukum moral membebaskan diri padai kendali keinginan kita. Kemampuan kita untuk merasakan kekuatan hukum praktis bagaimana mengetahui ada hukum semacam itu. Maka kondisi ini dapat  dicapai pada awal Analitik, tidak semata-mata hipotetis. Untuk realitas moralitas dan kebebasan, Kant membalikkan bukti pada Groundwork untuk Metafisika Akhlak, di mana memperoleh moralitas dan kebebasan.

Pada Ajaran Metode, Kant mengusulkan suatu metode untuk mengajarkan moralitas. Adalah penting untuk mengajarkan untuk bertindak pada tugas, dan bukan hanya dari luar, sesuai dengan moralitas.  Pelru proses benar mencintai moralitas demi dirinya sendiri. Dengan menyajikan contoh-contoh hukum moral yang bertindak murni dan tanpa bantuan insentif lain, kemudian belajar untuk memahami bagaimana hukum moral dapat membebaskannya dapada perbudakan kepada keinginannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun