Niscaya  (necessary), atau  Kemungkinan (possible) bagian [1]
Aristotle, Platon membagi kosmos dalam dua tatanan, (a) fana (sublunar). Dan kedua (b) wilayah abadi (supralunar), bersifat dialektika dengan kesinambungannya, konstan, dan tidak mengalami perubahan. Pada sisi waktu kosmos tidak berawal, dan tidak berakhir, abadi dalam waktu.
Dengan meminjam 12 Kategori "The Critique of Pure Reason" karya Immanuel Kant, maka masalah umum alam semesta secara episteme pada tatanan kontingensi adalah permulaan waktu (atau problem waktu) atau penciptaan (diandaikan Tuhan wajib ada) bahwa alam semesta ada sekarang ini. Dengan mengacu pada fakta ada masa alam semesta masa (era) tidak ada, atau karena pernah tidak ada, maka keberadaannya bersifat tidak niscaya (necessary), dan kedua adalah kemungkinan (possible) alam dapat memasuki era tidak ada. Dengan cara seperti ini memungkinkan adanya pilihan episteme dalam perabadan ilmu, untuk dikontemplasikan secara kosmos dan logos. Â
Sesuatu sebagai niscaya (necessary), dibatalkan oleh konsep "Kontingensi" (ada alasan rasional) bahwa sesuatu itu ada sebab atau alasannya. Dan sesuatu yang Kontingensi (ada alasan rasional) memungkinkan adanya faktor lain yang mempengaruhinya. Sedangkan yang niscaya (necessary) wujud pasti pada hukum alam sebagai wujud kehendak Tuhan teratur dan terstuktur. Pertanyannya adalah bagimana Niscaya  (necessary), atau  Kemungkinan (possible) dapat dijelaskan.
Ke (1) Pada abad 17 ketika Isaac Newton (1643-1727) merumuskan alam sebagai teori universal gravitasi berkeyakinan alam semesta adalah buah kehendak Tuhan dalam bentuk Matematika.
Ke (2) Max Born (1882-1970) peraih nobel fisika 1954, memberi kuliah umum tentang angka misteri 137, menyatakan ada hubungan teori relativitas umum dengan teori kuantum;. Teori relativitas umum mampu membuat rekonstruksi awal sejarah alam semesta. Dalam ilmu sosial Hegal adalah tandingannya;
Ke (3) pencarian tetap di dasar realitas, Â adalah Brandon Carter, (1942-) , Robert Henry Dicke (1916--1997) tentang evolusi alam, dan episteme nya sebagai pilihan yang realitis untuk dapat diuji, dan kemungkinan perubahan episteme dengan dasar pada fakta yang ada di bumi;
Ke (4) Daras Astropik Charles Darwin (1809-1882), dan William Paley (1743--1805) dengan metafora jam, sebagai wujud penciptaan, dan keragaman hayati pada proses evolusi, probabilitas bertumbuh berkembang secara bervariasi, dan kemungkinan Tuhan dapat dipanggil kedalam ranah ilmu pengetahuan;
Ke (5) skeptisisme Jules Henri Poincare (1854-1912), pada ketidakstabilan teori dan hipotesis yang dibuat, selalu ada pergeseran paradigma, dibuang, dirombak, dan semakin banyak dan bermacam-macam. Tidak lulus dalam uji rigoritas atau keratahan logis (logical simplicity), dan pertanyaan apakah dunia ini terbaik dari sisi moral dan teologis. Atau kemungkian ada jagad majemuk lain sebagai bahan untuk dianalisis;
Ke (6) Paham determinisme Albert Einstein (1879-1955), dan Pythagoras (570SM--495SM) adalah seorang matematikawan dan filsuf Yunani yang paling dikenal melalui teoremanya (keselarasan nada), Â bahwa segala sesuatu yang ada sudah ditentukan dari awal sampai akhir oleh kekuatan yang berada diluar kontrol manusia, kita semua manusia, sayur bayem, toge, atau debu kosmis menari mengikuti irama musik Mozart yang misterius dimainkan dengan biola dari kejauhan oleh pemusik yang tersembunyi tersebut.
Ke (7) adalah teori kosmogoni, ada perbedaan antara kosmis dengan  alam semesta yang bersifat netral. Kosmos adalah adanya tatanan yang tepat, baik, indah, dapat dapat dipahami. Kosmos adalah aspek jasmani (raga) dari "logos". Maka konsep kosmos logos  dapat dipahami oleh fakultas akal budi, dan fakultas kesan indrawi.