Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Inti Buku Republic Platon: Peristrophe Periagoge: Dialog Socrates dengan Glaukon [6]

1 Agustus 2018   18:08 Diperbarui: 24 Oktober 2022   20:45 1195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri
dokpri

Pada teks seksi 475e9-476b11 adalah proses mencetak melalui pendidikan atau ["Paideia"] untuk menghasilkan  negarawan (kalos kagathos) adalah proses displin diri pada hasrat (eros). Negarawan  (kalos kagathos) harus didik pada keberanian, dan bukan pengecut penakut. 

Keberanian (andreia) dan utamaan ugahari (sophrosune)  yang dijiwai pada keadilian (dikhe, atau dikaiosune). Jiwa keberanian pada keadilan memungkinkan manusia dapat didik pada tahap selanjutnya pada menjelajahi dan membuat keseimbangan sebagai landasan mengembangkan bakat tersebut mengagumi keelokan, kedekatan dengan pengalaman lelhur agung bijaksana, keelokan indrawi, dan makna elok itu sendiri melalui pembatinan nilai-nilai (aisthesis). Keserasian nada musik pembentuk jiwa, dan irama tubuh untuk menuju pendisplinan eros untuk menghasilkan  negarawan (kalos kagathos) pada tahap pendidikan berikutnya.

Tahap berikutnya dalam proses mencetak melalui pendidikan atau ["Paideia"] untuk menghasilkan  negarawan (kalos kagathos) adalah melampaui kemampuan keugaharian Homerik dan Sofistik  (aisthesis arete) mengendalikan dan menundukkan eros pada epithumia, dan thumos dan menjadikan logistikon yang menjadi pemimpin (a king philosopher).

Proses proses mencetak melalui pendidikan atau ["Paideia"] untuk menghasilkan  negarawan (kalos kagathos) diajak kepada sasaran tepat  melalui proses pembiasaan (habitus) dan pelatihan. Kebijaksanaan pemikiran (phronesai)  bersumber pada ide tetap atau sang "Demiurgos"  abadi tidak hilang,  sesuai dengan gerak pembalikkan kembali arah baru ["Periagoge"]. Teks seksi 521c5-8 mengilustrasikan kegiatan ["Paideia"] adalah proses pembalikkan arah ["Peristrophe"]  dan pengembalian arah baru ["Periagoge"] pada mata jiwa cahaya.

Pada pentahapan pembalikkan arah ["Peristrophe"]  dan pengembalian arah baru ["Periagoge"]  mengupaya paksakan pendasaran pada persepsi indrawi (aesthesis) menundukkan eros epithumia (reproduksi produksi materi atau uang), dan thumos (keberanian) menuju cahaya mata nous (keutamaan keugaharian) atau tarikan kepada  ["idea Yang Baik"].

Tarikan  pada  ["idea Yang Baik"] dilakukan melalui proses pendidikan seleksi bakat mirip American Idol atau Indonesian Idol. Proses seleksi bakat dijelaskan pada buku The Republic di  ["teks seksi 521c1 sampai teks seksi 541b5"], sampai pada perolehan episteme tertinggi yakni proses dialektika dalam output hasil  menyeluruh pada keutamaan. 

Pada ["teks seksi 521c1 sampai teks seksi 541b5"]  adalah perjalanan proses intelektual mengasah dan membuat kemampuan aktivitas pikiran murni (nous noesis)  pada kawasan Intelligibel untuk melahirkan pengetahuan (episteme), keluhuran karakter moral, yang mewujudkan manusia sebagai sosok elok dan baik representasi wujud final paripurna (kallipolis). Kemampuan puncak episteme pada berpikir dialektika oleh Platon diumpamakan fungsi leadership adalah sebagai sosok pemintal. Atau dialog antara politikos (negarawan) dengann Nomoi (hukum-hukum) atau gembala manusia. Sosok  pemintal mampu melakukan pemisahan, dan penyatuan dengan keselarasan dalam keadilan bagi semua.

Cita-cita wujud manusia final paripurna (kallipolis pendidikan Platon adalah menciptakan A king Philosopher  untuk turun kembali ke gua atau filsuf menjadi raja-raja  (teks seksi buku V, 473c11). Teks ini menjelaskan cara membangun kekuasaan memerintah negara melalui aristokrasi intelektual, dan menghilangkan pamrih pribadi. ****

Daftar Pustaka:

Plato. Plato in Twelve Volumes, Vols. 5 & 6 translated by Paul Shorey. Cambridge, MA, Harvard University Press; London, William Heinemann Ltd. 1969.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun