Filsafat  Seks (9)
Pantheon Lingga Yoni Dinasti Sanjaya
Pada tulisan ini adalah bagian interprestasi riset saya  pada Dua Dinasti di Kerajaan Mataram', yaitu: (1) Dinasti Sanjaya (Sajayavasa), dan (2) Dinasti Sailendra (Sailendravamsa). Ikon utama berupa metafora dalam bentuk Lingga-Yoni. Pantheon Lingga Yoni dapat dijadikan episteme dan cara memahami dunia dengan bertanggungjawab, dan memenuhi kaidah akademik.  Pada tulisan ini adalah sebagian ringkasan road map riset saya tahun 2003-2034 khususnya pada studi hermeneutika, semiotika, etnografi dan genealogi pada "Pantheon Lingga Yoni Dinsti Sanjaya".  Pada kajian theoria riset ini dipakai sejarah pemikiran seperti  Sappho (610-570), Aphrodite, Poisedon dan Medusa,Rene Descartes,  Marquis de Sade (1740-1814), Simone de Beauvoir (1908- 1986), Gabriel Marcel (1889--1973), Jacques Marie Emile Lacan (1901-1981), Julia Kristeva, Thomas Robert Malthus (1766--1834), Adam Smith (1723-1790), John Maynard Keynes (1883-1946), Daniel Bell, Hannah Arendt (1906--1975), Yoshihiro Francis Fukuyama, Antonio Gramsci (1891--1937), Michel Foucault (1926--1984) Jeremmy Bentham (1748-1832), Plato "Republic II (2:359a-2:360d) "Ring of Gyges".
Interprestasi dilakukan dengan mendasari hasil riset saya terutama pada (1)Â Pembuatan Filsafat Ilmu Akuntansi, Dan Auditing (Studi Etnografi Reinterprestasi Hermenutika Pada Candi Prambanan Jogjakarta, (2) Ontologi Ilmu Akuntansi: Pendekatan Kejawen Di Solo Jawa Tengah Indonesia, (3) Pembuatan Diskursus Teori Akuntansi Konflik Keagenan (Agency Theory), (4) Studi Etnografi Reinterprestasi Hermeneutika Candi Sukuh, Ceto Jawa Tengah, (5) Model dekontruksi teori akuntansi: suatu survey pada masyarakat Dayak Kaharingan, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah: laporan penelitian hibah bersaing, (6) Filsafat Uang Studi di Muntilan Magelang.
"Kitab Pantheon Lingga Yoni" atau Pantheon Lingga Yoni Dinasti Sanjaya, setidaknya memili beberapa makna (tafsir hermeneutia, semiotika) sebagai berikut:
Ke [1] "Bio Power" hubungan kekuasaan antara laki-laki dan perempuan, tua muda, anak-anak, pendidik, murid, tokoh agama tokoh masyarakat, pemerintah, pengusaha pegawai, produksi dan konsumsi membentuk jaringan. Dimana diantara elemen-elemen ini saling berkembang, inovasi, menganeksi, menemukan, menembus tubuh dengan secara detail dengan mengontrol penduduk secara menyeluruh. Menghasilkan penduduk atau warga (biopolitik), dan kesehatan atau  biologi dipikirkan dalam politik, dan ekonomi. Misalnya kepatuhan tubuh pada wacana tubuh dengan tubuh social (tunduk norma), tanggungjawab social  dengan kedokteran (kontrol kelahiran), mengukur pendapatan (ekonomi) dan kemakmuran. Seks adalah kerangka kekuasaan-pengetahuan.
Sebagai  "Bio Power" adalah perjumpaan tubuh dengan tubuh menghasilkan penduduk, maka tubuh adalah realitas politik. Biologi dipikirkan dalam politik, dimana tubuh dinormalisasi dengan kedokteran, dengan fungsi ekonomi sebagai kapitalisme. Maka para pemilik modal atau regulasi memerintah penduduk, mendipliner, mengawasi kesehatan, dan mengupayakan kesejahterannya. Tubuh juga memiliki fungsi pajak, asuransi, bantuan social, hidup sehat, sebagai fungsi mengatur dan mendisplinkan tubuh, atau membentuk habitus. Makna "Bio Power"  selanjutnya adalah tubuh bersifat mekanis harus dirawat, dan dibuat patuh konsisten. Caranya melalui pendidikan, dan pembentukan displin.  Dan penataan tubuh di mana dokter mengatur kehidupan atau ilmu mengontrol kehidupan manusia. Maka sekualitas menggantikan masyarakat. Maka seks adalah gagasan yang dibentuk dari berbagai strategi. Tetapi selama ini terjadi ketidakjujuran dalam atau ada penyembunyian kekuasan yang berkerja sesungguhnya.
Ke [2] pendasaran pada filsafat kecurigan. Sesuai pada tulisan (8) sebelumnya hasil trans-substansi Filsafat  Seks, Menjadi Seksuasi, Menjadi Kapitalisme, pada tokoh pada Thomas Robert Malthus (1766--1834), Adam Smith (1723-1790), John Maynard Keynes (1883-1946), problem ekonomi dan kemakmuran berasal dari seks (jumlah penduduk), kelahiran, dan kematian atau pengukuran GDP. Padahal konsep seks (jumlah penduduk) tidak ditemukan apapun dalam penjelasan pada buku teks mereka. Artinya saya menyimpulkan ada makna yang disengaja atau  disembunyikan. Kata adalah selubung dan topeng.
Maka sama hal nya dengan pemahaman umum selama ini bahwa candi Pantheon Lingga Yoni Dinasti Sanjaya, adalah mempertontonkan erostisme, dangkal makna, dan hanya sebagai tempat wisata bisa. Padahal jika dilakukan aspirasi lebih ada pemikiran kritis untuk membongkar hubungan pemikiran ekonomi melalui seksuasi sebagai hubungan yang disembunyikan. Dengan cara memahami secara bertanggungjawab bahwa Kitab Pantheon Lingga Yoni" untuk mengungkapkan kesejarahan sistem kekuasaan, dan dapat melawan dominasi kekuasaan. Kitab Pantheon Lingga Yoni" adalah bentuk lain memberikan pesan makna, dan wahana yang direpresentasikan. Kitab ini adalah menceritrakan hubungan antara kisah, dan tindakan sekaligus tiruan kreativitas tindakan manusia. Kitab Pantheon Lingga Yoni" sebagai gagasan [ada], dengan pikiran; Seluruh artefak candi adalah tanda, simbol, dan teks  wujud gambaran dalam [tindakan[ sebagai karya terbuka. Maka tindakan memiliki pelaku, motif, tujuan, lingkup, dan akibat. Maka seluruh tindakan tidak lepas pada masa lalu bisa belajar, atau meniru (memesis), dilihat dan dienapkan.
Kitab Pantheon Lingga Yoni" adalah penting karena tidak mungkin tema seksuasi diambil dalam grand theory pemikiran dan dikisahkan. Maka ide pada Pantheon Lingga Yoni" sudah melalui seleksi ketat, pertimbangan seleksi kejadian, dan kemungkian cocok pada kondisi manusia dalam dimensi waktu yang stabil dalam konfigurasi tema (memesis) ini seterusnya diarahkan kepada dunia yang kongkrit. Kitab Pantheon Lingga Yoni" adalah menjelaskan struktur logis aspek manusia dengan perspektivisme konsep seksuasi (jumlah penduduk) dan kepentingan dominan bersifat alienatif.
Ke (3) Kitab Pantheon Lingga Yoni" konsep seksuasi  (figurasi artefak penis vagina), adalah dokrin mengajarkan keterbukan (metafora bugil otenenik) dalam semua hal dan tidak anti kritik. Maka tali sambung batiniah dengan pemikiran Hannah Arendt (1906--1975),  Antonio Gramsci (1891--1937), Michel Foucault (1926--1984). Harus ada keterbukan wacana atau membuka kedok penafsiran (tunggal atau dominan)  yang sering diselubungi oleh kepentingan  pribadi dan kelompok.