Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Hermeneutika Dilthey [1]

28 Juni 2018   00:56 Diperbarui: 29 Juni 2018   16:20 2312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Seanochan.wordpress.com

Wilhelm Dilthey (1833-1911), sebagai pendiri hermeneutika Geisteswissenschaften, sekaligus membedakan dengan (ilmu alam lahiriah) atau Naturwissenschaften. Dilthey menyatakan hermeneutika sebagai [Geisteswissenschaften],  artinya semua ilmu social dan kemanusian, semua ilmu yang menginterprestasikan ekspresi-ekspresi  atau "kehidupan batin manusia" baik dalam bentuk ekspresi (afeksi), perilaku historis, kodifikasi hukum, karya seni atau sastra.

Tujuan hermeneutika sebagai [Geisteswissenschaften], adalah  mengembangkan displin illmu interprestasi dengan rigoritas validitas, dan ekspresi kehidupan batin manusia. Dilthey meragukan dan mengkritik tindakan sewenang-wenang bahwa ilmu dicapai dengan mengadopsi episteme ilmu alam dan cara berpikir alam kemudian dipakai untuk meneliti manusia.

bagan pribadi
bagan pribadi
Ilmu social sebagai sebagai [Geisteswissenschaften],    adalah objek dalam person manusia berada pada  dimensi batiniahnya. Teknik [Geisteswissenschaften],   masuk memahami manusia adalah dari dalam. [Geisteswissenschaften],   adalah bagaimana caranya (berpartisipasi) masuk dalam emosi dan kebudayaannya.

Contohnya Ilmu social sebagai verstehen sebagai [Geisteswissenschaften], khususnya tentang Indonesia dilakukan oleh Clifford Geertz pada riset etnografi (a) tahun 1960,  The Religion of Java, (b) 1963 Agricultural Involution a macro-economic examination of Indonesia's economic problems, (c) 1965 The Social History of an Indonesian Town.

Studi etnografi sebagai cara memahami Hermeneutical Dilthey: cara memahami Manusia (memahami dari dalam manusia pada psikologi atau objek dalam person dikenal dengan  dimensi batiniahnya) dengan ikut berpartisipasi. Misalnya contoh interpretive theory of culture yang dilakukan oleh Clifford Geertz, pada riset etnografi The Religion of Java (atau agama manusia Jawa) dalam sisi kejawen (Jawa Kuna).

Pada kajian ilmu social sebagai sebagai [Geisteswissenschaften],   apa yang disebut ["innenleben"] atau penghayatan batin orang lain apakah memiliki konteks bersama ("Tebal atau Tipis").  Maka ada konsep tebal dan tipis. Orang Jawa Tengah, dengan orang Jawa Tengah adalah memiliki konteks bersama (Tebal), karena cara kebudayaan dan pemahaman yang hampir sama. Sehingga bila ada konflik atau ada masalah lebih cepat menyelesaikannya. 

Orang Jawa dengan Orang Rusia, memiliki konteks bersama (Tipis), sehingga dalam tindakan dan persepsi akan berbeda dan membutuhkan waktu untuk saling memahami. Penghayatan  batin orang lain apakah memiliki konteks bersama ("Tebal atau Tipis") akan menentukan cara hidup, world view, maupun dalam pertukaran simbol. 

Pada konteks bersama, apakah sedikit  paham atau banyak untuk paham cara budaya mereka. Warga sesama badui, dengan badui, atau warga Sunda Wiwitan dengan Sunda Wiwitan, atau Chinese dengan Chinese memiliki konteks bersama (Tebal). Konteks bersama tebal ini akan mempengaruhi, dan menentukan riset pemahaman manusia dalam konteks mereka sendiri, dengan cara mereka sendiri, dan alami pada ekspresi kehidupan mereka. Mata hermeneutika adalah soal  konteks bersama ("Tebal atau Tipis") dalam upaya memahami kembali atau ["nacherleben"].

Sumbangan pemikiran Wilhelm Dilthey (1833-1911) tentang  Ilmu social sebagai sebagai [Geisteswissenschaften], adalah kritik pada kelemahan ilmu social pendekatan positivism Auguste Comte (1798-1857),  atau 3 tahap " tahap teologi, tahap metafisik, dan tahap positivism.  Dilthey juga mengkritik dan mereparasi pemikiran pada tradisi mahzhab sejarah, dengan mengatakan biarkan sejarah itu menginterprestasikan dirinya sendiri.

Wilhelm Dilthey (1833-1911), hidup pada masa kejayan filsafat Hegelian, dan dominasi pencerahan pada pemikiran rasionalisme positivism Comte. Pada masa ini dominasi metode ilmu alam mampu menjelaskan bangunan ilmiah yang juga diterapkan pada ilmu social. Ilmu alam atau Naturwissenschaften  bercirikan explanation atau (erklaren) atau eksplanasi, fakta empirik, sisi luar proses objektif, fakta fisik, analisis kausal, korelasi, dan semua penjelasan atau penjelasan ilmiah dan kausal  sebab akibat dengan empirik, sisi luar manusia (lahiriah).

Bagi Dilthey Ilmu social sebagai [Geisteswissenschaften],  bercirikan (Verstehen) atau (Understanding), pertukaran simbol dalam percakapan dan kehidupan batinnya manusia. Bahwa seluruh dunia sosial historis (Masyarakat) adalah  dunia konstruksi intelektual terjadi sebagai objektivitas tertentu. ("von innen leben" verstehen). Sebagai  [Geisteswissenschaften], ada pada   sisi dalam, fakta mental, berpartisipasi dalam komunitas, dan  life expression.  Ilmu alam atau Naturwissenschaften  bercirikan aspek "fisiologi", Ilmu social sebagai [Geisteswissenschaften],  bercirikan aspek "psikologi".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun