Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Heidegger dan Hermeneutika Ontologis [12]

23 Juni 2018   18:05 Diperbarui: 3 April 2020   13:55 1048
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prof Apollo- UMB Jakarta

Pada tulisan sebelumnya (11) sudah membahas hermeneutika atau tafsir episteme Heidegger tentang "kecemasan" atau {"Anxiety or Dread (Angst)"}. Pada tulisan ke 12 ini saya akan membahas tentang (a) "sorge" (keprihatinan), dan (b) historisitas.

Pada tulisan sebelumnya sudah dibahas tentang stimung atau mood memiliki pengaruh penting bagi manusia dengan dunia ini. Kedua adalah factor kecemasan atau ["Anxiety"]. Akhirnya kecemasan adalah  prinsip umum menciptakan suasana hati atau stimmung dalam pemikiran Heidegger "fundamental mood (Grundstimmung)", anxiety "a shadowy queen amongst moods".

Dalam buku being and time Heidegger membahas tentan keprihatinan (sorge). Dalam keberadaan manusia ada dalam dunia maka ada 3 komponen yaki: thrownness, (keterlemparan), fallenness (kejatuhan),  projection (proyeksi) pada Dasein. Sedangkan Dasein adalah manifestasi pada  disposedness, understanding, dan  fascinated-with-the-world respectively, dan menciptakan Dasein's structural ontological. Dan akhirnya memunculkan kecemasan sebagai obyek "kecemasan" atau ("angst" atau "anxiety"  tidak jelas atau tidak ada (nichten), waktu kapan, tempat, situasi, sesungguhnya penyebabnya tidak ada.

Sedangkan akar dari stimung atau mood suasana hati, ditentukan oleh fenomena  oleh "sorge" (keprihatinan). Sorge"  (keprihatinan)  berada jauh pada ketidaksadaran dan merupakan struktur fundamental manusia (Dasein) , sedangkan stimung atau suasana hati adalah akibat "sorge" (keprihatinan). Manusia prihatin pada faktisitasnya, atas keterlemparannya ["thrownness"], dan kemungkian proyeksi eksistensinya pada masa depan. Maka akibat akibat "sorge" (keprihatinan) manusia lebih dapat mengandalkan metode stimung atau mood suasana  sehingga bisa lebih bijak dan obyektif.

Sorge"  (keprihatinan)   lebih berkaitan dengan temporalitas (waktu). Setiap [mengada] selalu berhubungan dengan tiga hal (a) kemungkinan eksistensi masa depan, (b) kaitan dengan keterlemparan ["thrownness"]  masa lalu, (c) jatuh dalam (Das Man) atau keterjebakan manusia dalam control manusia lain dan sosiologi masyarakat, padangan yang picik, dan pemikiran yang dangkal. Maka keterarahan masa depan paling penting, dan eksistensi manusia muncul untuk masa depan dengan lebih otentik dan mampu (mengada).

Temporalitas waktu bukan waktu matematika, dan waktu kelendarium. Tetapi temporalitas manusia (sejarah pengaruh), sebagai waktu [ada] peristiwa actual telah, sedang, dan akan;  bersiklus secara berkesinambungan berkelanjutan (history in making). Maka histroristas manusia tergantung  dan ditentukan dalam perjalanan waktu atau ["memahami waktu dengan waktu"] secara objektivitas. Sebagai peristiwa actual dalam tindakan, waktu historis dikaitkan dengan [mengada] manusia kemudian diberi warna dan bentuk.

Temporalitas waktu penting untuk menentuka eksistensi manusia. Historisitas mengadanya manusia menunjukkan takdir manusia sebagai pewaris masa lalu.  Manusia bersifat sejarah (historis) atau terikat masa lalu, dan kondisi keterlemparannya ["thrownness"]  tak bisa dielakkan dan tidak bisa dipilih dengan sendirinya, dan tidak dapat disangkal manusia.

Tetapi keterlemparan ["thrownness"]  masa lalu pada [Ada] ini tidak bisa dikunci atau dirantai oleh masa lalu itu. Justru dengan keterlemparan ["thrownness"]  manusia memiliki ruang untuk menjadi akhli waris, dan membangun semua kemungkinan untuk orientasi masa depannya. Dengan demikian manusia memiliki potensi dan pilihan untuk mengambil posisi masa depan menjadi diri sendiri. Itulah cara manusia ["ada dalam dunia') pada buku; Ada, dan Waktu [Being, and Time].

###bersambung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun