Pada era modern sekarang ini ada yang disebut pembagian kerja dan tanggungjawab. Atau disebut spesialiasi kerja manusia. Ciri modern adalah penemuan teknologi, beralihnya tenaga manusia menjadi mesin, robotic, kecerdasan buatan, pembagian tenaga kerja, perubahan wasasan dunia, dan perubahan cara repleksi manusia. Ada proses urbanisasi sebagai bentuk  tercerabutnya budaya kolektif misalnya petani di Desa, dan gaya hidup di kota besar individulis. Â
Dengan kemajuan teknologi mesin memungkinkan hubungan jauh menjadi dekat, yang dekat menjadi jauh. Â Manusia tidak lagi mentoleransi inefisiensi, budaya feodal jongkok-jongkok, hak asasi manusia menjadi ciri utamanya.
Pada peradaban ini manusia dipandang sebagai peran fungsionalnya menjadi meniru mesin bercirikan mekanik, rasional, dan efisisen itulah ukuran kebaikkan pada era sekuler.
Dampak lain adalah kesakralan atau kesucian misalnya tari bedaya dianggap sebagai tarian yang sakral profan kehilangan nilai pada manusia. Semua dianggap sebagai seni hiburan bernilai komersial. Kapitalisme adalah yang hidup dimatikan, dan yang mati dihidupkan, kemudian di ukur dengan satuan harga, dan jumlah produksi, dan perhitugan keuntungan. Reformasi adalah bentuk lain dari nama privatisasi (private) dalam dimensi sekuler. Â Kebebasan pada mekanisme permintaan penawaran menjadi ciri utama bidang ekonomi.
Nilai-nilai agama dan budaya berbudi luhur masih ada, tetapi praktik tindakan pada nilai keluhuran agama teralienasi, karena rasionalitas menjadi dominan dan bukan dogma-dogma budaya, atau alam gaib. Â Sekulerisasi adalah hilangnya kepekaan manusia atau pemeskinan intrinsic pesona manusia pada dogma, leluhur, kesucian.Â
Masyarakat menjadi kompleks, hutan, angin, tanah,  air  dianggap sebagai bahan baku,  bisa diolah melalui mekanisasi, dan teknologi. Dunia kehidupan tanpa partisipasi kosmis.  Manusia ngobrol dengan gunung, atau sesajian pada pohon beringin di anggap manusia tidak waras. Mahasiswa menjawab bahwa kematian, sama dengan matinya TV atau radio, tidak punya nilai kesucian seperti dokrin hukum kodrat Aquinas. Maka semua tindakan (moral) adalah episteme  isi pikiran.
Sekulerisasi manusia dapat di lihat perlakukan terhadap orang sakit, tidak akrabnya dengan kematian, karena kematian adalah hal yang mengganggu. Orang mati dan sakit dipisahkan dari rumah, maka ada rumah duka, rumah kremasi, jasa pengurusan jenazah, mati ditemanin dokter perawat bukan keluarga. Hal ini menunjukkan ke-akua-an bahwa kematian dianggap sama kaya motor benda. Begitu juga anak baru lahir di temanin baby sister, matematika, bahasa music, di bayar pakai jasa orang, dan hilangnya peran orang tua. Orang tua pergi anak masih tidur, pulang anaknya sudah tidur.Â
Tugas manusia adalah kerja mencari uang dengan menjual tenaga kerja supaya ada uang. Martabat manusia sama dengan nilai ekonomi. Era sekarang adalah hidup yang tandus atau ada semacam atomisasi manusia. Hidup manusia adalah reproduksi mekanik. Jiwa masyarakat membentuk individu. Seolah olah sudah terjadi  melampaui batas rasional, dan irasional manusia. Ini saya sebut sebagai re-exchange the world.
Re-exchange the world atau dunia berada dalam 1 dokrin tunggal (grand narrative). Â Semua di komersialisasi, dan seksualitas public. Ikan-iklan mempertontonkan tubuh manusia, sementara hewan dimanusiakan lewat pakaian hewan atau salon hewan, dan pernak perniiknya. Akibat seluruh pengertian manusia berada pada tatanan ekspansi bisnis mencerabut individu, pada cara pandang dunia pada self interest.Â
Manusia kehilangan kepastian akibat risk bisnis tak terdefinisikan. Rumah seperti hotel, satu keluarga saling bertemu, tetapi asik dengan teman virtual pada hape masing-masing. Dunia kita relasi transaksional pada kebebasan, dan individualitas atau dokrin tunggal world view. Bahwa pengorbanan manusia atau pengorbanan diri adalah tidak efisien. Â Akhirnya kita tiba pada dunia sebagai satu paradigm berpikir adalah tatanan ekonomi bisnis. Homogenitas manusia dalam kerangka berpikir dan bertindak (one standard), termasuk system sosialnya. Seolah olah ingin memiliki dunia, dan sama dengan dunia. ***)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H