Pendasaran Umum. Secara umum audit investigasi merupakan upaya dialektika retorika dan logika untuk memperoleh fakta-fakta material  dan siginifikan, memiliki implikasi yang luas dalam pengambilan keputusan (penyimpulan) dalam upaya menjaga going concern entity. Banyak metode  yang dapat dipakai. Tetapi ilmu social memiliki banyak metode atau world views pada paradigm audit investigasi.Â
Secara ontology audit artinya ilmu tentang telinga (audio, auditorium, Â berhubungan indra pendengaran atau doxa Platon). Sedangkan investigasi (Latin) adalah vestigium berarti jejak kaki, kemudian diistilahkan dengan (Audit Forensik) penyelidikan untuk memperoleh fakta (posmatum). Tujuannya ada dua yakni menjelaskan (explanation), dan memahami (understanding). Esensi ini dapat dimaknai membahas audit investigasi sama dengan membahas manusia, maka jika ingin memahami ilmu ini pasti harus memahami esensi manusia dengan segala dimensinya.
Penyimpulan (pengertian audit forensic atau audit investigasi) memiliki banyak paradigm yang dapat dibuat, misalnya menggunakan pendekatan kelembagaan (SOP), kewajiban UU, kewenangan lembaga profesi, dan regulasi lainnya, atau pendekatan komersial yang memperjualbelikan ilmu ini hanya demi ditundukkan pada transaksi ekonomi atas nama sertifikasi atau ilmu bukan untuk ilmu sendiri tetapi ilmu yang dapat diperjualbelikan (relasi transaksional).Â
Tetapi apapun metode mesti ada keunggulan dan kelemahannya masing-masing tidak ada keutuhan dalam memahami esensi manusia yang bersifat final apalagi dalam dimensi ilmu social. Semua keadaan bergerak, berulang, menyusup diluar dugaan, dan berubah-ubah. Ini lah perkataan Filsuf Yunani Kuna "Herakleitos dari Efesus  menyatakan "segala sesuatu berubah, tidak ada yang tetap, satu-satunya yang tetap adalah perubahan itu sendiri".  Kita tidak mungkin menyentuh air yang sama ketika mencuci handuk di kali Ciliwung. Air disungai Ciliwung terus mengalir dan berubah, dan keabadian ada dalam perubahan itu sendiri atau siklus kemenjadian.
Kita tidak pernah membuat definisi final atau "ide fixed" Â dalam pemahaman konsep ilmu. Anjing lahir, 2 menit yang lalu berbeda dengan 4 menit kemudian, 4 tahun kemudian dewasa, dan mati (memahami anjing tidak ada finalitas). Demikian juga ketika kita memahami segala sesuatu. Alam ini bercampur baur lalu datanglah logos atau fakultas akal budi maka terciptalah keteraturan, inilah ilmu yang ingin manusia definisikan. Sampai hari ini kebenaran finalitas itu tidak ada, dan manusia terus mencarinya dengan berbagai metode dan model. Bahkan penelitian terakhir dapat kita pahami melalui publikasi penelitian "partikel Tuhan.Â
Bahwa antara diketahui dan tidak diketahui, antara kelihatan dan tidak kelihatan, antara ada jejak dengan tanpa jejak ada korelasi diantara mereka, dan memiliki tatannya sendiri-sendiri. Selama 24 tahun saya mencari cara pemahaman ilmu saya dapat membuat penyimpulan sementara bahwa ada bebarapa pemikiran yang dapat mencari kejelasan untuk menjelaskan realitas ada seada-adanya. Tentu ada nama-nama: Socrates, Platon, Arsitotle, Kant, Hegel, Descartes, dan Heidegger  dapat menjawab apa itu pengertian (pemahaman).Â
Nama-nama ini dalam setiap perkuliahan selalu menjadi dasar umum yang saya pakai. Pada artikel ini saya akan menggunakan epistimologi Platon (di Indonesia disebut Plato) berdasarkan hasil penelitian saya dari (2004- 2018). Adapun cara memahami dan langkah-langkah (universal) untuk bidang ilmu audit investigasi.
Kata investigasi selalu berhubungan dengan intelligent ("proses jiwa rasional untuk mengenal, dan memahami") atau kecerdasan memperoleh fakta atau jejak tersembunyi apa sesuatu (things) dengan menggunkan (thinkers). Bagimana hal ini diterangkan. Allegori Gua Platon, bergerak dari kegelapan, menuju baying-bayang, dan sampai kepada cahaya kebenaran bisa kita pakai. Proses  dokrin Platon adalah tentang Anamnesis, dan Maieutike.  Menurut  Platon yaitu tentang idea, jiwa dan proses mengenal.Â
Pada bagian Standar Audit investigasi, maka peran auditor adalah menggunakan pemikiran "Anamnesis" adalah semacam jalur partisipasi yang dilalui oleh jiwa yakni melakukan pengingatan kembali, atau memframe kembali seluruh persitiwa historis klien termasuk pengingatan (anamnenis) terhadap idea-idea yang telah di lihat pada waktu pra-eksistansi bukti audit.  Pengetahuan atau Epistimologi  auditing sebagai "proses pengingatan kembali, atau melahirkan kembali" harus dipahami dalam kaitan dengan seluruh doktrin dengan mengadopsi pemikiran Platon (Sokrates) tentang tentang "maieutike";  pengingatan kembali atau (reminiscence, anamnesis).Â
Pemikiran Platon untuk audit investigasi dilakukan progress melalui (1) Pengetahuan Visible World (Doxa),  meliputi Eikasia(konyektur), Pistis(kepercayaan); menuju tahap ke (2) Pengetahuan Intelligible World(Episteme Knowledge) meliputi Dianoia(rasio diskursif analitis), Noesis(rasio intuitif). Proses ini disebut turun naik gua.  Berikut ini ada empat tahapan pada Epistimologi  audit investigasi dengan adopsi pemikiran pada, Metafora Platon's: Phaedrus" World of Idea sebagai berikut:
Tipe Sensible A = Eikasia (gosib berupa  Opini doxa). Eikasiabayang-bayang benda inderawi atau memahami klien berdasarkan kabar dari orang lain, gosib, (eikasia); untuk menghasilkan pengetahuan awal guna mengetahui, memahami, menginvestigasi klien.