Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Dari Metanarasi Gunung Lumut Borneo ke Tanah Jawi untuk NKRI

3 Februari 2018   19:57 Diperbarui: 2 April 2020   00:25 1307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kampung raja alam.gaib

"Gunung Lumut" terakhirnya Narasi Lumut hadir di pulau Jawa (Jawa Tengah Pusat Mistis Nusantara) dengan Bahasa Jawa "Ande Ande Lumut" wujud manusia metafora "Lumut" mempertemukan 3 unsur: air, tanah, dan udara ditambah sama manusia Jawa satu unsur lagi menjadi "Gunung Merapi" (unsur api) untuk melengkapi supaya ada tataan alam NKRI atau kemudian di sebut Tanah, Air (dialektika Buana Agung, dan Buana Alit) tersebut dalam buana alit. "Ande Ande Lumut" tempat ini sekarang ada di Klenting Kuning di Desa Kemawi, Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang (Kota Semar).

Penelitian akhir saya dapat disimpulkan alam metafisik "ontology Lumut" hadir di NKRI seperti metanarasi "Lumut" di Borneo, Sulawesi, Bangka Bitung, Sumatera Barat,Lampung, Bali, Jawa Tengah.

 Adalah wajar jika investigasi ilmu yang saya dapat pada lagu Indonesia Raya, waktu  Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, lagu oleh Wage Rudolf Soepratman pertma kali dinyanyikan menyebut:  janji dan lagu ==Indonesia, tanah airkoe, Disanalah akoe berdiri, Mendjaga Pandoe Iboekoe==. Isi lirik ini adalah finalitas penggabungan perjumpaan Metanarasi Wadian Kaharingan makna "Lumut" dan daya asali ke Indonesian pada tafsir hermenutika dan semiotika.

Indonesia, tanah airkoe (eksitensi "Lumut" symbol metafisik perjumpaan air tanah, membentuk atau Human Being Natural);

Disanalah akoe berdiri (eksistensi Lumut simbol Metagenesis makna kemandirian bangsa Indonesia, dan relasi keadilan social),

Mendjaga Pandoe Iboekoe ("Lumut" symbol "padi" ibu Kesuburan dan kemakmuran Bangsa Indonesia).-

Untuk catatan kecil saran saya mohon maaf sebesar-besarnya; kepada pengelola Negara yang sedang diberi kesempatan memimpin NKRI, apabila ada keputusan, dan rencana akhir memindahkan ibu kota dari Jakarta ke Borneo sebaiknya mempertimbangkan dan mengetahui keharmonisan wangsa air, tanah, angin api; sekalipun semacam ini di anggap bukan kajian akademis. 

---Guru Besar UMB Jakarta --- 2/3/2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun