Mohon tunggu...
Lia Balantina Sudarso
Lia Balantina Sudarso Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pengen meramaikan kompasiana... Suka baca, baca, dan baca. Nah, di sini mau belajar nulis. :)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Pesona Cinta dan Acara Televisi Zamanku

13 April 2010   17:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:49 2221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Entah kenapa sepulang kerja beberapa saat yang lalu aku jadi teringat dengan sinetron Thailand yang dulu pernah kutonton diam-diam waktu SMA. Nontonnya diam-diam karena waktu itu aku malu kalau sampai ketahuan sama orang rumah kalau aku nonton sinetron. Hihihi. Gini-gini dulu tengsin juga kalau ketahuan nonton sinetron, karena papaku sukanya film/serial barat, mamaku sukanya berita, jadi memang nggak ada yang suka sinetron. Masa-masa nonton sinetron dah berlalu ketika sinetron-sinetron Indonesia yang bagus seperti Noktah Merah Perkawinan sudah tamat. Sempat juga sih, dulu rame-rame nonton Tokyo Love Story sekeluarga. :)

Jadi ceritanya aku tidak ingat lagi apa judul drama itu. Yang pasti aku ingat tokoh utamanya namanya Bia dan Raca. Nah, dengan berbekal dua nama ini aku menghadap ke mbah Google dan berhasil mendapatkan judul dramanya, Pesona Cinta. Dan dari sinilah aku berhasil mendapat beberapa alamat blog yang mengupas tentang drama Thailand ini. Lumayanlah, nggak, bagus banget malah buat melepas rindu.

Nah, kebetulan di salah satu blog ada yang membahas tentang semua acara-acara TV jadul yang ada waktu zaman kami-kami ini masih jadi penonton setia TV. Mulai dari film anak-anak seperti Doraemon, Candy-candy, Ksatria Baja Hitam, trus film silat Siluman Ular Putih, sampai ya sinetron-sinetron impor itu. Dan dari sinilah aku mulai tersadar sesuatu.

Aku sangat bersyukur sekali menjadi generasi itu. Generasi di mana acara TV masih bermutu dan tidak norak seperti sekarang ini. Coba diingat-ingat, dulu masih ada acara segmentasi untuk anak-anak. Ada “Si Unyil”, “Si Komo”, bahkan “Sesame Street”, acara luar yang pure untuk anak-anak, bukan model “Sinchan” dan “SpongeBob” yang sebenarnya lebih tepat ditujukan untuk orang dewasa. Musik untuk anak pun ada. Zaman dulu anak mana yang tidak tahu Melissa, Bondan Prakoso, Agnes Monica, Susan dan Kak Ria Enesnya (atau harusnya Kak Ria Enes dengan Susannya :) ), dan Trio Kwek-kwek.

Waktu itu anak-anak menonton acara anak-anak dan mendengarkan lagu anak-anak. Tidak seperti sekarang yang semua acara dipukul rata untuk segala umur, sinetron, yang sebetulnya ratingnya bukan untuk segala umur. Begitu juga dengan musik di tanah air yang meskipun makin kreatif, tapi harus dengan rela mengorbankan divisi anak-anaknya. Menyedihkan sekali bukan ketika kita melihat Idola Cilik dan melihat anak-anak itu menyanyikan “Ada Apa Denganmu?” Dan bagaimana dengan para orang tua dan guru-guru zaman sekarang? Kenapa terlihat seperti tidak ada anak yang bisa menyanyikan “Burung Kutilang” dan “Desaku” lagi?

Bahkan sinetron-sinetron zaman dulu pun masih lebih bermutu, meskipun tidak jarang ceritanya jiplakan juga. Penggarapannya terkesan lebih serius (maaf jika ada pekerja sinetron yang membaca, setidaknya seperti itulah yang tampak di mataku). Ingat tidak dengan raja soundtrack sinetron dulu? Duh siapa sih lupa namanya. (gubrak) Yang pasti, lagu sinetron zaman dulu benar-benar dipersiapkan untuk sinetron itu, bukan asal comot seperti sinetron-sinetron sekarang. Hasilnya, lagunya lebih nyambung dan berkualitas, nggak terkesan maksa.

Oh, tapi bisa jadi inikah yang namanya sindrom generasi tua? Lebih menganggap semua yang ada di zamannya lebih baik karena sejuta ikatan emosional yang ada di dalamnya? Entahlah, satu yang psasti. Waksss!!! Aku sudah tua dong!!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun