Mohon tunggu...
Oktavian Balang
Oktavian Balang Mohon Tunggu... Jurnalis - Kalimantan Utara

Mendengar, memikir, dan mengamati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pengorbanan di Tapal Batas, Keteguhan Seorang Polisi Demi Tugas dan Kemerdekaan

17 Agustus 2024   08:15 Diperbarui: 17 Agustus 2024   08:20 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah heningnya hamparan perbatasan di Kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan, ada kisah penuh keteguhan dan pengorbanan. Di sini, dalam sunyi dan jauh dari kemewahan kota, Brigadir Polisi Hengki berdiri tegap, mengabdi sebagai Bhabinkamtibmas. Dalam kesehariannya, ia tidak hanya menghadapi tantangan medan yang berat, tetapi juga keterbatasan sarana.

Seorang polisi perbatasan membantu Hengki yang terjebak di tengah lumpur (Dokumentasi Pribadi)
Seorang polisi perbatasan membantu Hengki yang terjebak di tengah lumpur (Dokumentasi Pribadi)

Jalanan berlumpur yang mengular di antara desa-desa perbatasan bukanlah halangan, melainkan medan yang harus ditaklukkan. Bagi Hengki, tugas menjaga keamanan bukan sekadar kewajiban, tetapi panggilan jiwa. Meski tanpa fasilitas memadai, ia tidak berkeluh kesah. Dengan tekad yang kuat, ia menyisihkan sebagian gajinya untuk memodifikasi motor, menjadikannya kendaraan yang mampu menembus kerasnya medan.

Sinergitas Polri dan Tni di Perbatasan (Dokumentasi Pribadi)
Sinergitas Polri dan Tni di Perbatasan (Dokumentasi Pribadi)

"Saya ingin tetap bisa melaksanakan tugas, meski jalannya seperti ini," ucap Hengki dengan senyum tipis, menyiratkan kebanggaan akan dedikasinya. Baginya, kehadiran di tengah masyarakat adalah bukti nyata pengabdian, meski harus merogoh kocek sendiri demi kendaraan yang layak.

Dalam tugasnya, Hengki tidak hanya seorang penegak hukum, tetapi juga seorang penjaga asa. Di setiap desa yang ia jangkau, ada harapan yang ia bawa. Namun, di balik semua itu, tersimpan kerinduan sederhana---kerinduan akan sarana yang memadai untuk menjalankan tugas mulia ini.

Hengki bukan hanya seorang polisi, ia adalah simbol dari ketangguhan dan pengorbanan. Dalam sunyi, ia tetap berjuang, demi keamanan dan ketenteraman di daerah yang jauh dari hiruk-pikuk. Dan di balik semua itu, terselip harapan, agar suatu hari nanti, mereka yang menjaga perbatasan ini tidak lagi harus berjuang sendirian.

Dalam semangat kemerdekaan yang diperingati setiap tahunnya, Hengki dan para petugas lain di perbatasan mengingatkan kita akan makna sejati kemerdekaan. Kemerdekaan bukan hanya soal terlepas dari belenggu penjajahan, tetapi juga kemampuan untuk berdiri di atas kaki sendiri, menjaga negeri ini dari ujung ke ujung, dari kota besar hingga pelosok perbatasan. Bagi Hengki, merdeka berarti bebas dari keterbatasan, dan meski harus berjuang keras dengan apa yang ada, ia tetap teguh, memegang erat sumpahnya untuk menjaga tanah air. 

Dengan keteguhan seperti ini, kita diingatkan bahwa kemerdekaan bukanlah hadiah yang diterima begitu saja, melainkan amanah yang harus terus diperjuangkan---dari generasi ke generasi, dari kota hingga perbatasan. Hengki, dengan segala keterbatasannya, adalah wujud nyata perjuangan itu, berjuang demi sebuah kemerdekaan yang utuh, di mana setiap jengkal tanah air terasa aman, tenteram, dan terlindungi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun