Sekalipun Gereja berada di tengah keberagaman manusia, tetapi Gereja tidak bersifat duiawi, lebih tepatnya, Gereja merupakan lambang pemerintahan Allah yang bersifat kudus yang tidak boleh dikotori oleh ambisi-ambisi duniawi.
 Sedangkan Politik merupakan sebuah kendaraan bagi sekelompok orang untuk menyuarakan sebuah aspirasi keinginan partai politik guna mendapatkan kekuasaan dan kepentingan pribadi dan tak jarang mereka mengatasnamakan masyarakat banyak dan negara.
Di tengah-tengah tahun Politik saat ini, ada banyak Politisi yang turun kejalan dan membaur bersama masyarakat dengan berbagai macam motivasi guna meraih simpati dari masyarakat.Â
Salah satunya ialah mendekatkan diri kepada Pemimpin Agama dengan cara membela hak-hak Umat Kristiani, memberikan bantuan secara finansial kepada rumah ibadah. hal tersebut menjadi tantangan bagi Masing-masing pemimpin Gereja bahkan pejabat gereja yang merupakan perwakilan Tuhan.
Lantas, apakah umat kristiani tidak boleh berpolitik ?
Sebagai warga negara Indonesia, Umat kristen wajib dalam turut berpartisipasi dalam berbagai macam kegiatan Politik, salah satunya dengan turut ambil bagian dalam pemilihan umum, yang pasti, pemimpin bahkan partai yang akan kita pilih harus berdasarkan nilai-nilai pancasila dan semangat nasionalisme, bukan berdasarkan kesamaan Suku dan juga Agama.
Di tengah hiruk pikuk tahun politik yang sedang berlangsung, akan banyak Petugas partai politik yang akan mempengaruhi Pemimpin Agama Kristen untuk mencapai tujuan politiknya. Disini peran pemimpin agama kristen untuk tetap berpegang terhadap prinsip dan nilai-nilai yang di ajarkan oleh Yesus Kristus,
Jika Institusi agama sudah tercoreng oleh pengaruh politik praktis, lantas apakah masih pantas Pendeta menjadi Representasi umat dan Gereja Tuhan ?
Terima kasih.
Semoga bermanfaat.