[caption id="" align="aligncenter" width="194" caption="ilustrasi gambar (http://edyraguapo.blogspot.com/2012/11/keliling-vatikan-negara-terkecil-di.html)"][/caption]
Disuatu desa hiduplah seorang anak muda yang resah dan gelisah, dia dia pemuda yang sangat rapuh akan sebuah kenyataan kehidupan yang dijalaninya. Pemuda itu diberi dua pilihan setelah lulus dari pendidikan Sekolah Menengah Atas dengan pilihan melanjutkan studi ke-universitas negeri idaman di malang atau diberi modal dan menikah dengan sodagar kaya.
Sebut saja dia mada, dia adalah seorang pemuda yang nakal dan penakut dalam dunia presentasi. Masa SMA dulu dia selalu diejek teman sebayanya dikarenakan dia suka menangis dan selalu ditertawakan orang lain.
Diantara banyaknya pilihan akhirnya kesempatan itu datang juga. Sebuah jembatan lorong generasi baru muncul ketika dibukanya pendaftaran SNMPTN 2013. Suatu hari niatnya mulai membutuhkan perbandingan kepada saudara perempuan. Sebut saja dia laila biasanya aku panggil nyong (panggilan saudara)
“nyong enaknya aku ini masuk kuliah apa tidak dengan terbatasnya kemampuan dan materi..”
“ kalo menurutku kamu harus melanjutkan kedunia perkuliahan agar kamu tau dunia itu seperti apa dan bagaimana”
“tapi…….”
“tapi apa toh?....”
“aku tidak pintar aku tidak berwawasan dan aku tidak bias bicara bicara didepan umum”
“lantas mau kamu bagai mana?..... Mau nikah dan terukir sejarah baru di keluargamu sebagai nikah dini?..”
“Hmm…. Tapi aku tak bias menjadi mahasiswa yang penuh tuntutan akan kegiatan intelektual yang begitu banyak!...”
“suka duka sudah biasa dek ‘Hurung Mlaku wes wani ngomong raiso’ apa kamu ndak malu sama keluargamu”
Percakapan tersebut berhenti dan mada mulai lari kekamar tidurnya dengan berfikir apakah aku pantas masuk dunia perkuliahan?....
Tanda Tanya itu selalu menghantui mada kemanapu dia pergi sehingga mada menemui seseorang guru olahraga yang sangat dekat dengan murid murinya. Percakapan dimulai setelah selesai pelajaran bahasa Indonesia. Beliau memanggil mada
“ gendut sini kamu saya mau bicara sama kamu 4 mata”
“ada apa pak?” mada kaget mendengar panggilan guru itu untuk menemuinya
“apa kamu resah karena kamu dihantui fikiranmu itu?..” Pertanyaan itu terlontarkan dengan tatapan marah
“iya pak saya dihadapkan dua pilihan antara Nikah atau melanjutkan studiku?...” Sambil bernafas tersendat-sendat mada pun mulai mengatakan semua resah gelisahnya
“wes toh kamu harus masuk perguruan tinggi ntah itu jurusan apa dan bagaimana keadaanmu. Lihatlah kakak kakakmu mereka bias mosok kamu tiadak bias?...” kata-kata itulah yang terlontarkan pada lisan guru SMA mada
Singkat percakapan, tiba tiba datanglah teman SMA mada, sebut saja dia cinta, cinta adalah siswa yang sangat pandai disekolah itu dengan berbagai gelimpahan harta dan kesenangan
Cinta berlari kearah mada lalu melontarkan kata-kata“pecundang” sambil membukakan kartu pendaftaran SNMPTN 2013. Hal itu membuat mada menjadi jegkel dan merenungkan diri didalam kamar mandi sekolah.
Jam menunjukkan pukul 2 siang mada pun memutuskan mendaftar SNMPTN dengan harapan bisa memaafkan dirinya karena lupa siapa mada sebenarnya.
Waktu berlalu begitu cepat tanpa henti tanpa istirahat waktupun menunjukkan keagungannya setelah kejadian 1 bulan yang lalu itu mada sering bermimpi menemui kakek-kakek memakai seragam putih meminta tolong agar “jangan patuhi kemauanmu dari satu sudut”.
Mimpi itu terbayang banyang sampai hari pemberitahuan kelulusan SNMPTN 2013.
Waktu itu jam 9 pagi aku menerima surat diterimanya diperguruan tinggi negeri di malang dan seketika itu mada teringat kata-kata kakek dimimpi itu benar benar menjawab benalu dan keresahan hati
Singkat cerita mada resmi menjadi mahasiwa dari perguruan tinggi negeri yang bertempat dimalang berkat lorong konsultasi waktu itu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H