Ketika SBY diberikan kesempatan untuk berpidato dalam SU PBB, beliau sempat berorasi tentang kebebasan beragama dan penistaan beragama. Dengan penuh semangat beliau menentang sepenuhnya penistaan agama serta tetap konsisten menjaga toleransi beragama diseluruh dunia.
Kalau jaman dunia informasi masih belum terbuka dan sangat cepat seperti sekarang mungkin sebagian kepala Negara manggut-manggut tanda setuju. Namun sekarang informasi bisa diterima dalam bilangan detik, maka sungguh naïf apabila SBY berkoar-koar tentang toleransi beragama, sementara seluruh dunia tahu bahwa di Indonesia sendiri masih banyak masalah intoleransi yang mengganjal.
Sebut saja masalah Syiah di Sampang, Gereja Yasmin, Gereja Philadelfia, Gereja-gereja di Aceh dan sebagainya. Dimana SBY ketika semua ini terjadi.Apakah SBY seperti pepatah : semut diseberang lautan kelihatan tapi gajah dipelupuk mata tidak diperdulikan ?.
Indonesia bukanlah Negara milik satu golongan atau agama, jadi kalau intoleransi terus berlangsung maka sebenarnya kekerasan atas nama agama itu dipelihara Negara disebabkan factor anak emas dan anak tiri. Ini dapat menjadi kebiasaan bagi si anak manja untuk berbuat seenaknya sementara anak lain menjadi bulan-bulanan yang pada akhirnya dapat merusak persaudaraan sesama anak bangsa.
Lupakah kita akan semua ini? Pemimpin dunia tahu yang terjadi di Indonesia namun kita rakyat yang mengalaminya ada yang sudah lupa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H