Begitu banyak bencana alam dan peristiwa yang sangat menyedihkan terjadi di negeri yang dijuluki ZAMRUD KHATULISTIWA ini. Mulai dari Tsunami di Aceh beberapa tahun yang lalu, sampai dengan gempa dahsyat di Yogyakarta, serta gempa di Jawa Barat dan Sumatera Barat yang belum lama kita alami. Belum lagi masalah banjir, tanah longsor, kecelakaan besar yang menimpa angkutan darat, laut dan udara, terjadi silih berganti. Masalah tenaga kerja Indonesia (TKI) dan tenaga kerja wanita (TKW) yang mati karena dibunuh majikan atau mati karena berusaha melarikan diri, yang dianiaya oleh majikannya sampai cacat seluruh tubuhnya, yang diperkosa sampai melahirkan, dan lain sebagainya, yang tidak mungkin disebut satu-persatu saking banyaknya. Begitu banyak peristiwa yang menyedihkan yang menimpa anak negeri, tapi kita masih tidak peduli. Perhatian kita malah tertuju pada kasus Bank Century, yang begitu banyak menghabiskan biaya, waktu dan energi. Kita lupa bahwa sebentar lagi produk-produk China dan negara-negara ASEAN yang kualitasnya lebih baik dengan harga lebih murah, akan membanjiri negeri ini, yang pasti dan pasti akan meyebabkan PHK besar-besaran di seluruh negeri. Dan rakyat Indonesia pasti akan lebih menangis lagi. Peristiwa yang paling anyar adalah, tiga bocah kakak-beradik, Rafael (3,5 tahun), Farel (2 tahun), dan Putri ( 9 bulan) yang sempat telantar lima hari dalam keadaan terkunci dalam rumah kontrakan orangtua mereka karena ditinggal pergi oleh ibu mereka Diana, yang ditinggal suami yang pengangguran, untuk mencari uang buat makan anak-anaknya,  yang terjadi di Kota Tangerang. Semua media masa, baik media cetak maupun elektronik meliputnya secara besar-besaran, sedikit "menenggelamkan" kasus Bank Century. Sebetulnya peristiwa Diana dan anak-anaknya tersebut hanya satu dari ratusan mungkin ribuan peristiwa serupa. Sebelumnya sangat banyak peristiwa yang terjadi yang menyangkut penderitaan anak negeri yang terpaksa bunuh diri dan membunuh anak-anaknya, karena tidak tahan dengan penderitaan dan kelaparan. Ada seorang ibu di Cilebut, Bogor meneggak racun serangga karena bingung membiayai sekolah anaknya dan terlibat hutang di rentenir. Ada seorang ibu, Yasni, 27, yang bunuh diri dengan cara minum racun ikan (potas) setelah meracuni dua anaknya, yang terjadi di Grobogan Jawa Tengah, karena tekanan ekonomi dan masalah keluarga.(Juli 2008). Peristiwa lain, ada seorang ibu muda yang kurang waras di Depok, Jawa Barat, tega membunuh dan membakar bayi yang baru dilahirkan. Selain itu diduga sang ibu juga memakan daging anaknya sendiri, karena bagian tubuh bayi yang sudah hangus terdapat bekas-bekas cabikan dan beberapa bagian tubuhnya hilang (mungkin juga karena kelaparan?). Peristiwa lain. diduga akibat cekcok dengan suami, Ropingah, 30 tahun, warga Dusun Ngelo, Sukoharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, nekad bunuh diri dengan cara membakar diri bersama dua anaknya.Ropingah tewas bersama Hasbi Novid, anaknya yang baru berumum 1 tahun. (Mei 2007). Kejadian lain yang lebih dahsyat adalah, seorang ibu yang membantai lima anaknya. yang terjadi di Gunung Sitoli, Nias, Sumatera Utara. Ia membantai lima orang anak kandungnya menggunakan parang saat Hari Natal. Akibat pembantaian itu, tiga orang anaknya tewas di tempat dan dua lainnya kritis (mungkin meninggal dunia juga (Desember 2009). Peristiwa-peristiwa yang sangat memilukan hati siapapun yang masih punya hati nurani (saya bukan anggota atau simpatisan Partai HANURA lho), kok tidak atau setidaknya belum menyadarkan para pemimpin kita termasuk sang Presiden SBY dan Wakil Presiden Boediono dan para menteri Kabinet SBY Jilid II, termasuk Menteri Keuangan, Sri Muliani, para pejabat Bank Indonesia, para anggota DPR dll untuk bertobat?. Ada sesuatu yang salah dengan negeri ini!. SBY malah sibuk mau membeli pesawat Kepresidenan seharga 75 juta dolar AS atau 750 miliar rupiah, merenovasi pagar istana dengan biaya 22,5 miliar rupiah dan sibuk membuat album lagu-lagu (kapan waktu memikirkan untuk kesejahteraan rakyat?), sedang para menteri gembira menikmati mobil mewah seharga 1,3 milyar per buah dengan uang rakyat, dan hidup mewah di atas kemiskinan dan penderitaan rakyat dan sedang menunggu kenaikan gaji? Tidakkah SBY dan para pemimpin negeri ini yang sebagian besar beragama Islam tahu, bagaimana Rasulullah SAW sebagai pemimpin dan teladan hidup kita, makan tidak pernah kenyang, malah lebih banyak berpuasa selama hidupnya? Bahwa Rasulullah pernah tidak dapat tidur semalaman hanya karena masih ada uang yang belum dibagikan kepada rakyatnya, atau karena makan sebuah kurma yang dia dapati di rumahnya. Beliau ragu, apakah benar kurma itu untuknya atau untuk rakyat?. Hanya karena makan sebuah kurma, menyebabkan Nabi tidak bisa tidur. Bagaimana dengan para petinggi kita yang "makan" aspal, semen, minyak, gas, kayu hasil illegal loginh dan lain sebagainya milik rakyat secara tidak syah, malah bisa tidur nyenyak? Rasuluualh memilih hidup sederhana, padahal sebetulnya kalau Rasulullah mau, beliau akan dikaruniai Allah dengan gunung emas?. Bahwa ukuran "rumah" Rasulullah sangat kecil, sehingga kalau shalat tahajud, sering kaki Aisyah, istrinya, "nyelonong" ke sajadah Nabi Muhammad SAW. Rasul tidur di "kasur" yang terbuat dari pelepah dan daun kurma, sehingga bila bangun tidur, bekas "print" daun kurma masih "tercetak" di tubuh beliau yang mulia. Padahal beliau adalah "Kepala Negara". Beliau tidak tinggal di rumah mewah yang berharga miliaran rupiah sebagaimana kebanyakan para pejabat Indonesia saat ini. Namun demikian, Rasulullah menyebut rumahnya sebagai "surga". Baiti jannati, rumahku surga ku. Tidakkah para pemimpin kita tahu bahwa Chadijah, istri Rasulullah yang pertama adalah seorang "Konglomerat"- seorang wanita pengusaha di zamannya, malah habis hartanya ketika menjadi istri Rasulullah, dikorbankan untuk kepentingan negara dan agama? Bukannya menuntut suami dengan segala cara termasuk korupsi, untuk hidup mewah dan menumpuk harta sebagaiaman yang dilakukan para istri pejabat negara kita pada umumnya saat ini?. Dan tahukah para pemimpin kita bahwa Fatimah, putri kesayangan Rasulullah, istri dari Ali Bin Abi Thalib, untuk makan sehari-hari, bekerja pada seorang Yahudi untuk mendapatkan sedikit upah untuk membeli gandum kasar untuk membuat roti. Roti yang sering tidak jadi dimakan oleh beliau sekeluarga (Ali bin Abi Thalib dengan anak-anak mereka Hasan dan Husein), karena lebih mementingkan memberikan sedekah kepada seorang peminta-minta yang kelaparan, yang datang ke rumahnya? Perlu diketahui juga bahwa saking kurusnya tubuh Fatimah binti Rasulullah ini, antara dada dan punggungnya hampir "dempet", karena lebih sering lapar daripada kenyang. Bandingkan dengan para pemimpin kita yang perutnya buncit-buncit karena kekenyangan, dan berusaha untuk tidak membayar zakat mal setiap tahun, malah ngemplang pajak yang jumlahnya mencapai triliunan! Tidakkah SBY dan para pemimpin kita pernah membaca kisah sahabat Abu Bakar Radiallahu Anhu (Ra), yang mengembalikan sebagian gaji yang dikumpulkan istrinya dari menghemat biaya makan sehari-hari, hanya sekedar untuk membeli sedikit manisan, karena merasa "gaji"-nya dari Baitul Mal terlalu "besar", bahkan pada saat menjelang ajalnya Abu Bakar Ra, berwasiat kepada Aisyah, putrinya, yang juga istri Rasululuhh, untuk mengembalikan seluruh tunjangan yang pernah diterimanya selama menjadi Amirul Mukminin?. Bahwa Abu Bakar Sidiq Ra menginfakkan seluruh hartanya di jalan Allah tanpa sisa sama sekali? Bukan menumpuk harta sehingga bertambah miliaran rupiah sampai triliunan rupiah, saat sebelum dan sesudah menjabat sebagaiman terjadi di negeri tercinta ini? Tidakkah SBY dan para menteri dan pemimpin kita, pernah membaca dan bercermin pada kisah tentang Umar bin Khatab saat menjadi Kepala Negara, menolak keras kenaikan gajinya, yang diusulkan oleh para sahabat lainnya, karena mereka menilai gaji Umar bin Khatab terlalu kecil hanya sekedar untuk makan saja?. Dan bagaimana Umar bin Khatab Ra sebagai Amirul Mukminin, memikul sendiri karung gandum ke rumah seorang ibu yang mempunyai beberapa orang anak kecil yang menangis kelaparan, yang "merebus" batu, hanya sekedar untuk "mengelabui" anak-anaknya, seolah-olah si ibu lagi masak makanan yang lezat? Bandingkan dengan para pemimpin kita yang gemuk-gemuk dan "over weight", yang tidak perduli rakyatnya dalam keadaan lapar, berhari-hari tidak makan! Pernahkah mereka membaca atau mendengar kisah seorang pejabat yang memadamkan lampu untuk melayani tamunya karena urusan pribadi, bukan urusan negara?. Bandingkan para pejabat kita sekarang yang menggunakan fasilitas negara termasuk mobil dinas di saat libur, termasuk bayar BBM dengan uang negara!. Tidakkah para pemimpin kita tahu, bahwa di Akhirat kelak,  mereka akan dimintai pertanggung-jawabannya sebagai pemimpin? Bagaimana menjawab pertanyaan dari Allah tentang penderitaan rakyat yang kelaparan, yang hanya makan nasi aking, karena para pemimpin kita, hanya sibuk menumpuk harta?. Tidakkah mereka sadar bahwa harta yang mereka kumpulkan dan tumpuk itu, kelak akan dijadikan "gosokan", untuk menyeterika tubuh mereka, padahal panasnya api neraka 70 kali lipat dibandingkan dengan  api di dunia ini?. Tidakkah para pemimpin kita yang korup yang terjadi di seluruh Departemen (sekarang Kementerian) dan Lembaga Tinggi Negara termasuk DPR, dan para koruptor di seluuh Indonesia (Gubernur. Bupati, anggota DPRD), kelak akan dimasukkan ke dalam Neraka (kalau tidak bertobat dan tidak megembalikan seluruh harta yang mereka korupsi)?. Di neraka itu mereka akan disiksa selama bertahun-tahun bahkan bisa kekal di dalamnya selama-lamnya, padahal satu hari di Akhirat sama dengan seribu tahun waktu dunia? Untuk itu, wahai SBY dan para pemimpin negeri ini, bahkan seluruh rakyat Indonesia, termasuk penulis, marilah kita bertobat dan mohon ampun kepada Allah SWT dengan tobat yang sebenar-benarnya. Bagi yang sudah terlanjur korupsi dan menyalah-gunakan wewenang dan jabatannya, tidak cukup hanya memohon ampun kepada Allah, atau pergi haji ke Tanah Suci, sambil berdoa kepada Allah di hadapan Ka'bah, agar harta hasil korupsinya "dihalalkan" oleh Allah Ini kisah nyata dan benar-benar terjadi. Mereka harus mengembalikan semua uang rakyat yang pernah dikorupsinya, sebelum datang Malaikat pencabut nyawa. Sebelum datang hari dimana tubuh kita terbujur kaku, dimasukkan ke dalam kain kafan, lalu dimasukkan ke dalam kubur, lalu akan mengalami siksa kubur, kemudian meniti Jembatan Syirad, lalu dikumpulkan di Padang Makhsyar yang terbuat dari logam yang mendidih, untuk diadili. Saat itu kita tidak dapat berdusta lagi sebagaiman pengadilan di dunia yang penuh dengan kebohongan dengan mafia peradilan. Saat itu mulut kita sudah terkunci, tidak bisa berbohong lagi seperti saat hidup di dunia. Yang menjawab pertanyaan-pertanyaan para Malaikat adalah tangan kita, apa saja yang telah kita perbuat dengan tangan itu. Kaki kita, kemana kita langkahkan, menuju tempat kebaikan atau tempat maksiat? Mata kita, apakah digunakan untuk melihat yang halal atau yang haram?. Telinga kita, apakah untuk mendengar yang hak atau yang bathil? Sudah saatnya kita jujur, siapa yang bersalah, mengaku saja salah, bertanggung-jawab atas kesalahannya, lalu bertobat kepada Allah yang telah menciptakan kita dari tidak ada menjadi ada. Diciptakan-Nya kita dari setetes air mani yang hina dan menjijikkan menjadi manusia yang cantik dan tampan. Untung kita tidak diciptakan oleh Allah sebagai hewan, sebagai babi atau anjing misalnya!. Allah Maha Penerima Tobat. Dia insya-Allah, dengan kasih sayang-Nya akan mengampuni segala dosa kita, walaupun dosa kita sebanyak buih di lautan, kecuali dosa syirik yang tidak terampunkan. Saat ini rakyat sudah muak, rakyat sudah bosan, rakyat sudah benci dengan semua sandiwara dan kebohongan, dengan dagelan politik oleh para pemimpin dan para pejabat negeri ini, yang dapat kita saksikan di televise setiap hari, yang berbuat bukan karena ikhlas kepada Allah, tapi untuk kepentingan pribadi, keluarga dan golongan. Himbauan ini, bukan saja untuk para pemimpin yang sedang menduduki jabatan saat ini, tapi juga yang pernah menjabat, baik yang ketahuan berbuat korupsi dan penyalah-gunaan wewenang, maupun yang "luput" dan "selamat" dari aparat penegak hukum yang jauh dari adil itu. Bagaimana mungkin korupsi yang triliunan rupiah dibebasakan tanpa syarat, sementara petani yang mencuri satu tandan pisang, atau beberapa kg kapuk, atau maling seekaor ayam karena lapar, mendapat hukuman beberapa bulan. Masya-Allah!!!. Au'zubillah min zalik. Insyaflah, istigfar, mohon ampun kepada Allah dan minta maaflah kepada seluruh rakyat Indonesia. BERTOBATLAH. Oleh: Ir. Bakaruddin Is MSc
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H