”Yang benar telah datang, yang batil pasti lenyap”. Itulah yang terjadi pada voting terbuka pada rapat paripurna DPRRI yang berlangsung hampir tengah malam, Rabu, 3 Maret 2010, yang sangat menegangkan, yang ditunggu-tunggu oleh hampir seluruh rakyat Indonesia itu.
Setelah terjadi lobi-lobi yang sangat panjang dan melelahkan, tarik ulur antara Fraksi Demokrat cs (PKB terutama) versus GOLKAR, PDI dan PKS dan kawan-kawan, maka akhirnya dilakukan voting terbuka untuk memilih, apakah Opsi A (yang setuju bail out dan menyatakan tidak ada penyimpangan) atau Opsi C (ada penyimpangan dan menyebut nama pelakunya), ternyata GOLKAR dan PDI Cs ”menang telak” dengan skor 315 melawan 212.
Kemenangan besar ini, karena semua fraksi oposan memberikan suara secara ”utuh” untuk memilih Opsi C, tidak ada satupun yang membelot. Bahkan tanpa diduga sama sekali, mereka mendapat tambahan dari PPP sebanyak 32 suara. Semula PPP diperhitungkan akan memilih Opsi A. Disamping itu, pihak yang tidak setuju bail out mendapat tambahan satu suara lagi dari adik almarhum Gus Dur, Lili Wahid dari PKB. Jadi suara PKB tidak utuh, ”ternoda” oleh Lili Wahid yang ”nyebrang” ke pihak lain.
Yang lebih seru dan aneh adalah ”voting sebelum voting”, yaitu memilih apakah hanya dua pilihan yaitu Opsi A atau Opsi C atau memilih tiga pilihan, yaitu Opsi A, Opsi C dan Opsi ”Gabungan A dan C. Disiniliah letak ”lucu”, aneh bin ajaib. Mengapa? Perhatikan ini.
Opsi A= semuanya baik-baik saja dalam kebijakan bail out. “Nothing wrong with it”, atau singkatnya : “BENAR”
Opsi B= ada yang salah. ”There is something wrong in it”, singkat kata: “SALAH”
Nah, bagaimana mungkin BENAR dan SALAH bisa dijadikan satu? Salah adalah benar, benar adalah salah. Yang biasanya berbuat salah atau menyuruh berbuat salah adalah SETAN, sedangkan yang berbuat baik atau menyuruh berbuat baik adalah MALAIKAT. Apakah Malaikat dapat disandingkan dengan Setan atau Malaukat disatukan dengan Setan? Tak mungkin!
Dalam kitab suci Al Qur’an, Allah berfirman: ”Dan janganlah kamu campur-adukkan yang hak (benar) denga yang batil (salah-mungkar),d an janganlah kalian sembunyaikan yang hak itu, padahal kalian mengetahuinya (QS Al Baqarah:42). Usaha menyembunyikan yang batil inilah yang selama berbulan-bulan coba dilakukan oleh Partai Demokrat dalam PansusBank Century melalui Ruhut Sitompul cs termasuk Pembina Partai Demokrat, Hayono Isman, mantan Menpora di zaman Soeharto. Acara yang diliput secara terbuka melalui siaran langsung TV, yang dapat disaksikan oleh seluruh rakyat Indonesia yang punya TV atau yang tetangganya punya TV (tidak semua rakyat Indonesia punya TV).
Nah, usaha yang batil ini yang dipelopori oleh Partai Demokrat, ”celakanya” didukung oleh dua partai yang ”membawa bendera Islam”, yaitu PKB dan PAN. Walaupun PAN terbuka untuk semua agama, tapi pendirinya adalah Amin Rais, dan PAN dikenal sebagai tempat bernaung orang-orang Muhammaddiyah (Pengikut Nabi Muhammad SAW), sementara PKB yang mempunyai slogan ”membela yang benar” tapi sering diplesetkan menjadi ”membela yang bayar” itu, adalah tempat penampungan warga Nadhiyin (Nadhatul Ulama) untuk menyalurkan aspirasi politik mereka, yang didirikan oleh almarhum Gus Dur.
Pertanyaannya adalah, kok bisa ya kedua partai Islam itu berpihak pada yang mungkar?. Dalam hal ini PPP hampir ikut ”tergelincir” mendukung yang batil, yang mungkar, tapi alhamdulillah mereka akhirnya ”berbalik badan” , mungkin karena bertobat. PPP akhirnya meninggalkan kubu yang batil itu, lalu memilih Opsi C. Padahal pada saat ”Voting sebelum voting” , PPP masih berdiri di pihak yang batil
Terbukti lagi pameo atau apapun namanya yang menyatakan bahwa politik itu ”busuk”, bahwa dalam poiltik tidak ada teman abadi, yang ada hanyalah kepentingan abadi”. Apa kepentingan PAN? Semua rakyat tahu, untuk ketua umumnya, Hatta Rajasa, teman dekat SBY yang sudah menduduki beberapa kali jabatan menteri. Sama halnya dengan PKB, mereka memilih pihak yang batil demi untuk kepentingan Ketua Umum PKB, Muhamin Iskandar yang sekarang juga jadi Menteri (asyoiii). Tapi saya yakin sebagian besar anggota dan simpatisan kedua partai Islam itu, akan meninggalkan partai mereka dan akan memilih partai lain (kemungkinan besar PKS) dalam PEMILU yad, bahkaan pada saat PILKADA, mungkin sudah punya dampak terhadap calon Pemimpin Daerah yang berasal dari partai-partai itu.
Begitu juga dengan konstituen Partai Demokrat, pasti banyak yanng akan meninggalkan Partainya SBY itu. Lebih-lebih melihat tingkah laku anggota DPR yang berasal dari Partai Demokrat seperti Ruhut Sitompul, Roy Suryo dll, yang sangat memuakkan untuk dilihat di layar kaca. Penulis bukan anggota atau simpatisan Partai Demokrat, tapi memilih SBY saat Pilpres, ikut kecewa dengan Partai Demokrat. Saya yakin banyak rakyat Indonesia yang mempunyai pendapat yang sama dengan penulis.
Tapi alhamdulillah, akhirnya kebenaran-lah yang menang. Acara ”Voting sebelum voting” dimenangkan oleh GOLKAR dan PDIP Cc, yang kemudian dilanjutkan dengan voting yang sebenarnya, hanya memilih Opsi A atau Opsi C, yang semua kita ketahui dengan hasil kemengan telah untuk GOLKAR dan PDIP Cs. Fraksi Demokrat, terpaksa diam, berusaha tetap ”tersenyum”, walupun sebenarnya hati mereka dongkol banget. Hal ini dapat kita lihat pada wajah Marzuki Ali, Ketua DPR RI, sebagai pemimpin sidang, yang berusaha menutupi rasa malunya dengan joke-joke-lelucon yang ak lucu.
Begitulah bila Allah telah menghendaki sesuatu terjadi, maka terjadilah dia. ”Kun faya kun”. Manusia boleh membuat rencana, tapi Allah yang Maha Menentukan segalanya. Mari kita banyak istigfar dan mohon ampun kepada Allah. Allah telah menberikan karunia yang begitu luar biasa berupa negara yang begitu luas, tanah yang subur dengan kekayaan alam yang sangat luar biasa, baik di darat maupun di laut, tapi disia-siakan saja, sehingga masih banyak rakyat Indonesa yang hidup di bawah garis kemiskinan, makan nasi aking atau makanan yang setara dengan makanan binatang.
Saatnya sekarang untuk bangkit, berbuat untuk kepentinmgan rakyat, bukan untuk kepentingan partai atau golongan. Dan rakyat menunggu proses hukum lebih lanjut, dengan telah diputuskannya Opsi C sebagai keputusan DPR yang mengikat semua pihak. Lakukan penyidikan lebih lanjut terhadap semua pihak yang berslah, dan kembalikan uang rakyat yang 6,7 triluan itu. Kepada para deposan Bank Century (kini Bank Mutiara), Pemerintah wajib mengembalikan uang mereka. Kasihan, mereka tidak berslah.
Oleh: Bakaruddin Is
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H