Walaupun ini hari ke sebelas tahun baru Hijriah, tapi masih sangat relevan bila kita, terutama bagi kaum muslimin dan muslimat menyambutnya dengan penuh sukacita. Namun demikian setiap pergantian tahun, mestinya sekaligus juga membuat kita bersedih, karena itu berarti umur kita sudah berkurang satu tahun lagi dan semkain dekat pada hari kematian kita.
Dalam sebuah acara pengajian atau tauziah di sebuah mesjid di kompleks PERUMNAS Palembang pada Sabtu malam 24 November 2012, sang ustadz mengingatkan para jamaah agar mensyukuri segala nikmat Allah yang telah dianugerahkan-Nya kepada kita sampai dengan awal tahun baru Hijriah 2013 ini.
Artikel ini saya tulis berdasarkan tauziah tersebut karena sesuatu yang baik perlu disampaikan lagi kepada orang lain yang tidak hadir, sesuai dengan pesan Rasulullah sallallahu alaihi wa salam (SAW), dan diperkaya dengan apa yang saya ketahui tentunya.
Sang ustaz mengingatkan bahwa kedatangan tahun baru Islam, disamping membawa harapan baru, juga berarti membawa kita kepada saat kematian kita. Dalam bahasa daerah Palembang, dan dengan cara yang sedikit bercanda sang ustaz mengingatkan beberapa tanda seseorang sesungguhnya sudah semakin dekat kepada ajalnya.Apakah tanda-tanda itu?
Tanda-tanda Sudah Dekat Pada Ajal
Pertama, warna rambut sudah berubah putih atau beruban, walaupun disemir atau tertutup jilbab bagi kaum wanita.
Kedua, mata sudah mulai rabun, perlu memakai kaca-mata, walaupun orang muda, atau remaja bahkan anak-anak sudah ada yang memakai kacamata.
Ketiga, telinga sudah kurang mendengar. Hal ini terlihat dari seringnya kita minta diulangi ucapan seseorang pada kita.
Keempat, gigi sudah banyak yang tanggal, apalagi gigi geraham, sehingga bukan saja wajahnya tampak “kempot”, tapi juga tidak mampu lagi mengunyah makanan yang liat dan keras.
Kelima, sudah mulai pikun, mudah lupa, kecuali terhadap lawan jenis dan lembaran uang ratusan atau lima-puluh ribuan (kalau uang receh boleh lupa).
Dan lain-lain tanda sudah berusia lanjut seperti jalan sudah harus pakai tongkat, makan sudah dibatasi, sering mengalami gangguan kesehatan.
Kematian Bukan Untuk Ditakuti Tapi Perlu Disiapkan
Kita hidup di dunia ini atas kehendak dan izin Allah, bukan jarena kehendak atau keinginan orangtua kita atau diri kita sendiri. Dan tujuan kita hidup di dunia yang fana ini bukan untuk mengejar kesengan hidup di dunia, tapi untuk mencari kebahagiian hidup di Akhirat kelak.
Allah menyatakan dalam Al Qur’an, bahwa: “Jin dan manusia diciptakan hanya untuk menyembah Allah”, bukan untuk tujuan lain seperti memiliki pangkat atau jabatan yang tinggi, atau punya rumah atau mobil mewah, uang yang banyak, apalagi bila didapat dengan cara yang tidak halal seperti korupsi dan lain sebagainya. Tapi gunakan segala kenikmatan hidup di dunia itu untuk mencari kebahagiaan hidup di Akhirat nanti.
Kematian itu pasti datang, hanya kapan, dimana dan dengan cara apa, itulah yang selalu menjadi misteri bagi manusia, karena itu merupakan rahasia Allah Subhanallahu ta’ala (SWT). Allah berfirman dalam Al Qur’an yang artinya: “Setiap yang bernyawa pasti akan mengalami mati”, dan “Setiap umat ada ajalnya, apabila sudah tiba waktunya, maka tidak dapat diundurkan atau dimajukan walaupun hanya sedetik” (Al Ayat).
Orang yang sukses menurut pandangan Agama Islam adalah orang yang di akhir hayatnya, yaitu menjelang sakratul maut dia mampu mengucapkan “La Ila ha-il-Allah”, tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah.
Dan ucapan ini tidak mudah dilakukan, walaupun saat menjelang ajal seseorang dibantu atau dibimbing ustaz atau suami/istri atau anggota keluarganya untuk mengucapakan “Kalimah Toyyibah” tersebut, bila selama hidupnya di dunia dia tidak pernah ingat Allah, tidak pernah shalat, tidak pernah puasa, tidak pernah menunaikan zakat atau infaq atau sedekah, dan tidak pernah pergi ke tanah suci untuk menunaikan ibaadah haji padahal dia mampu dari segi materi.
Apalalagi bila dia tidak pernah berzikir atau mengingat Allah.Tidak pernah mengucapkan: “SubkhannAllah, wal khamdulillah, La ilaha illallah, Allahu Akbar” dan beberapa zikir lain untuk mengingat kebesaran Allah. Bahwa Allah-lah yang telah menciptakan kita, Allah yang telah memelihara kita, Allah yang telah memberi kita rezeki”.
Yang dia ucapakan saat hidup didunia hanyalah membangga-banggakan keturunannya, istrinya yang cantik atau suaminya yang ganteng, anak-anaknya yang sarjana, rumahnya yang mewah berharga miliaran di daerah bergengsi, mobil mewah yang “limited edition”, pangkat yag tinggi, jabatan yang tinggi, perusahaan besar dengan omzet trilunan, dan lain-lain sebagainya. Padahal bila maut datang dengan tiba-tiba tanpa diundang, semua kenikmatan hidup di dunia itu akan dia tinggalkan. Akan jadi rebutan para ahli waris dan orang yang mengaku-ngaku ahli waris....
Mumpung saat kematian itu belum tiba....
Mumpung kita masih diberi kesempatan oleh Allah untuk menikmati hidup di dunia yang fana ini
Mumpung kesempatan untuk bertobat masih ada............
Mari kita isi sisa umur kita untuk melaksanakan semua Perintah Allah dan menjauhi semua larangannya
Bukan hanya ibadah fardhu, tapi juga ibadah-ibadah sunah seperti shalat-shalat sunah, puasa-puasa sunah, sedekah dan infaq, dan lain-lain. Allah akan lebih mencaintai orang yang ikhlas menjalankan ibadah-ibadah yang tidak wajib baginya.
Mari kita siapkan hari yang tidak mungkin kita hindari itu, hari kematian atau ajal kita. Kematian bukan untuk ditakuti tapi untuk disambut dan dipersiapkan
Calon Penghuni Surga
Untuk mendapatkan Surga Allah, ternyata kita tidak cukup hanya beriman dan beramal saleh kepada Allah saja seperti uraian di atas, tetapi juga kita harus membangun dan membina hubungan yang baik di antara umat manusia, bukan hanya sesama muslim tetapi tehadap semua umat bergama lain, bahkan terhadap semua makhluk hidup termasuk bianatang dan tumbuh-tumbuhan.
Suatu hari di zaman Rasulullah SAW, saat beliau memberikan nasehat atau pengajian kepada para sahabat, seseorang masuk ke dalam majelis, dan bergabung dengan jamaah. Rasulullah bersabda: “Orang ini calon penghuni surga”. Para sahabat memandang dengan terheran-heran kepada orang yang tampak sederhana bahkan tampak “jelek” secara fisik itu, tapi mereka tak berani memberi komentar apalagi membantah karena mereka tahu Rasulullah SAW tak mungkin berbohong.
Seorang sahabat sangat penasaran, dan ingin mengetahui “rahasia” amalan yang diamalkan oleh orang tersebut. Lalu dia ingin menginap di rumah orang tersebut dengan berpura-pura bretengkar dengan istrinya.
Singkat cerita sahabat itu menginap di rumah tersebut dan mencoba “mengintip” amalan yang dilakukan oleh calon penghuni surga itu. Jam satu malam dia bangun, dan ternyata tuan rumah tidak melakukan shalat malam atau shalat tahajud. Menjelang subuh, tuan rumah bangun dan membangunkan tamunya untuk bersama-sama shalat di mesjid. Begitu selesai shalat calao penghuni surga itu juga tidak melakukan berbagai amalan tambahan atau amalnya biasa-biasa saja.
Si tamu mengamati amalan calon penghuni surga itu selama tiga hari dengan menginap di rumah tersebut. Setelah tiga hari tiga malam, lalu dia berkata kepada tuan rumah: “sebetulnya saya tidak sedang bertengkar dengan istri saya sehingga saya harus nginap di rumahmu, tapi saya penasaran, apa amalan-amalan yang engkau lakukan sehingga engkau disebut Rasulullah sebagai calon penghuni surga?.
Orang itu menjawab: “Aku tidak punya rasa benci atau iri atau dengki atau sifat semacam itu kepada siapapun”. Nah di sinilah kuncinya. Bila kita ingin masuk dalam golongan ahli surga, maka jangan membenci siapapun, jangan iri kepada siapapun, dan jangan dengki dengan siapapun, baik di antara anggota keluarga apalagi di antara suami-istri, tetangga, teman sekantor atau siapapun.
Dan kalau kita membenci seseorang atau tidak suka kepada seseorang, segera mohon ampun kepada Allah, lalu kita doakan orang tersebut dan bacakan Surat Al Fatihah untuknya.
Penulis segera ber-istigfar karena penulis memang banyak membenci orang-orang yang sering diberitakan di televisi atau koran, baik dia pejabat negara atau pemimpin negeri ini, anggota DPR dan lain-lain yang terlibat atau diduga terlibat korupsi baik pria maupun wanita, para pengedar narkoba, para artis dan lain sebagainya.
Wahah-wajah mereka muncul satu perasatu di hadapan saya, lalu saya berdoa untuk mereka dan saya bacakan Surat Al Fatihah untuk mereka.... Dan saya mohon ampun kepada Allah dan minta maaf kepada mereka, walaupun mereka tidak pernah kenal saya dan bahwa selama ini saya sangat muak melihat wajah mereka di layar kaca.....
Dan benar saja, setelah sahalat subuh berjamaah di mesjid dan ketika saya melihat berita di televisi, saya tidak punya perasaan benci lagi melihat tampang orang-orang yang yang sebelumnya sangat saya benci atau paling tidak, tidak saya sukai di layartelevisi.Yang ada adalah timbul rasa kasihan kepada mereka, karena mereka-pun pasti tidak menghendaki hal itu terjadi pada diri mereka....
Ya Allah ampunilah dosa-dosa saya, saya tidak lebih baik dari mereka
Palembang, Ahad, 25 November 2012
Jelang shalat Zuhur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H