[caption id="attachment_95915" align="alignleft" width="300" caption="RS Kanker Dharmais Jakarta"][/caption]
Ini sebuah kisah nyata dari empat anggota keluarga saya yang menderita berbagai jenis kanker. Dari empat anggota keluarga terdekat saya yang terkena kanker itu, dua di antaranya sudah meninggal dunia, seorang masih dalam perawatan dan seorang lagi alkhamdulillah sudah sehat kembali..
Artikel ini saya tulis bukan ingin mendapatkan bantuan dana atu minta dikasihani, atau apapun, tetapi hanya sekedar untuk berbagi kepada seluruh pembaca, semoga anda dan keluarga atau orang-orang terdekat anda tidak terkena penyakit kanker yang sangat menakutkan itu, dimana bila seseorang sudah divonis terkena penyakit kanker, apalagi pada stadium empat, sama dengan sudah “divonis mati”. Sungguh mengerikan.
Tujuan lain adalah agar kita semua dapat lebih berhati-hati dalam menjalani hidup ini dengan menjalankan pola hidup yang sehat, dan menghendari segala sesuatu yang “mengundang” datangnya penyakit kanker tersebut. Dan bila sudah terkena kanker, bagaimana agar kita dapat mengobatinya sedini mungkin, agar segera sehat kembali atau tidak bertambah parah yang dapat berujung pada kematian. Memang kematian itu tidak dapat dihindarkan apabila memang sudah tiba waktunya pada seseorang, namun usaha untuk hidup sehat adalah wajib hukumnya.
Arikel ini terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama adalah tentang pengalaman sejati yang diderita oleh 4 (empat) anggota keluarga saya, baik tentang jenis penyakitnya, cara pengobatannnya maupun bagaimana keadaan mereka atau dimana mereka saat ini berada. Bagian kedua adalah artikel yang diramu dari berbagai sumber tentang penyakit kanker dari para ahlinya. Semoga bermanfaat.
Empat Anggota Keluarga s aya yang terserang kanker adalah (1), Kakak kandung wanita, (2) Istri, (3) Adik ipar perempaun (adik dari istri), dan (4) Suami dari adik ipar yang lain.
1. Kakak Kandung
[caption id="attachment_95916" align="alignleft" width="300" caption="Chemo therapy terhadap penderita kanker"]
Kakak kandung perempuan, istilah Palembang disebut “ayuk” saya satu-satunya (almarhumah) semasa hidupnya adalah seorang bidan. Beliau bertugas di sebuah Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) di Kecamatan Cempaka, Sumatera Selatan. Suaminya (almarhum), juga seorang perawat, yang di kampung disebut “mantri kesehatan”, bukan menteri lho.
Setiap hari termasuk hari Minggu mereka berdua bekerja keras demi untuk kesehatan masyarakat di Kecamatan Cempaka di pedalaman Sumatera Selatan itu. Kalau ada ibu hamil atau yang a mau malahirkan, maka kakak perempuan sayalah yang bertanggung-jawab untuk menanganinya.
Tapi sebaliknya untuk penyakit-penyakit lain, maka kakak ipar sayalah yang bertanggung-jawab, karena saat itu belum ada seorang dokterpun yang bertugas di Puskesmas tersebut. Jadi kakak ipar saya bertindak “seperti” seorang dokter umum. Apa boleh buat, walaupun ini sebenarnya tidak diperkenankan, apalagi saat ini dimana dokter sudah demikian banyak. . Namun Alhamdulillah, hampir tidak pernah ada masalah. Hampir semua penyakit dapat disembuhkan, kecuali yang sangat parah dan tidak dapat ditangani, maka pasiennya dikirim ke RSUP Palembang.
Kembali ke kisah kakak kandung saya, dia menderita kanker payudara. Awalnya dioperasi biasa dalam arti hanya sebagian kecil dari payudaranya yang dibuang. di RSUP Palembang. Tapi karena ternyata kanker ganas, maka dilakukan operasi yang lebih besar. Seluruh payudaranya “diangkat”, maksdudnya “dipotong habis”, sehingga menjadi “rata”, tidak ubahnya seperti dada laki-laki. Saat itu setelah payudaranya di “babat habis”, diyakini bahwa kakak saya nyawanya akan selamat, karena semua jaringan kanker sudah dibuang.
Namun ternyata, Allah berkehendak lain. Beberapa bulan setelah operasi itu, saat dilakukan pemeriksaan ulang di RSUP Palembang, ternyata kankernya telah menjalar ke seluruh tubuh. Lalu dianjurkan untuk berobat ke Jakarta. Singkat cerita, kakak saya dibawa ke Jakarta, dan berobat di RSUP Tjipto Manungunkusumo. Saat itu (tahun 1980-an), belum ada Rumah Sakit Kanker Dharmais, pusat rujukan penyakit kanker di seluruh Indonesia sebagaimana saat ini.
Kakak saya dirawat dan diobati dengan penyinaran dan berbagai jenis obat atau chemotherapy. Setelah beberapa lama dirawat, dan belum dinyatakan sembuh, lalu kakak saya dibawa kembali ke Palembang. Mungkin dokter “sudah menyerah”, karena pengobatan kanker saat itu belum secanggih saat ini. Beberapa bulan setelah itu nyawnya tidak tertolong. Beliau meninggal dunia pada tanggal 4 Mei 1984 di Cempaka, dan dikuburkan di sana.
Saya sangat sedih karena beberpa hari sebelum meninggalnya, saya yang saat itu sudah bekerja di Departemen Pertanian Jakarta, sempat menjenguknya. Saya lihat tubuhnya sudah kurus kering dan pucat. Di luar kamarnya saya menangis melihat penderitaannya. Katanya seluruh tubuhnya merasa sakit seperti diiris dengan sembilu dan itu terjadi setiap saat sehingga sulit untuk tidur.
Ya Allah, megapa Engkau ambil kakak-ku di saat anak-anaknya masih kecil, padahal dia sangat baik kepadaku dan adik-adikku. Dia dan suaminya yang membiayai sekolah dan kuliah kami sehingga kami dapat men jadi sarjana. Kepada setiap pasien yang ditolongnya, juga dia tidak pernah meminta bayaran atau menentukan tarif, tidak komersial seperti bidan sekarang. Terkadang orang ”membayar” jasanya dengan hasil kebun atau sayur atau berupa beberapa kilo gram beras atau seeokor ayam kampung.
Semoga dengan amal baik beliau, dosa-dosanya diampuni Allah dan seluruh amal ibadah serta kebaikannya merupakan pemberat timbangann amalnya untuk dimasukkan Allah ke dalam surga. Amin.
Satu catatan penting adalah, kakak saya dulu semasa hidupnya, setiap kali masak selalu menggunakan bumbu masak penyedap rasa yang mungkin terlalu banyak, yang diduga sebagai penyebab kanker payudara yang dideritanya.
2. Istri
Tidak banyak yang dapat saya ceritakan tentang penyaikt kanker yang diderita isrtri saya. Istri saya yang juga seorang paramedis dan bekerja di Departemen Kesehatan, adalah lulusan Akademi Perawat di Palembang.
Dia juga terkena kanker payudara. Tapi mungkin karena tergolong kanker jinak atau karena diketahui sejak masih di stadium satu, sehingga setelah dioperasi dengan diangkat pada bagian yang terserang saja, alhamdulillah sampai saat ini masih sehat.
Padahal dulu dia sempat menangis di hadapan saya, karena khawatir akan mengalami nasib seperti kakak saya, sehingga tidak sempat melihat anak-anaknya tumbuh dewasa. Alhamdulillah, saat artikel ini ditulis, dia sedang umroh ke tanah suci. Sebelumya juga dia sudah dua kali menunaikan ibadah haji sebagai TKHI (Tenaga Kesehatan Haji Indonesia).
Sedikit rentang kanker payudara
- Kanker payudara merupakan jenis kanker yang umum ditemui pada wanita.
- Kanker payudara jarang ditemui wanita di bawah usia 30.
- Tingkat kesembuhannya cukup tinggi jika dapat dideteksi sedini mungkin dan segera dioperasi dan diobati..
- Tanda-tandanya: adanya benjolan di payudara, perubahan bentuk payudara, sebelah puting susu masuk ke dalam, dan keluarnya cairan atau darah dari puting susu.
- Tes yang dilakukan untuk mendeteksi kanker payudara: melalui mamografi dan biopsy.
3. Adik Ipar Wanita
Adik ipar ini, juga seorang bidan, walaupun pendidikan terakhirnya adalah S2 dalam Ilmu Kesehatan Masyarakat. Di awal karirnya sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), dia lama bertugas di Kota Tanjung Pandan, Belitung yang saat itu masih bagian dari Provinsi Sumatera Selatan. Namun saat ini dia sudah lama bertugas di Dinas Kesehatan Sumatera Selatan di Palembang.
Bulan Februari lalu dia dirawat di RS Kanker Dharmais Jakarta karena diagnosis tersernag sakit Kanker Paru-paru, sudah stadium empat. Saya sangat kaget, karena tidak pernah menengar kabar sebelumnya bahwa dia sakit kanker tersebut. Saat saya mengunjunginya di RS Dahramais beberapa minggu yang lalu, tubuhnya tampak sehat dengan berat badan normal layaknya seperti orang yang sehat.
Namun hasil pemeriksaan dokter dan penelitian laboratorium membuktikan bahwa adik ipar saya ini mendertita kanker paru-paru pada stadium empat. Allahu-albar. Dengan berlinang air mata dia bercerita tentang penyakitnya itu, yang tidak pernah disangka samasekali akan terjadi, karena dia seorang petugas kesehatan, yang tahu bagaimana menjalani hidup yang sehat.
Namun begitulah, bila Allah telah berkehndak, tidak seoarang manusiapun yang dapat menolaknya. Manusia tidak punya kekuatan apa-apa. Manusia hanya bisa berusaha, tetapii Allah-lah yang Maha Menentukan segalanya.
Dia sempat dirawat selama beberapa minggu di RS Kanker tersebut dengan therapi kmia atau chemotherapy, yang harus diulangi secara rutin setiap beberapa minggu. Saat ini dia sedang pulang ke Palembang untuk datang lagi ke Jakarta dalam dua minggu yang akan datang untuk deperiksa dan dilakukan chemotherapy lagi. Semoga dia selamat dan sehat kembali. Amin.
Sedikit tentang kanker paru-paru
- Kanker paru-paru merupakan jenis kanker yang paling umum ditemui di seluruh dunia.
- Kanker paru-paru banyak ditemui pada orang yang usianya dia atas 40 tahun.
- Tingkat kesembuhannya kecil dan biasanya baru ditemukan setelah menyebar ke seluruh tubuh.
- Penyebab utamanya adalah kebiasaan merokok.
- Tanda-tandanya: batuk yang tak kunjung hilang, sakit pada dada saat mengambil nafas, keluar lendir dari batuk yang bercampur darah, berat badan turun, dan tak memiliki selera makan.
- Tes yang dilakukan untuk mendeteksi kanker paru-paru adalah x-ray atau sinar rontgen di dada, biopsy, dan CT scan.
4. Suami dari Adik Ipar
Anggota keluarga saya yang ke-empat, yang terkena penyakit kanker adalah suamu dari adik ipar saya yang lain. Jabatan terakhirnya adalah Kepala Dinas Perhubungan Kota Prabumulih Sumatera Selatan, yang baru dijabatnya kurang dari satu tahun.
Dia menderita Leukemia atau Kanker Darah. Sebenarnya penyakitnya sudah cukup lama dideritanya, dan setiap bulan harus mendapat transfusi darah sebanyak 1,500 CC atau enam orang donor darah dengan masing-masing menyumbnag 250 CC. Bisa dibatyangkan betapa repot dan menhkhawatirkan hidup seperti itu. Bagaimana kalau tidak mendapatkan donor darah sebanyak itu setiap bulannya?.
Dia juga telah melakukan upaya-upaya pengobatan alternatif, karena ada kecurigaan bahwa penyakitnya adalah karena ”dibuat orang” yang tidak suka kepadanya. Wallahu ’alam, hanya Allah yang tahu. Bukan hanya di Suamtera Selatan saja dia melalukan pengobtan alternatif tapi sampai ke Pulau Jawa. Baru beberapa bulan yang lalu dia beserta istrinya datang ke Jakarta untuk pengobatan alternatif, padahal istrinya adalah seorang petugas kesehatan, seorang bidan yang bekerja di RS Pertamina di Prabumulih.
Sedikit tentang kanker Darah atau Leukemia
- Leukemia merupakan kanker sel darah putih.
- Anak dan dewasa dapat terkena kanker ini, namun banyak ditemui pada anak-anak. Anak yang lahir dengan sistem kekebalan tubuh yang tidak normal dapat terkena leukemia. Begitupun jika sering terkena radiasi nulkir sebgaiama yang pernah terjadi di Jepang dan Chernobyl.
- Tingkat kesembuhannya cukup tinggi, yaitu 80 persen. Namun tidak demikian untuk anak balita.
- Tanda-tandanya: seperti anemia (kurang darah), dimana pasien merasa lelah dan lemah.
- Tes yang dilakukan untuk mendeteksi adalah tes tulang sumsum dan scan. Pengobatan dengan chemo therapy.
Awal bulan Maret, suami dari adik ipar saya itu mengalami diare yang hebat, dan tampaknya tidak bisa lagi ditanggulangi di Palembang, lalu dirujuk untuk dirawat di RS Kanker Dharmais, Jakartta. Dia masuk rumah sakit tanggal 7 Maret yang lalu. Sempat dirawat dua minggu dengan mendapat tarnsfusi darah dan obat-obatan lainnya.
Meinggal dunia
Namun nyawanya tidak tertolong. Dia meninggal dunia di RS Kanker Dharmais pada tanggal 20 Maret malam, lalu jenazahnya dibawa ke Palembang dengan Lion Air pada Senin pagi 21 Maret, untuk selanjutnya dimakamkan di Baturaja Suamatgaa Selatan pada hari itu juga. Saya dan keluarag hanya bisa berusaha menemui rombongan jenazah di Bandara Cengkareng, tapi tidak sempat bertemu karena terjebak macet dan pesawat sudah keburu take off ke Palembang. Hanya doa yamg dapat kami panjatkan.
Selamat jalan adinda, Semoga arwahmu diterima Allah di sisi-Nya. Segala amal ibadah diterma dan segala dosamu diampuni-Nya. Semoga istri dan anak-anaknya tabah menghadapi musibah yang amat berat ini. Amin.
Memang kalau Allah sudah berkehendak, tidak seorang manusia pun yang dapat memperttahankan nyawanya. ”Setiap yang bernyawa pasti akan mati, tidak dapat dimundurkan atau dimajukan walau hanya satu detik” (Al Qur’an). Manusia hanya dapat berusaha dan berdoa dan pasrah dengan ketentuan Allah.
Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un.
Sesungguhnya kita datang dari Allah dan akan kembali kepada-Nya.
Semoga bermanfaat
Depok, 23 Maret 2011
Bakaruddi Is
(Bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H