Hari ini, 11 November 2010, bereadar berita tentang gagalnya Soeharto dan Gus Dur menjadi Pahlawan Nasional. Golkar "mat-matian" mendukung dan memperjuangkan agar Soeharto diangkat sebagai Pahlawan Nasionalaur ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional. Dari sepuluh yang diusulkan sebagai Pahlawan Nasional, memang hany dua nama itu yang sangat mengundang controversial, pro dan kontra. Kesepuluh orang calon Pahlawan Nasional itu adalah: 1. Ali Sadikin dari Jawa Barat 2. Habib Sayid Al Jufrie dari Sulteng 3. HM Soeharto dari Jawa Tengah 4. KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dari Jawa Timur 5. Andi Depu dari Sulawesi Barat 6. Johanes Leimena dari Maluku 7. Abraham Dimara dari Papua 8. Andi Makkasau dari Sulawesi Selatan 9. Pakubuwono X dari Jawa Tengah 10. Sanusi dari Jawa Barat. Alasan Soeharto dan Gus Dur Tidak Jadi Pahlawan Nasional Menkopolhukam Djoko Suyanto menjelaskan mengapa dua mantan presiden, masing- masing Soeharto dan KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur tak mendapat gelar pahlawan. Pemerintah, Kamis (11/11/20/10) hanya menetapkan dua nama yang mendapat gelar sebagai Pahlawan Nasional, yaitu Dr Johannes Leimena dan Johanes Abraham Dimara. Pemberian gelar Pahlawan Nasional dan bintang jasa ini didasari atas rekomendasi Sekretariat Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan. "Gelar ini adalah suatu penghormatan untuk almarhum dan keluarganya. Oleh karena itu, Pemerintah tak mau setelah dianugerahkan, pihak keluarga malah dapat kesulitan. Kendala psikologis dan sosiologis menjadi bahan pertimbangan," kata Djoko Suyanto. Selain Soeharto dan Gus Dur, nama-nama lain yang juga diusulkan tapi gagal mendapat gelar sebagai pahlawan nasional aadalah Ali Sadikin, Habib Sayid Al Jufri, Andi Depu, Andi , Pakubuwono X, Andi Depu, Andi Makasau, Pakubuoan dan Sanusi. Djoko menjelaskan, semua nama calon yang dibahas di Dewan memenuhi baik syarat umum maupun khusus. Namun, Djoko menjelaskan lagi pemberian gelar pahlawan kepada Soeharto dan Gus Dur hanya masalah waktu saja. "Dua nama itu layak mendapatkan gelar pahlawan nasional. Hanya saja belum sekarang," kata Djoko yang enggan menjelaskan alasan sosiologis dan psikologis sehingga Soeharto dan Gus Dur tak diberi gelar pahlawan. Mengapa Soeharto dan Gus Dur Tak Pantas Jadi Pahlawan Nasional Soeharto 1. 1. Pada 30 Sep 1965, dalam pemberontakan G-30-S PKI, beberepa Jenderal Angkatan Darat, tewas dibunuh oleh PKI, sedangkan Soeharto adalah satu-satunya Jenderal yang selamat, bahkan tidak mendapat ancaman pembunuhan sama sekali oleh PKI. Sejarahwan memperkirakan bahwa Soeharto lah dalang semua itu, termasuk analisis dari media luar negeri. Akibat dari meletusnya G-30-S PKI ini lebih dua juta meninggal dunia (baca juga: Anda Setuju Soeharto Jadi Pahlawan Nasional pada profile penulis: http://politik.kompasiana.com/2010/10/19/anda-setuju-soeharto-jadi-pahlawan-nasional/ ) 2. 2. Pada 11 Maret 1966, heboh tentang beredarnya Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) dari Presiden Soekaro ke Soeharto. Dalam Surat Perintah tersebut dinyatakan bahwa Soeharto siap mengamankan situasi saat itu yang sedang kacau balau dan siap mengemban tugas sebagai Presiden menggantikan Soekarno. Sejarahwan menilai bahwa Soeharto sebgai figure yang sangat licik dan haus kekuasaan. Sampai saat ini tidak pernah diketemukan Supersemar yang asli. (Baca artikel di profile penulis berjudul: Supersemar Sebetulnya Ada atau Tidak Sih: http://politik.kompasiana.com/2010/03/11/supersemar-sebetulnya-ada-atau-tidak-sih/ ) 3. 3. Indonesia berhasil swasenbada beras dan pertumbuhan ekonomi yang tumbuh cukup tinggi sehingga dijuluki sebagai "Macan Asia". Namun demikian "prestasi tersebut bukan karena kerja keras Soeharto, tapi melalui pinjaman luar negeri yang luar biasa bnayak, disebut "Bantuan Luar Negeri", sementara sekitar 30 persen dari dana luar negeri tersebut masuk ke kantong Soeharto dan para kroni, termasuk anak-anak dan cucunya yang tiba-tiba menjadi para pengusaha besar dengan fasilitas dari bapak mereka Soeharto. Akibatnya, setelah dunia tidak mau lagi meminjami Indonesia dengan hutang baru, maka Indonesia mengalami krisis ekonomi yang luar biasa, yang berakibat terhadap jatuhnya Soeharto. Soeharto meninggalkan hutang yang luar negeri yang sangat besar, dan menjadi beban berat bagi Pemerintah selanjutnya sampai dengan saat ini. 4. 4. Media masa, kebebasan mengemukankan pendapat, hak berdemonstrasi , semua dibungkam dan diberangus oleh rezim Orde Baru dibawah Kepemimpina Soeharto, sebagai Pembina Golongan Karya (waktu itu belum menjadi Parta seperti saat ini). Gus Dur
Depok, 11 November 2010
Bakaruddin Is
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H