Melihat aktivitas para pelaku politik akhir-akhir ini dalam menjual diri dan partainya kepada masyrakat semkain tidak rasional saja. Popularitas dicari dengan cara-cara yang tidak semesntinya dilakukan. Masyarakat seakan-akan diajar untuk "bodoh: dalam memaknai politik.
Lihat saja misalnya cara beberapa partai politik dalam melakukan kampanye politiknya. Ada partai yang berlabelkan "islam" namu cara berkampanyenya justru mempertontonkan cara-cara yang "jahiliah", sungguh sangat disayangkan. Belum lagi kalau kita melihat partai politik yang jelas-jelas tidak berlabelkan "islam"justru cara berkampanyenya tidak usah ditanyakan lagi,sudah pasti lebih "jahiliah"lagi dibandingkan dengan partai politik yang berlabelkan islam.
Disisi lain kita juga melihat betapa banyaknya para kandidat calon legislatif yang akan bertarung untuk memperebutkan kursi legislatif menggadaikan barang-barangnya demi mengumpulkan modal dalam menghadapi pemilu legislatif 2014 ini. mereka berdalih bahwa,siapa yang memiliki banyak uang,adalah mereka yang lebih berpotensi untuk memenangkan pertarungan dalam pemilu legislatif 2014.
Cara-cara jahiliah yang dipertontonkan calon wakil rakyat ini kemudian mengundang satu pertanyaan bagi saya,apakah mereka pikir bahwa di Legislatif itu ada tempat untuk mencari uang demi mengembalikan modal yang mereka keluarkan selama kampanya.? kalau cara mereka berpikir seperti ini maka perlu dipertanyakan lagi,akan jadi apa negeri ini ketika mereka duduk di kursi legislatif nanti.? Tidakkah mereka sadar bahwa sesungguhnya Menjadi wakil rakyat yang duduk di legastif sana adalah merupakan amanah yang seharusnya dijaga,dan semestinya mereka berpikir bahwa duduk dikursi legislatif bukanlah tempat untuk mengembalikan modal yang dikeluarkan selama kampanye,tetapi duduk dikursi legislatif adalah memang karena panggilan jiwa guna memperbaiki kondisi yang semakin carut-marut.
Mudah-mudahan saja para petarung politik yang kemudian berhasil duduk dikursi legislatif nantinya betul-betul bisa memperjuangkan suara rakyat. Suara yang selama ini sudah sangat jarang dihiraukan. Suara yang selama ini mulai redup. dan mudah-mudahan saja bagi mereka yang gagal bertarung dalam prsoses ini bisa dengan legowo menerima kekalahan, dan mudah-mudahan tidak menjadi "gila". :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H