Mohon tunggu...
Bai Ruindra
Bai Ruindra Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger

Teacher Blogger and Gadget Reviewer | Penulis Fiksi dan Penggemar Drama Korea | Pemenang Writingthon Asian Games 2018 oleh Kominfo dan Bitread | http://www.bairuindra.com/ | Kerjasama: bairuindra@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menulis Saja Selagi Ada Waktu

11 November 2014   01:05 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:08 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

“Pak, bisa tolong buat PTK saya?”

Pertanyaan seperti ini sering sekali saya jumpai. Orang yang bertanya ini rata-rata mereka yang ingin naik pangkat/golongan. Tanpa pernah saya beritahu, mungkin juga karena saya dianggap masih muda, baru selesai kuliah dan paham sedikit teknologi, guru-guru ini beranggapan saya sangat pintar mengerjakan sebuah laporan penelitian. Padahal, menyelesaikan PTK tidak semudah menulis sebuah artikel di Kompasiana.

Lantas, apa yang harus dilakukan seorang guru?

Mengingat perkembangan dunia pendidikan yang semakin menuntut guru kreatif dan inovatif, seorang guru tidak hanya profesional saja dalam mengajar (ditandai dengan sertifikat sertifikasi). Guru harus mampu mengerjakan banyak hal dalam menunjang karir mereka. Salah satu persoalan yang mendekati hal ini adalah menulis.

Selama ini, jujur sajalah, rata-rata guru terlalu manja meminta bantuan orang lain yang lebih muda atau paham mengerjakan sebagian tugas mereka. Mulai dari menyusun perangkat pembelajaran sampai PTK. Apa manfaat dari melakukan hal ini? Jika lulus sertifikasi dapat tunjangan lebih. Jika lulus kenaikan pangkat ya bisa goyang-goyang kaki di masa tua. Tetapi ilmu dari semua pekerjaan tersebut malah tersimpan di pemikiran orang yang menyelesaikan tugas tersebut.

Dalam menyelesaikan perangkat pembelajaran, baik RPP dan lain-lain, guru menulis bukan? Memang, guru hanya menulis kembali Kompetensi Inti (pada Kurikulum 2013) dari panduan yang ada, namun indikator, tujuan pembelajaran, metode ajar sampai kegiatan inti semestinya dipikirkan sendiri oleh guru kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan yang menarik. Sekarang malah mudah saja copy paste dari RPP yang sudah ada, atau malah tinggal ganti tahun tanpa pernah membaca lebih jeli dari yang sudah dibuat orang lain.

Katakanlah perangkat pembelajaran lebih mudah, guru tinggal belajar mengerjakannya dari teori semasa kuliah atau dari pelatihan pemantapan ilmu. Berbeda dengan PTK yang menuntut guru benar-benar menulis. Kenyataannya, guru lebih mudah mengeluarkan biaya 1 juta ke atas untuk 1 PTK.

Menulis saja. Dan membaca juga. Hanya itu. Belajar menulis adalah dengan menulis. Guru menulis maka RPP maupun PTK akan mudah diselesaikan. Tidak menulis, maka Bab per Bab dalam PTK hanya sebatas kertas putih bertinta hitam. Tak bermakna. Hanya kebutuhan administrasi saja. Benar atau tidak pendapat saya ini, sama-sama kita lihat kondisi di lapangan.

Tonoto Foundation merupakan salah satu lembaga yang memperhatikan guru selain pemerintah. Kita patut memberikan apresiasi terhadap lembaga ini dalam rangka melatih guru menjadi lebih profesional, tak hanya diakui oleh pemerintah melalui sertifikasi melainkan dari segi ilmu yang bermanfaat dalam arti sebenarnya.

*PTK = Penelitian Tindakan Kelas
*RPP = Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun