Sebenarnya, tips 'buang-buang' uang saat belanja atau diskon besar itu adalah rahasia pribadi masing-masing. Tiap orang punya cara dalam menghambur-hamburkan uang mereka. Makanya, kita mengenal si boros dan si hemat. Karena seorang memiliki perencanaan keuangan yang baik, dan seorang lagi sama sekali tidak mementingkan tabungan untuk masa depan.
Pandangan demikian sejatinya kembali kepada masing-masing pribadi. Tetapi, dimulai dari diri, kita sadar betul ingin ini dan itu. Orang berpuasa biasanya selalu ingin makan apa yang dilihat. Saat jalan sore lihat es campur, langsung beli. Ada yang jual rujak, beli juga. Di dekat itu orang berjualan kue, kita malah membeli dalam jumlah banyak. Setelah berbuka, semua itu terbengkalai begitu saja.
Islam sendiri pada dasarnya telah menganjurkan untuk tidak berlebihan saat makan. Kita diminta untuk berhenti makan sebelum kenyang. Makan secukupnya. Minum secukupnya. Karena di antara makanan dan minuman itu, terdapat ruang lain untuk 'udara' agar kita bisa bernapas.
Dalam sebuah riwayat, Ahmad, Tirmizi dan Ibu Majah, merawikan, "Tidak ada wadah yang dipenuhi anak Adam yang lebih buruk dari perutnya. Cukuplah anak Adam mengkonsumsi beberapa suap makanan untuk menguatkan tulang rusuknya. Kalau memang tidak ada jalan lain (memakan lebih banyak), maka berikan sepertiga untuk (tempat) makanan, sepertiga untuk (tempat) minuman dan sepertiga untuk (tempat) napasnya,"
Sudah bukan rahasia lagi orang yang makan banyak setelah berbuka akan lelah. Makan juga aktivitas yang melelahkan di mana semua mesin di dalam tubuh bekerja. Dari mulut yang mengunyah, lambung yang memproses dan persendian darah yang mengaliri ke seluruh organ agar berfungsi sempurna.
Makan banyak itu sungguh berlebihan. Ibadah yang dianjurkan selama bulan puasa kemudian tidak dijalankan. Efek dari makan banyak karena kalap beli menu berbuka di pinggir jalan, tak lain langsung tertidur. Perut terisi penuh apalagi kalau bukan mengantuk?
Dalam al-Quran Surat al-A'raf ayat 31 disebutkan, "Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan,"
Dengan kalap beli makanan berbuka - apa saja yang dilihat beli - bukankah itu bisa disebut berlebihan? Kita bisa menjawab sendiri apabila merasa setelah makan langsung kenyang, atau sehabis berbuka tidak memakan semua makanan yang dibeli.
Berlebihan di inti kedua adalah mubazir atau makanan terbuang begitu saja. Sesungguhnya, makanan yang disediakan saat berbuka hanya bisa bertahan dalam hitungan menit saja, tak mungkin sampai sahur; kecuali bubur, air kepala muda, dan sejenisnya yang bisa disimpan di dalam kulkas.
Apakah Salah Tak Pernah Beli Menu Berbuka?
Saya cukup jarang membeli menu berbuka, bisa saya sebut tak pernah, meskipun tidak benar karena sesekali saya beli air tebu atau air kelapa muda. Itupun bisa dihitung berapa sore saja. Untuk puasa ini saja, sudah hampir sepuluh hari, saya baru sekali membeli air tebu.
Satu alasan yang pasti, kenapa saya tidak kalap beli makanan yang dijual sore hari karena tidak akan dimakan. Kembali kepada tulisan sebelumnya, efek dari sakit lambung itu sangat parah sekali. Dalam hari biasa yang mudah pengobatan dan bisa makan lebih banyak, salah makan bisa langsung sakit. Bisa dibayangkan selama bulan puasa, jika salah makan meskipun makanan itu sangat indah bentuknya, saya akan kembali ketergantungan obat-obat untuk beberapa waktu ke depan agar puasa bisa lancar.
Sering tidak kalap beli makanan tiap sore, padahal banyak sekali orang jual, kemudian muncul rasa ketidakinginan untuk mendapatkannya. Seolah-olah saya lupa untuk membeli.
Buka puasa saja itu adalah parutan semangka atau air tebu dan nasi dengan lauk yang tidak asam dan pedas. Setelah itu, saya bahkan tidak ingin makan apa-apa lagi. Rasa penuh di perut membuat ingin mual dan bahkan terasa lelah meskipun makan hanya sedikit saja.
Kalau ditanya bagaimana rasanya kalap membeli makanan berbuka selama bulan Ramadan, saya sangat bingung untuk menjawabnya. Orang lain beli kue banyak, saya cuma beli air tebu. Orang lain buka puasa dengan banyak menu, saya cuma makan nasi.
Kebiasaan ini bukan tidak berdampak ke hal baik. Yang saya rasakan kemudian adalah penghematan besar-besaran. Selama tidak kalap beli makanan dalam jumlah banyak selama Ramadan, budget bisa disisihkan untuk kebutuhan lain.
Memang, di sisi lain, kadangkala saya merasa sedih tidak sama seperti orang lain dalam merayakan bulan puasa. Tidak ada keinginan untuk berbuka dengan banyak makanan. Tidak merasakan bagaimana menempatkan banyak lauk di atas piring.
Semua harus hati-hati. Kamu boleh tertawa. Kamu boleh menghujat curahan hati orang yang sakit lambung. Tetapi bagi saya, cara ini adalah terbaik untuk kesehatan sepanjang puasa dan juga 'kesehatan' dompet menjelang lebaran dengan banyak kebutuhan lainnya.
Kalap Belanja Makanan Boleh, Tapi Pakai Rumus Laba Rugi
Makin banyak permintaan, maka makin banyak produk yang dijual. Demikian hukum permintaan dari bahasa ekonomi. Hal ini sangat berlaku selama bulan puasa. Penjual menu berbuka itu cukup banyak sekali. Orang yang tidak pernah berjualan, mendirikan gubuk kecil di pinggir jalan depan rumahnya. Orang yang terbiasa menjual kue dalam keseharian, akan menambah produksinya.
Kalap belanja makanan selama Ramadan itu untuk apa sebenarnya? Apakah karena masa pandemi? Karena takut kondisi makin memburuk? Karena khawatir penyebaran virus Corona Covid-19 makin menjadi-jadi?
Kalap beli makanan bisa berarti luas bukan? Tidak hanya saat berburu menu berbuka saja. Misalnya, saat ke supermarket, kita memborong banyak cemilan, mi instan, susu, buah-buah segar, maupun makanan lain yang kiranya akan dimakan pada malam hari. Beberapa makanan mungkin saja bisa disimpan waktu lama, tetapi buah atau roti cepat saji hanya bisa disimpan dalam hitungan hari saja.
Belanja dalam jumlah banyak tidak masalah. Itu termasuk dalam perencanaan pengeluaran yang baik. Namun, beberapa makanan tidak boleh dibeli sembarangan karena cepat busuk. Pertimbangkan untuk membeli makanan yang bertahan lama agar kita tidak berulangkali membelinya.
Selama membeli makanan ini pula, ada baiknya belajar banyak dari rumus laba rugi. Laba-nya apa jika kita membeli banyak makanan untuk disimpan. Rugi-nya apa jika menyimpan makanan sampai sebulan ke depan. Semua hal akan saling berkaitan satu sama lain. Dengan begitu kita akan dapat merencanakan keuangan dengan baik. Hal ini tak lepas dari sumber yang sudah saya sebutkan di awal tadi.
Maka, belanjakanlah uangmu dengan sebaik mungkin. Niscaya setiap keberkahan akan menyertai. Kalap belanja makanan juga berkah jika dibagikan sedikit untuk orang lain. Belanja makanan sesuai kebutuhan jauh lebih berkah di saat tabungan harus direncanakan keluarnya dalam situasi tidak menentu begini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI