Nama saya Baiq Sany Ayu Citra, saya akrab dipanggil Baiq Sany oleh teman-teman saya. Saya juga biasa dipanggil dinde Dayu oleh keluarga saya. Saya lahir di Praya, Lombok Tengah dari keluarga yang luar biasa bagi saya. Sekarang saya tinggal di Bogor dan menempuh sekolah di ASBI (Akademi Siswa Bangsa Internasional).
Nah, di sini saya akan menceritakan pengalaman pribadi yang memberikan pelajaran terbesar dalam hidup saya.
Segaris Perjalanan Mimpi
Sebelum saya ke ASBI, saya pernah sekolah di salah satu SMK terbaik di daerah saya. Di sana saya mendapatkan banyak teman. Sebelum saya masuk ke SMK, saya ditawarkan dari SMP saya untuk mengikuti tes bantuan dana pendidikan dari PT. Angkasapura untuk melanjutkan sekolah ke Sampoerna Academy yang saat ini dikenal dengan nama ASBI (Akademi Siswa Bangsa Internasional). Saya mengikuti tes tersebut, kemudian saya menunggu hasil selama 1 bulan lebih, dan akhirnya saya diterima dengan melalui tes-tes yang begitu ketat yang langsung diujikan dari pihak Sampoerna Foundation. Saya dan keluarga merasa sangat senang. Tetapi saat itu saya merasakan kesedihan yang mendalam ketika saya akan meninggalkan keluarga saya untuk menimba ilmu jauh dari mereka.
Pada akhir bulan Agustus saya berangkat dari bandara Internasional Lombok-bandara Soekarno Hatta menuju daerah sekolah saya yang baru, yaitu ASBI. Sesampainya di ASBI, saya begitu terkejut ketika melihat lingkungan sekolahnya yang begitu asri, lingkungan yang mulai berbeda dari sebelumnya. Saya disambut oleh teman-teman ASBI yang begitu baik dan ramah kepada saya. Setelah itu saya mendapatkan kamar dilantai ke-4. Beruntung sekali ada kakak kelas yang baik hati membantu saya mengangkat barang-barang saya. Setibanya dikamar saya juga bertemu dengan teman kamar yang terdiri dari 2 orang kakak kelas yang berasal dari daerah yang berbeda. Saya merasakan suasana yang berbeda ketika mendapatkan kamar baru.
Ketika hari pertama masuk sekolah sebagai murid pindahan, saya mulai berkenalan dengan teman-teman lainnya. Mereka sangat baik dan menghargai sesama. Saya beruntung mempunyai teman baru yang beragam berasal dari hampir seluruh daerah di Indonesia. Setelah beberapa bulan saya lalui dengan mencoba menerima belajar dari timur sana ke barat demi cita-cita saya, lalu dengan tidak terduga kakek saya meninggal dalam keadaan suci yang baru saja pulang dari Mekkah untuk berhaji. Saat itu saya masih tidak percaya kalau kakek saya yang waktu itu sempat berbicara melalui telepon dengan saya meninggalkan kami cucu-cucunya, saya menangis tersedu-sedan ketika mendengar kabar itu. Orang yang selama ini selalu mendukung saya, memberi nasihat, dan menemani saya dalam belajar telah meninggalkan saya. Yang ada dalam benak saya hanyalah kesedihan yang sangat mendalam bagi saya ketika orang-orang tersayang meninggalkan saya, dan saya tidak bisa bertemu lagi dengan mereka. Waktu berlalu cepat dan liburan pun tiba, saya pulang ke Lombok. Setelah itu, saya bergegas untuk ziarah ke nisan kakek saya. Air mata mengalir begitu deras ketika saya melihat nisan kakek saya. Saya mencoba menerima kepergian kakek saya, tangis keluarga sambil memeluk dan menyambut kedatangan saya saat itu membuat saya semakin mengingat semua yang saya alami dengan keluarga saya. Kini kami ditinggal oleh beliau yang sangat dihormati bagi keluarga besar kami. Dengan kepergian beliau memberikan saya tambahan motivasi untuk menggapai cita-cita. Saya pernah berjanji dalam benak saya kalau suatu saat nanti saya akan membuat orang-orang di sekitar saya tersenyum bangga melihat kesuksesan yang saya alami walaupun orang-orang yang saya sayangi itu telah tiada. Saya berharap bisa memberikan yang terbaik bagi keluarga saya. Saya sangat bersyukur masih bisa melihat kedua orang tua saya hingga saat ini. Sampai saat ini mereka selalu ada di dalam hati saya, motivasi terbesar dalam diri saya sendiri adalah mereka.
Liburan telah usai, saya pun kembali ke ASBI untuk melanjutkan pendidikan saya. Saya membulatkan tekad dan meluruskan niat untuk menggapai cita-cita, walaupun rintangan dan banyak cobaan yang saya hadapi semoga itu semua membuat saya lebih dewasa dan menjadi pribadi yang selalu kuat untuk hidup demi diri saya sendiri dan untuk keluarga tercinta.
Itulah pengalaman pribadi saya, mohon maaf jika ada salah kata.
Terima kasih !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H