Mohon tunggu...
Baiq Nadiya D.F
Baiq Nadiya D.F Mohon Tunggu... Mahasiswa - hanya untuk tugas

hanya untuk tugas

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Bahaya Self-Diagnosis (Tugas)

18 September 2021   15:10 Diperbarui: 18 September 2021   15:12 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Nama: Baiq Nadiya Diyaul Fitriya

NIM: 202010230311566

Tugas PESMABA

Bahaya Self Diganosis

Di masa sekarang ini dimana teknologi sangat berkembang dan informasi sangat mudah didapatkan kemudian didukung pula dengan kesadaran masyarakat terutama anak muda mengenai kesehatan mental sangat memberikan dampak yang positif di Indonesia. Namun sayangnya, kemudahan dalam akses informasi tersebut seringkali memberikan efek yang tidak diduga, yaitu itu marahnya self-diagnosis atau mendiagnosis sendiri. Hal ini terjadi dikarenakan semakin banyak survivor mental health yang berani untuk menceritakan perjuangan mereka dalam beraktivitas dan menjalani kehidupan seperti biasa di media sosial. Pengalaman-pengalaman mereka membuahkan banyak sekali perhatian sehingga banyak anak muda yang berada dalam fase mencari rekognisi atau perhatian menganggap bahwa memiliki mental health issue merupakan hal yang keren. Kegelisahan dan anggapan mereka akhirnya membawa mereka pada self-diagnosis.

Self diagnosis adalah proses mendiagnosa atau mengidentifikasi kondisi kesehatan baik fisik maupun mental pada diri pendiagnosa itu sendiri. Biasanya orang yang melakukan self diagnosis mendapatkan segala informasi melalui buku, internet, pengalaman masa lalu, atau memperhatikan dan menyadari gejala atau tanda-tanda yang dimiliki oleh anggota keluarga di masa lalu maupun di masa sekarang.

Self-diagnosis sangat rentan pada kesalahan dan informasi yang tidak benar sehingga akan memberikan dampak yang sangat berbahaya apabila kesalahan-kesalahan tersebut mengantarkan mereka pada ada keputusan yang akan mereka buat nantinya setelah mereka membuat diagnosis yang salah pada diri mereka sendiri. Karena Dampak yang sangat besar dan berbahaya ini pemerintah, tenaga kesehatan, dan organisasi perlindungan pasien menyatakan bahwa tidak ada yang boleh melakukan self-diagnosis meskipun mereka sendiri adalah seorang profesional, orang-orang yang bekerja dalam bidang kesehatan, dan lain-lain. Salah satu dampak yang dapat kita lihat dari self diagnosis adalah bagaimana suatu gangguan yang awalnya tidak ada bisa menjadi ada.

Dalam dunia psikologi self diagnosis adalah salah satu hal yang paling berbahaya dan dalam dunia kesehatan secara keseluruhan self-diagnosis yang paling berbahaya adalah diagnosis pada kondisi psikologis. Dalam dunia kesehatan, sindrom atau tanda-tanda yang terlihat masih bisa diidentifikasi secara fisik, sehingga, meskipun dampak yang didapatkan tetap akan besar, tetapi paling tidak hasilnya tidak akan seburuk yang didapatkan dalam self-diagnosis pada kondisi psikologis, dikarenakan gangguan pada kondisi psikologis tidak dapat diidentifikasi hanya dengan melihat perubahan kebiasaan dan melihat dari kondisi fisik.

Tak hanya karena sedang berada dalam masa mencari rekognisi seperti yang sudah dituliskan pada paragraf pembuka. Tradisi dan anggapan masyarakat terkait bagaimana hanya orang yang sakit saja yang harus berkonsultasi pada psikolog profesional atau tenaga profesional dan maraknya kuis-kuis atau prediksi-prediksi online yang beredar di internet dimana pengguna hanya memasukkan atau memilih pilihan tentang apa yang ia rasakan, dapat pula mengantarkan masyarakat khususnya anak muda pada self diagnosis.

Untuk menghindari self diagnosis kita bisa berkunjung ke tenaga kesehatan mental profesional agar terhindar dari dampak yang akan didapatkan dari self diagnosis itu sendiri. Selain itu, penting untuk mengedukasi masyarakat mengenai self diagnosis dan juga pentingnya berkonsultasi pada tenaga profesional. Sehingga masyarakat tidak hanya mengetahui bagaimana dan apa itu mental health issue namun memiliki pengetahuan terkait Bagaimana cara yang benar untuk mengatasi dan mengidentifikasikannya.

Referensi:

Giles, D. C., & Newbold, J. (2011). Self-and other-diagnosis in user-led mental health                   online communities. Qualitative Health Research, 21(3), 419-428.

Raghubir, P., & Menon, G. (2005). Depressed or Just Blue? The Persuasive Effects of a SelfDiagnosis Inventory 1. Journal of Applied Social Psychology, 35(12), 2535-2557.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun