Mohon tunggu...
kharisma
kharisma Mohon Tunggu... Calon Politisi -

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Rasakan Kemudian Tulislah

17 Juli 2016   19:42 Diperbarui: 17 Juli 2016   19:43 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulislah setiap hal yang ingin kau tuliskan, sebab apalagi yang disisakan kematian, selain kenangan dan kata-kata (bio twitter - @mas_aih )

People says, write what you feels what your deepest feel… ( blog -fallaadinda.com)

Menulis saja terus, seperti akan ada saja orang yang akan membacanya. Kalimat ini berasal dari setan-setan yang sering kali mengejek pada saat saya mengetik, mengerjakan tulisan, dan termasuk pada saat saya menulis tema ini.

Saya pun, tipe orang yang jika menulis bisa tiba-tiba di tengah tulisan bisa berhenti, lalu melanjutkan tulisan dengan tema yang lainnya. Bisa dibilang gampang gagal fokus, begitu ada ide lain, langsung meninggalkan tulisan yang sedang dikerjakan -kebiasaan yang buruk, tapi ya gimana ide harus segera ditampung-.

Menulis itu kegiatan yang gampang-gampang sulit, gampang biasanya ide-ide bertebaran di mana-mana, sulit kadang ada ide buat nulis, malasnya minta ampun. Hehe itu saya sih. ~

Menulis akan memberikan rekam jejak hidup. Entah itu yang digunakan dalam media "hanya" update status di laman media sosial facebook, twitter, blog, termasuk di Kompasiana ini. Rekam jejak di sini bisa dari para pembaca, sebagai arsip diri yang bisa kembali dibaca orang lain, berbekas dan meninggalkan jejak. Walapun tulisan yang dibuat hanya sebuah status, tulisan biasa, tapi tetap saja kalian yang sudah menulis berarti sudah meningglkan sebuah rekam jejak yang bisa terus dikenang.  

“jangan menulis supaya bagus. Menulislah supaya bisa, biar biasa ” ( Cuitan Twitter @perempuanthika )

Saya sendiri senang menulis, karena dengan menulis saya bisa mengeluarkan, membantu pikiran-pikiran di kepala saya lebih longgar, karena apa yang saya tulis biasanya adalah apa yang bermunculan di kepala yang jika tidak ditulis akan sangat mengganggu pikiran. Menulis ini sudah menjadi gaya hidup, karena dengan menulis otak akan terus berpikir, "berjalan" terus mengasah ketajaman mengingat. Selain itu, saya pribadi menulis agar keresahan, kerumitan ini bisa teruraikan, tersalurkan, keluar, mengalir dan tentunya muncul kelegaan setelah selesai menulis kerumitan dalam pikiran saya. Walaupun isi tulisan saya bisa dibilang hanya isi sampah yang ada di kepala. Sampah harus dikeluarkan, agar ruangan bersih, tentu dengan kaidah-kaidah yang berlaku. 

Dan untuk para pendatang baru di Kompasiana, tetap semangat terus tingkatkan kualitas tulisan mu. Termasuk untuk saya, yang baru dua hari sudah menerbitkan lima artikel.

Sebab menulis itu tidak bisa dipaksakan, dia berasal dari keresahan di kepala yang harus dialirkan dalam bentuk kata-kata. (BQK) 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun