Mohon tunggu...
Baiq Dwi Suci Anggraini
Baiq Dwi Suci Anggraini Mohon Tunggu... Membaca, menulis, berbagi dan publikasi. -

Praktisi pendidikan, Penulis dan Editor buku. https://www.inspirasi.co/baiqdwisuci/ https://www.instagram.com/baiq_dwisuci/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Remaja Berpeluang Sehat

28 Agustus 2017   19:09 Diperbarui: 29 Agustus 2017   00:07 1227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Remaja pada umumnya belum mampu mengendalikan keadaan emosinya yang cenderung labil. Emosi remaja bisa berubah kapan saja mengikuti suasana dan kondisi hatinya saat itu. Mereka sedang dalam proses mencari kebenaran jati diri, sehingga emosi yang ditampilkan cenderung tidak stabil dan bersifat dinamis. Mereka biasanya kebingungan ketika muncul ketidaksesuaian antara apa yang diinginkannya dengan harapan lingkungan, maka perlu penyesuaian antara keduanya.

Sekarang kembali pada diri remajanya. Lebih memilih menjadi diri idealnya, ataukah menjadi remaja yang berambisi penuh menuntaskan keinginan lingkungan padanya. Tetapi sangat disarankan agar menjadi seorang remaja yang tidak hanya mampu mengembangkan potensi yang dimiliki, melainkan juga berhasil mengaktualisasikan dirinya sesuai dengan harapan lingkungan. Tetaplah berada pada koridor emosi yang sehat. Karna apabila emosi remaja dapat dikendalikan dengan baik, maka pilihan apapun tidak akan membawanya pada permasalahan. Untuk itulah pentingnya menjaga kestabilan emosi pada masa remaja.

Emosi negatif dan permasalahan pada remaja menyerang setiap saat tanpa terjadwal. Emosi yang sehat akan menghasilkan sugesti diri yang positif. Sebaliknya, emosi yang tidak sehat akan mendatangkan masalah baru pada remaja. Pada intinya, masalah itu tidak mengenal status, usia, golongan, dan lain-lain. Masalah selalu menghampiri siapapun ketika awalnya diciptakan. Kondisi inilah yang seringkali membuat para remaja tidak mampu mengendalikan antara ego dan logika berpikir ketika masalah menimpa dirinya. Begitu masalah datang dalam intensitas cukup kecil, banyak remaja yang belum mampu menanganinya sendiri. Jaman yang serba praktis pada era ini telah mengajarkan pada remaja tentang ketidakberhasilan menjadi remaja yang sesungguhnya dalam konteks normatif.

Sayangnya, remaja di Indonesia cenderung mengikuti mode atau segala macam bentuk tren terbaru dalam semua hal. Tren-tren tersebut sebagian besar merupakan percampuran pengaruh budaya Barat yang pada umumnya sudah tidak mempertahankan nilai keTimuran. Inilah salah satu gaya perilaku remaja yang selanjutnya menjadi bumerang dalam perkembangannya. Banyak remaja dengan sekehendak hatinya bertindak bebas dengan menyingkirkan nilai normatif yang sebelumnya telah ditanamkan orangtua maupun guru di area pendidikannya.

Kaitannya dengan normatif dan tren jaman sekarang, remaja sangat memerlukan sistem perlindungan terhadap semua peluang dan resiko perkembangan dirinya. Ada yang salah dari penciptaan, pembentukan, pengaturan, dan segala sesuatu yang berjalan dalam lingkungan kita pastinya. Secara teoritis, satu kesalahan akan selalu berdampak pada kesalahan lainnya. Asalkan kesalahan pertama dapat diatasi, maka tidak akan muncul kesalahan-kesalahan lain yang merugikan. 

Sistem perlindungan yang paling baik adalah ketika remaja mengalami masalah, maka mereka harus fokus pada nilai normatif dan kendali dirinya. Pengendalian diri sangat diperlukan, ketika seorang remaja dipengaruhi oleh lingkungan atau orang-orang disekitarnya. Mengikuti tren atau mode tidak dilarang, asalkan selalu memiliki sistem perlindungan yang kuat berupa nilai normatif dan kendali diri agar tak mudah terjerumus dalam pergaulan bebas yang akan  merusak sistem di fase terindah itu.

Dengan demikian, remaja akan mampu menemukan jati diri yang sebenarnya serta mencapai tingkat puncak aktualisasi diri melalui asahan dari potensi-potensi yang dimiliki remaja tersebut. Melatihnya pun tidak memerlukan biaya, tenaga, ataupun usaha keras. Satu-satunya penentu sebuah potensi dapat dikembangkan secara lebih optimal adalah ketika remaja bisa menempatkan antara keinginan diri dengan keinginan lingkungan. Lingkungan memang terkadang bisa memberi peluang, namun terkadang juga menjebak. 

Bahkan lingkungan bisa memberikan peluang dan menguntungkan. Tetapi di sisi lain, lingkunganlah yang menyediakan resiko terbesar bagi remaja, namun memberi nilai positif setelah si remaja mampu melakukan evaluasi diri. Inilah karakter lingkungan yang kadang tidak disadari sepenuhnya. Remaja harus cerdas mencari dan mengolah peluang dalam lingkungannya. Yuk, cerdas mengenal lingkungan dan mengelola peluang!

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
*) Penulis adalah Sarjana Psikologi dan Terapis Anak

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun