Ini pengalaman yang bikin saya tercengang....
Beberapa tahun lalu, saya berkunjung ke rumah mertua di Wates Kulon Progo saat liburan. Kebetulan, rambut sudah mulai menebal dan panjang. Lalu, mampir ke daerah pasar Bendungan di mana ada seorang Bapak tua (sekitar 60-an tahun) dengan alat cukur manual bukan listrik.
Nah, beliau sambil mencukur rambut saya banyak bercerita dan saya menjadi pendengar yang baik....
“Sekarang yang cukur di tempat saya, sudah kian berkurang mas ... maklum kalah sama tukang cukur muda yang sigap dan cepat. Gak sampe sepuluh menit kelar. Tapi rejeki memang sudah ada yang ngatur khan?”
“Bapak putrane berapa?” tanyaku
“Ada enam mas.......alhamdulillah kewajiban bapak dah kelar”
“Kewajiban apa pak?”
“Ya itu...MEMBANGUNKAN RUMAH.......bulan kemarin rumah buat si bungsu dah selesai........dst dst”
Mendengar jawaban bapak itu...saya sudah tidak concern lagi dengan percakapan kami. Saya langsung membayangkan diri saya sendiri.
Untuk membangun rumah sendiri saja, saya harus (maaf, buka rahasia dapur) menyekolahkan (istilah lain menggadaikan..hahahaha) SK selama beberapa tahun. Dimulai dengan membeli tanah, material bangunan hingga mendirikannya!! Sungguh butuh perjuangan.. sebelum memiliki rumah sendiri, saya menikmati kehidupan sebagai Kontraktor (pengontrak) rumah! Nah, ucapan sang bapak bahwa beliau telah selesai membangunkan rumah untuk ke 6 anaknya sungguh-sungguh merupakan hal (kalo bisa dibilang) mustahil untuk keluarga-keluarga jaman sekarang.
Jangankan bangun rumah, punya anak lebih dari 2 saja sudah mikir jauh. Belum lagi dengan sekolah dan kuliah anak. Urusan rumah, biarlah nanti kelak dipikir anak sendiri setelah mereka berumahtangga. Rumah sudah bukan urusan orang tua (jaman sekarang) lagi.