Mohon tunggu...
Ibrahim Muhammad Ramadhan
Ibrahim Muhammad Ramadhan Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Langkah Awal Seorang Scholarship Hunter

14 September 2012   16:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:27 536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13476386392140914192

Saya sebenarnya hanyalah Mahasiswa Bidikmisi biasa dari ribuan penerima lainnya. Berupaya berbagi pengalaman saja mewakili semua teman saya yang berstatus Mahasiswa Penerima Bidikmisi yang sedang menempuh jenjang S1 di segala jurusan di Almamater saya, Universitas Diponegoro. Bahwa ini bukanlah sebuah pencapaian melainkan sebuah langkah awal menuju mimpi-mimpi dari ribuan kepala yang perlu dipertahankan, bahkan ditingkatkan.

Sedikit cerita mengenai pengalaman saya ketika berjuang melawan kemalasan diri sendiri sewaktu SMA, perjuangan hidup dan mati melawan diri sendiri beserta ribuan individu lain peserta SNMPTN, serta harus menerima berbagai kenyataan pahit, hingga berhasil kuliah dibiayai oleh negara (BEASISWA). Saya tidak berharap apapun dari tulisan ini, tapi setidaknya tulisan ini dibaca. Jadi saya ingin menyampaikan kepada pembaca “Sungguh kemuliaan itu ada dalam perantauan di usia muda” –Sayyid Hasyimi.

Waktu beranjak naik ke kelas tiga dahulu, seperti biasa saya sulit beradaptasi dengan pelajaran yang semakin sulit. Padahal seberapa sulit sih pelajaran di bangku ilmu sosial?

Saya pun mulai keteteran untuk mengejar pelajaran, itu saja baru untuk mengejar kepahaman saya sendiri dahulu. Padahal masih ada kompetisi yang sangat ketat di dalam kelas. Belum lagi kompetisi diluar sana yang bagaikan hukum rimba. Saya mendapati diri saya dalam analogi seperti ini, saya seperti bayi yang masih belajar merangkak, sedangkan teman yang lain sudah berlari estafet. What am I going to do?

Itulah sekilas perasaan diri saya ketika harus mengakui bahwa kapasitas diri saya tidak muat untuk menampung kuota pemahaman yang besar. Layaknya sebuah PC Pentium 3 yang akan lemot dan error jika diisi terlalu banyak file atau aplikasi yang besar. Namun dalam kenyataannya “bukanlah yg paling tajam, tapi yang paling bersungguh-sungguh”. (N5M). Itulah yang saya lakukan, tepatnya itulah yang hanya bisa lakukan saat itu. Hanya berusaha keras. Saya sadar kalo saya tidak pandai, tidak rajin mencatat, kadang malas-malasan bahkan tidur di dalam kelas. Tapi saya akan berusaha dengan kemauan yang keras, dan didasari dengan fondasi motivasi yang kukuh: orang tua.

Lalu bagaimanakah usaha keras itu bisa mewujudkan cita-cita?

Singkat cerita ketika kita harus dihadapkan dengan banyak pilihan dan dituntut untuk memiliki pandangan yang luas dan panjang. Di kening saya sudah tercetak sebuah rumus sederhana IKHTIAR + TAWAKAL = SUKSES. Sebenarnya masih banyak lagi catatan motivasi bagi diri saya sendiri, ketika saya mulai lelah tak bersemangat, saya mencoba membolak-balik kembali catatan lama, kemudian saya temui betapa saya pernah mengalami masa-masa seperti ini dahulu kala. IKHTIAR itu usaha. Jika diuraikan usaha itu berarti: pengorbanan, perjuangan, bangkit (move on), ulet, tekun, tenanan, waktu extra, lelah, terus-menerus, lalu dilengkapi dengan nazar (berjanji). Sedangkan TAWAKAL ialah konsep berserah diri.

Jadi mulai saat itu saya mencoba berbagai peruntungan, segala peluang saya coba. Dimulai dari mencoba mendaftar PPKB UI dimana pusat kajian ilmu sosial terbaik berada disana. Haha bolehlaah, bercita-cita tinggi... namun gagal. Jalur undangan dimana saya juga tidak terlalu berharap banyak, karena lolos di kelaspun tidak, SNMPTN jalur undangan gagal. Bukan berarti masuk PTN melalui jalur ujian tulis merupakan tamu yang tidak diundang, malah kita bangga telah melalui ujian dengan perjuangan. Lalu sejak itu saya sudah fokus dengan satu tujuan yaitu SNMPTN jalur UTUL.

Sembari mempersiapkan diri untuk utul saya juga sempat mengikuti beberapa seleksi masuk yaitu SMBB Telkom Program Unggulan dimana saat mencari jalur kuliah dengan beasiswa agar meringankan beban orang tua. Namun juga  gagal. Pernah juga saya mengaplikasi beberapa program beasiswa, dari beasiswa Etos dari dompet duafa yang ditolak mentah-mentah karena memang diperuntukan bagi yatim-piatu, hingga beasiswa CIMB Niaga yang tak kunjung datang pemberitahuan pengumumannya. Ketika itu saya gencar mencari beasiswa karena kenyataanya memang dari sisi materi orang tua saya hanya seorang pensiunan PNS, dan pastinya akan sangat memberatkan bagi kedua orang tua saya yang sudah lanjut usia untuk berusaha membiayai kuliah saya. Oleh karena itu saya berniat dalam hati untuk mewujudkan impian saya dengan cara mencari kuliah di universitas negeri yang bagus tapi kalau bisa dengan beasiswa. Kalau niat kuat telah dihunus, halangan apapun akan ditebas.

Lalu Allah Subhanahu Wata’ala memberi jalan, terbukalah suatu kesempatan untuk mendapatkan beasiswa dari Dikti Kemdikbud, tak basa-basi saya langsung mendaftar. Dan alhamdulillah saya diterima, tapi tidak boleh senang dulu masih ada ujian SNMPTN yang perlu aku takhlukan agar dapat memenuhi syarat full schollarship ini. One down, one more to go.

Hari SNMPTN pun tiba, saya berusaha tenang untuk menghadapinya. Di dalam hati saya berdoa, semoga semua usaha saya selama ini dari bolak-balik les di bimbel siang malam bahkan ditambah les privat, serta doa-doa orang tuaku di tiap sepertiga malam tidak sia-sia. Tetapi saya TETAP merasa belum melakukan going the extra miles.

Singkat cerita lagi, Laa khaula walaakuata illaabillaah saya lolos SNMPTN jalur ujian tulis pilihan kedua. Tuhan kadang tidak memberikan apa yang kita inginkan tetapi apa yang kita butuhkan. Tuhan lebih tau jalan mana yang pantas kita ambil. Serta yang paling membahagiakan, saya tidak perlu meminta uang kepada orang tua untuk biaya masuk universitas, saya juga tidak perlu membayar iuran spp hingga lulus delapan semester. Tetapi perlu progres yang signifikan untuk mempertahankannya, alhamdulillah. Nikmat mana yang akan ku dustakan?

Kepada saudara yang sedang berjuang, saya tidak akan banyak memberi tips. Akan tetapi saya hanya akan berbagi beberapa kutipan dari berbagai buku yang mungkin dapat memacu semangat, dan semoga bermanfaat.

Modalku hanya berani bermimpi, walaupun sejujurnya aku tidak tahu cara menggapainya

Ternyata ada jarak antara usaha keras dengan hasil yang diinginkan, dan jarak itu harus diisi dengan keteguhan hati”

Jangan menyerah. Menyerah berarti menunda masa senang di masa datang

Doa itu dikabulkan bisa dalam bentuk yang kita minta, bisa ditunda, atau diganti dengan yang lebih cocok buat kita

“...berlelah –lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang” (Imam Syafi’i)

Semoga menginspirasi, mohon maaf bila ada salah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun