Rakyat Indonesia sebentar lagi akan melaksanakan pesta demokrasi, suatu kontestasi demokrasi terbesar yang akan menentukan siapa yang memimpin Indonesia 5 tahun kedepan, Indonesia telah melaksanakan momentum ini sebanyak 3 kali, namun kali ini sangat berbeda, atmosfir yang dihasilkan oleh masyarakat luas berbeda dari 4 tahun sebelumnya, pasalnya antusiasme rakyat yang menginginkan pergantian presiden kian membesar dari hari kehari.
Jika melihat hasil dari beberapa Lembaga survei ternama tanah air, jelas menunjukkan adanya kemunduran elektabilitas yang diraih oleh kandidat petahana, yang mana harusnya mencapai di angka 70 persen namun hanya bertahan di angka 53,2 persen dan terus menurun, hal ini membuktikan ketidak percayaan masyarakat terhadap kinerja pemerintah saat ini semakin menguat.
Indikasi dukungan masyarakat terhadap pasangan Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dapat dilihat dari setiap kunjungannya di berbagai pelosok negeri, jelas pasangan ini telah menguasai pulau jawa kurang lebih 70 persen, sumatra 80 persen dan Indonesia bagian timur 50 persen, angka tersebut didapat dari hasil Analisa antusiasme kunjungan paslon ini di berbagai pulau di Indonesia.
Perbandingan kepadatan pendukung pada setiap kegiatan kedua pasangan calon yakni Jokowi dan Prabowo terlihat jelas, beberapa kali Jokowi melaksanakan kegiatan kunjungan di luar jawa terlihat antusiasme masyarakat tak sebesar pada kunjungan Prabowo, bahkan sandi sebagai cawapres pun mampu memperlihatkan dukungan yang jauh lebih besar dari Jokowi.
Perbedaan antusiasme masyarakat terhadap kedua paslon ini dipicu oleh berbagai faktor, diantaranya Jokowi sebagai kandidat petahana yang tak mampu memenuhi janji kampanyenya pada 2014 lalu dan semakin menunjukkan ke tidakamanan bangsa Indonesia baik dari segi hukum, ekonomi dan dinamika sosial, apalagi dengan tingkah laku para tim pemenangan Jokowi-Ma'ruf yang hanya menyerang sisi emosional lawan sehingga masyarakat tidak melihat adanya upaya mencerdaskan pemilih.
Berbeda dengan kubu Prabowo-Sandi yang konsisten mengangkat isu ekonomi, ketimpangan sosial, hukum dan pelayanan masyarakat yang lebih masuk akal sebagai senjatanya, hal tersebut dinilai lebih professional sebagai oposisi yang menawarkan solusi terhadap ketimpangan yang selama ini dirasakan oleh masyarakat.
Mengenai pencitraan, kedua kubu jelas ingin meningkatkan citra diri masing-masing, namun kali ini terlihat kontras, dimana Jokowi yang dikenal sebagai tokoh dengan citra yang merakyat masih terus digaungkan, tidak ada resolusi yang lebih baik dari itu, apa yang dilakukan pada tahun 2014 kembali diulang pada tahun ini, mereka tidak menyadari bahwa rakyat sudah bosan dengan hal itu, bahkan kehadiran kiai Ma'ruf Amin sebagai cawapres tak kunjung menunjukkan adanya peningkatan elektabilitas paslon 01 ini, berbeda dengan sosok Sandiaga Uno yang semakin meningkatkan elektabilitas pasangan urut 02, bukan tanpa sebab, pasalnya sebagai ekonom sukses, Sandiaga Uno juga dikenal sebagai sosok idola para milenial dan emak-emak yang tak dapat diragukan lagi dominasinya pada ajang pilpres kali ini.
Jadi dapat disimpulkan bahwa adanya gejolak dari masyarakat yang menginginkan presiden baru bukan semata mata adanya hasutan dari tim pemenangan Prabowo-Sandi namun kuat indikasi karena tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja pemerintah dan pencitraan Jokowi yang kian merosot, semoga pilpres kali ini berjalan dengan lancar jujur dan adil sehingga apa yang mayoritas masyarakat inginkan dapat terwujud demi Indonesia yang aman dan sejahtera.
Salam Anak Perbatasan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H