Mohon tunggu...
bkp kelompok 26 pakusari
bkp kelompok 26 pakusari Mohon Tunggu... Penulis - Pakusari Jember

Menggali aset demi kepentingan bersama

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

KKN Kolaboratif, Menggali Potensi Desa: Kerajinan Kereng di Desa Tanjung Rejo

7 Agustus 2022   08:04 Diperbarui: 4 September 2022   13:57 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kereng atau Besek di Desa Tanjung Rejo Jember/dokpri

TANJUNG REJO, KOMPASIANA – Beberapa penduduk Desa Tanjung Rejo, Dusun Krajan Kulon bermatapencaharian sebagai pengrajin. Salah satunya ialah pengrajin kereng atau biasa dikenal sebagai besek. Pembuatan kereng sebagian besar dilakukan masyarakat sekitar yang merupakan ibu-ibu rumah tangga. Berdasarkan wawancara pada Kamis (28/7/22), kereng atau yang biasa disebut dengan besek merupakan anyaman yang terbuat dari bambu yang sebagian besar digunakan sebagai media tanam bibit dan wadah ikan atau sayur.

Salah satu pengrajin anyaman kereng, Chusnul Chotimah (42) mengatakan bahwa pembuatan anyaman ini dibantu oleh sang suami yang juga merupakan buruh tani. Ia juga mengatakan bahwa membuat kerajinan ini biasa dilakukan di waktu senggangnya. Ia mengatakan, “Fleksibel membuatnya, tidak harus di jam-jam tertentu. Pokoknya ada waktu senggang langsung buat.”

Bahan yang dipakai untuk membuat anyaman kereng, dibeli dari penjual bambu di pasar dengan kisaran harga 25-30 ribu per batangnya. “Biasanya beli yang sedang itu 25 ribu. Kalo yang besar itu bisa sampai 30 ribu,” imbuhnya.

Pembuatan kerajinan ini dalam satu minggu bisa jadi 300-500 biji. “Kalau buat full seharian, bisa buat 100 biji,” tambahnya saat menjelaskan pembuatan Kereng. Ia juga menjelaskan bahwa pembuatan satu kereng bisa hanya menghabiskan waktu 5 menit jika bambu sudah diserit. Proses menyerit bambu memakan waktu yang cukup lama dengan tujuan untuk mempermudah proses pembentukan kereng.

Chusnul memulai kreativitasnya dalam membuat anyaman kereng sejak tahun sekitar tahun 2017. Sejak saat itu ia menjual kerajinannya ke petani benih sayuran dan tembakau di Desa Ampel. Ia juga menjelaskan harga perbijinya yang bisa mencapai 900 rupiah untuk ukuran yang lebih besar. “Sekali jual itu terkadang bisa sampai 450 ribu,” jelasnya. (ata/rmd/KKN28)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun