Mohon tunggu...
I Baihaqi
I Baihaqi Mohon Tunggu... -

Nothing special, seorang TKI yang bekerja di Kuala Lumpur.\r\n\r\nhttp://about.me/baihaqi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ustad Aji - Profil TKI di Malaysia

7 September 2010   11:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:23 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sudah satu tahun lebih aku bekerja sebagai TKI di Malaysia. Pertama kali aku datang, Kuala Lumpur (KL) terasa asing bagiku, siang hari terasa panas, mirip sekali dengan kampung halamanku.

Hari-hari pertama aku disibukkan dengan pencarian akomodasi yang layak dan terjangkau kantongku. Untuk ini aku juga dibantu oleh support staf ditempatku bekerja. Aku juga mencoba fasilitas public transport yang ada sambil mengeksplorasi di kawasan mana yang enak untuk di tinggali. Cukup surprised buatku adalah dimana aku berjalan, maupun dikendaraan umum, selalu aku jumpai orang Indonesia. Kemampuanku berbahasa Jawa dan juga Madura memudahkan aku mengidentifikasi mereka dari logat dan gaya bicaranya.

Setelah urusan tempat tinggal teratasi, pertama aku lakukan adalah mengeksplorasi kawasan dimana aku tinggal. Hal ini kulakukan untuk membunuh kesepianku, karena facebook, blog dan sejenisnya tak mampu memenuhi kebutuhanku akan teman ngobrol. Alhamdulillah, ada surau tidak jauh dari tempatku tinggal. Sepulang kerja, aku sempatkan untuk mampir di surau itu dan ternyata disini aku menjumpai lebih banyak lagi orang Indonesia. Persis didepan surau ada Kedai makanan yang dimiliki oleh orang Indonesia asal Jawa Timur dan bersuamikan orang Malaysia. Disinilah aku berkenalan dan juga berinteraksi dengan orang-orang kita, yang mayoritas adalah pendatang illegal. Kenapa mereka illegal? Mungkin dilain waktu saya akan menuliskan kenapa mereka memilih sebagai illegal dari sudut pandang saya tentunya.

Nah, surau tadi mempunya seorang Imam tetap. Suara mengajinya merdu dan juga fasih. Namanya Aji. Orang-orang disini, memanggilnya ustad Aci. Orang-orang melayu sangat hormat dengan beliau. Saya tidak tahu persis siapa nama aslinya, kalau ditanya selalu dijawab, panggil saya Aji.  Dia berasal dari kepulauan di ujung timur pulau Madura.

Namun ustad Aji bukanlah illegal worker. Tapi dia juga tidak punya majikan. Dia bekerja untuk dirinya sendiri, entrepreneur mungkin lebih tepat bagi beliau. Istilah kasarnya, dia hanya seorang pekerja bangunan yang bukan lagi buruh bangunan. Kalau dia ditanya, jawabnya "kerja kontrak" terjemahan bebas dari construction worker. Skill utama beliau adalah hal-hal yang berurusan dengan lantai. Mulai dari pasang keramik ataupu polishing lantai marmer.

Kalau di kampung saya, ustad Aji adalah seorang pemborong partikelir. Dia menerima pekerjaan renovasi bangunan, terutama yang berkaitan dengan per-lantai-an secara borongan. Begitu dia menerima pekerjaan, dia akan mengkoordinasikannya dengan rekan-rekannya sesuai dengan kebutuhan pekerjaan.

Sehari-hari dia menggunakan kendaraan jenis Van keluaran Perodua (merek Malaysia selain proton). Anda bisa bayangkan sendiri, didalam Van nya tersedia semua peralatan kerja lengkap. Di dashboard Van-nya, tersedia sekotak kartu namanya yang siap dibagikan kepada siapa saja yang perlu tenaganya. Tidak jarang dia juga harus pergi menggunakan sepeda motor nya, untuk mengatasi kemacetan, apalagi kalau dia harus menemui klien untuk negosiasi pekerjaan.

Di Malaysia, ustad Aji menyewa satu unit low cost apartment bersama dengan seorang istri yang asli Jawa dan dua anaknya. Setiap akhir pekan, sang Ustad selalu mengajak anak dan istrinya jalan-jalan menggunakan mobil jenis sedan keluaran dari Proton. "Nggak enak mas, jalan-jalan sekeluarga dengan Van yang penuh peralatan" pungkasnya.

Saya tidak pernah menanyakan berapa penghasilan dia. Tapi rekan-rekan dia bercerita, paling tidak dia mampu mengantongi minimal 3000 ringgit perbulan. Lumayanlah, untuk seorang yang tidak tamat SMP seperti dia.

Selepas menjadi Imam sholat maghrib, ustad Aji meluangkan waktunya dibantu oleh istrinya memberi pelajaran mengaji pada anak-anak yang tinggal dilingkungan surau. Cukup banyak murid mengajinya, baik yang putra-putri orang melayu maupun putra-putri TKI. Tak heran, ustad Aji sangat dihormati oleh orang-orang Melayu.

Tentang nama, ada cerita menarik dibalik itu. Dia bercerita bahwa nama Aci didapatnya ketika dia mengurus passport yang pertama kali. Biasalah, ulah para calo di imigrasi baik yang resmi maupun tidak resmi. Dia mendapati nama di passportnya Aji, ya dipakailah nama itu sampai sekarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun