Ikhtiar, pantang menyerah, dan pandai melihat peluang, adalah tiga prinsip berwirausaha yang dimiliki Bahtiar Hamzah – pemuda 33 tahun asli Bugis Bone-Sulawesi Selatan. Kendati berusia belia, Bahtiar sukses mengokohkan dirinya sebagai seorang Saudagar Bugis di perantauan. Ia kini memimpin perusahaan dengan label PT. Mandiri Sejahtera yang bergerak di industri pabrik tas, untuk kebutuhan seragam, seminar, diklat, dan lain-lain serta produk distro anak muslim yang saat ini mampu menguasai 70% produk tas anak muslim Indonesia….Di bawah kepemimpinan Bahtiar,perusahaan tersebut semakin berkembang dengan mempekerjakan ratusan orang karyawan.
Di usia muda itu pula, Bahtiar juga dinobatkan oleh warga Sulsel di kawasan itu sebagai sebagai ketua Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) di Keresidenan Kudus – wilayah Jawa Tengah bagian timur yang meliputi enam daerah otonom; yakni Kabupaten Kudus, Pati, Jepara, Demak, Rembang dan Blora. Padahal selama ini, KKSS dikenal sebagai organisasi berbasis etnis yang umumnya dipimpin oleh mereka yang dianggap berusia sepuh.
Bahtiar seolah memutar bailk fakta itu, tetapi ia menjawabnya dengan bijak. “Entahlah, saya hanya bisa menerima dan menjalankan amanah, tugas saya tentunya menghimpun warga. Jika saya kurang paham persoalan-persoalan kultur, saya tentu akan bertanya pada para sesepuh kita di sini, termasuk banyak bertanya pada sesepuh di kampung halaman, sebab ini organisasi sosial kemasyarakatan,” katanya.
Berkaitan dengan keberhasilannya di dunia bisnis, Bahtiar tak pandai mengumbar strategi pemasaran. Ia lebih memilih menggunakan sesuatu yang tak lazim dengan menyasar branding Moslem Kids. “saya hanya berharap ada keberkahan di balik usaha ini, paling tidak ada nilai syiar di balik usaha ini, termasuk kemampuan berbagi jika ada rezeki lebih yang diperoleh dari keuntungan perusahaan,” ujar pemuda kelahiran Bumi Arung Palakka, Watampone di 1983 ini.
Meski terbilang sukses, Bahtiar tidak terlahir dari rumpun keluarga sukses, sebaliknya berangkat dari keluarga petani yang amat sederhana di penghujung Amali-Bone. Perjalanan hidupnya pun tak instan, di usia muda hiruk pikuk derita dijalaninya. Ia tak mendapat belaian kasih sayang lebih seorang ibu, sebab sejak kecil ibunda tercintanya telah wafat. Ia justru tumbuh dari keterdesakan ekonomi yang membelit diri dan keluarganya.
“Sejak tahun 2000 saya ikut paman ke Riau, belajar berdagang, berjualan sarung dari pasar ke pasar. Saya memilih ini karena di Riau banyak warga Bugis yang memiliki kebiasaan mengoleksi sarung. alhamdulillah dan dari sini minat itu tumbuh, mungkin juga karenapassion saya ada di dunia bisnis, dan hasilnya saya tabung untuk modal usah berikutnya.” Jelas Bahtiar
Usaha yang digelutinya ‘naik turun’, itu juga karena usia belianya yang selalu ingin mencoba sesuatu yang baru. Dengan modal nekat dan tekad, di tahun 2010 ia memutuskan untuk hijrah ke pulau Jawa, dan memilih Kota Kudus untuk mengasah insting bisnisnya. Ia mencoba menabur mimpi-mimpinya dengan menyasar bisnis baru dengan mengawinkan teknologi informasi dengan usahanya. Hasilnya menggembirakan. Ia tumbuh menjadi seorang pebisnis sukses di Jawa Tengah. Wajar saja kemudian di tahun 2012 menjadi wirausaha dengan pertumbuhan tercepat dibawah 1 tahun versi majalah SWA dan tahun 2014 ia memperoleh penghargaan sebagai “young Enterprenurship 2014” dari salah satu media bisnis indonesia.
Berkat tangan dinginnya dalam menggagas ide untuk produksi Tas dan backpack dengan karakter edukasi dan Islami,dengan branding moslem kids,Pasarpun semakin melebar dengan sistem keagenan dan resseler produk yang telah menjangkau hampir seluruh indonesia, bahkan mulai menyasar pasar eksport seperti Malaysia dan Timur Tengah.
Bagi Bahtiar, apa yang diperolehnya hari ini, tak lepas dari keberaniannya untuk bertarung, dengan tetap rendah diri pada sesamanya. “Siapapun yang menekuni dunia bisnis memiliki hak yang sama untuk menjadi sukses. Apapun latar belakangnya, bukan masalah, sepanjang punya tekad dan keuletan,” imbuhnya. (**)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H