Inilah kisah ke 2 dalam lanjutan perjalanan jogja-jakarta meraih gelar sarjana saya. Sebelumnya silahkan baca ini.
Saya kemudian tiba di depan tugu proklamasi sekitar pukul 11.30. Karena perjalanan sebelumnya harus saya tempuh dari stasiun gondangdia (setelah naik kereta Ac Ekonomi dari bogor) dengan menggunakan ojek motor seharga 10.000 rupiah. Harga yang cukup mahal dilihat dari jarak yang saya tempuh ternyata tidak lebih dari 2km. Inilah wajah murung ibukota yang sudah terkepung ajaran sesat "neoliberalisme". Semua dihitung dengan uang dan materi, itu kata orang Jakarta.
Tidak lama menunggu dilobi maka saya sudah langsung dapat bertemu dengan bapak Kanny. Sayapun langsung meluncur keruangannya untuk segera membicarakan topik skripsi saya tentang perbankan syariah. Alim Ulama yang satu ini begitu hangat dan antusias dalam menanggapi cerita saya yang terkesan ngawur dan berantakan. Dia dengan sabar mendengarkan sebelum memberikan tanggapan atas pertanyaan-pertanyaan saya. Sebenarnya saya tidaklah perlu hingga masuk ke "dapur" syariah ini. Akan tetapi ceritanya akan berbeda manakala sebulan yang lalu saya tidak mendapati sikap yang kurang menyenangkan dari sebuah konsultan ekonomi Islam di Jakarta.
Awal mulanya saya di sarankan oleh dosen pembimbing saya untuk mencari refrensi ttg penelitian saya. Alhasil saya putari kampus-kampus dan perpustakaan di jogjakarta dengan hasil yang nihil, karena penelitian yang saya kerjakan adalah hal yang baru dalam dunia perbankan syariah sehingga tidak ada sama sekali dalam literatur-literatur kampus tersebut. Inilah yang kemudian membawa saya harus keluar dari jogjakarta.
Kemudian saya disarankan kembali untuk menghubungi salah satu konsultan ekonomi Islam di Jakarta. Karena menurut dosen pembimbing saya, dia memiliki data yang saya cari dan tidak dipublish. Sehingga saya harus meminta izin terlebih dahulu. Tentu saya tidak menganggap dosen pembimbing sedang mencari masalah dengan saya. Karena saya yakin betul dengan pengetahuan dan kepakaran dia tentang judul yang saya ambil. Tapi apa daya, manakala saya mengontak konsultan tersebut, saya mendapatkan jawaban yang sungguh diluar perkiraan saya. Dia mengatakan bahwa data yang saya cari tidak ada di konsultan tersebut. Sungguh aneh bagi saya. Karena saya cukup banyak tahu tentang sepak terjang konsultan tersebut di bidang perbankan syariah, dan cukup terkenal. Bahkan saudara saya yang pernah ikut penelitian dengan konsultan itu, juga menyarankan saya untuk mencari data disana. Nasi sudah menjadi bubur, penolakan sudah terjadi dengan alasan bahwa tidak punya data skripsi yang saya butuhkan dan di jogja sudah cukup banyak. Entah siapa yang berbohong. Padahal saya sudah cukup bekerja keras untuk menguliti perpustakaan di kota saya. Cerita tentang konsultan ini akan saya paparkan dalam kesempatan yang lain.
Bersambung...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H